A Story of Soshinism
Rating : PG-15
Genre : Romance, Action, a bit Comedy
Cast : Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung, Jung Yunho, Kwon Yuri, Shim Changmin, etc.
Credit : fearimaway
Previous Chapter
HAVE A GOOD READ
One Important Clue
Lelaki itu terus saja memukulkan tongkat baseball yang ada di tangannya ke sebuah ban yang tak lagi berguna di sebuah lapangan. Tatapannya penuh dengan kemarahan. Lelaki itu bahkan tak memperdulikan tatapan seseorang yang sudah memperhatikannya beraktivitas sejak setengah jam yang lalu.
“Stop it now!” bentak seseorang itu. Merasa gerah dengan kelakuan lelaki yang setahun lebih muda darinya itu. Entah berpura-pura atau memang tak mendengar, lelaki itu tak menghentikan pukulannya. Malah semakin keras dan cepat.
“Yya! I said stop then stop, Shim Changmin!” Berhenti. Lelaki itu menghentikan pukulannya.
“Apa?” Tanya Changmin pada seseorang yang membentaknya itu.
“Kau tidak perlu hingga seperti ini. Latihan membunuh sampai menjelang malam seperti ini? Kau hanya perlu menculiknya dan menyiksanya hingga dia mati kesakitan. Ahahaha, aku tidak sabar ingin membantumu.”
“Cish. Kukira hal yang lebih penting yang ingin kau katakan,” ujar Changmin sedikit meremehkan.
“Dia bukan seseorang yang mudah percaya pada orang lain kan?” Changmin menatap lelaki yang tingginya tidak lebih darinya itu. Kemudian ia mengangguk mengiyakan pertanyaan lelaki itu. Changmin mendudukkan tubuhnya di tanah kosong di lapangan itu, diikuti lelaki tadi.
“Dari yang kutahu, ya, dia memang seperti itu. Maka dari itu, menculiknya merupakan hal yang cukup sulit untuk kulakukan,” ujar Changmin dengan wajah datarnya.
“Atau kita bertukar tugas? Aku saja yang menculiknya dan kau lakukan tugasku. Tertarik?” Tanya lelaki itu penuh semangat. Changmin kembali memandang serius mata lelaki itu. Ia terlihat berpikir sebentar kemudian mengeluarkan suaranya lagi, “Menurutmu apa Yunho Hyung akan mengijinkan?”
“Jika kau yang bicara padanya, aku yakin dia pasti akan mengijinkan.”
Kemudian, keduanya tersenyum lebar, menandakan sebuah kepuasan melanda mereka saat ini.
***
Kyuhyun mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi ruangannya berada. Ia menyangga kepalanya dengan kedua tangan yang disatukan, kemudian ia memejamkan matanya. Mungkin sedang merilekskan diri. Sekitar 2-3 menit setelah itu, Kyuhyun kembali membuka matanya dan menatap kosong ke sebuah foto yang terletak di bagian kanan meja kerjanya.
Entah mengapa pikirannya kembali melayang ke saat-saat dimana atasannya menemuinya.
“Ada yang bisa kubantu, Sajangnim?” Tanya Kyuhyun pada lelaki yang dengan setengah hati harus ia panggil ‘Sajangnim’ itu. Lelaki itu menarik salah satu ujung bibirnya ke atas kemudian ia kembali berbicara.
‘Kyuhyun-ssi, anggap saja kita sedang bermain kartu, kemari.” Ucapannya itu hanya ditanggapi dengan kesunyian. Kyuhyun menghadap lelaki itu, masih di tempatnya. Ia malas sekedar untuk membalas pernyataan atasannya itu.
“Kau hanya akan punya dua kartu, begitu juga aku. Biasanya, Joker tidak dipakai kan? Bagaimana jika sekarang kita memakai Joker? Kedudukannya lebih tinggi dari semua kartu kecuali As, setuju?” dan Kyuhyun tetap diam tak bergeming. Jika saja lelaki itu bukan atasannya, sudah Kyuhyun tinggalkan ia sejak pertama kali lelaki itu masuk.
“Aku ambil diam-mu itu sebagai iya,” tambahnya lagi, ia sama sekali tidak menampakkan raut atau nada bicara yang kesal karena hanya ditanggapi dengan diam oleh Kyuhyun. Sebaliknya, lelaki itu tetap menjaga bibirnya untuk tersenyum.
“Kau tidak mau kemari? Ayolah, temani aku sebentar. 5 menit saja, aku juga hanya ingin meminta pendapatmu” pintanya lagi. Entah sadar atau tidak Kyuhyun melangkahkan kakinya tepat ke hadapan atasannya itu. Kemudian, dengan gerakan lambat, ia menarik kursi yang ada di dekatnya dan duduk di kursi itu. Sementara atasannya hanya memandang Kyuhyun.
Keduanya terdiam untuk waktu yang tak bisa dibilang sebentar. Kyuhyun mengetuk-ngetukkan jemarinya pertanda ia sedikit bosan dengan keadaan ini. Ingin sekali ia mengatakan, “Sajangnim, aku juga punya kerjaan yang harus kuselesaikan secepatnya,” namun ia urungkan niat itu dan tetap diam di tempat. Kyuhyun sedikit merilekskan tubuhnya ketika atasannya itu membuka mulutnya untuk berbicara.
“Jika sedang santai seperti ini, panggil Yunho saja, tidak perlu embel-embel Sajangnim,” balas lelaki itu kemudian. Kedua bola mata Kyuhyun masih dengan setia memandang tajam tiap gerak-gerik yang atasannya lakukan.
“Kyuhyun-ssi, anggap saja aku pemain pertama dan kau kedua. Kau mendapat sebuah Jack Spade dan As, sementara aku Joker dan King Heart. Aku mengeluarkan King Heart-ku pertama kali, nah, jika sudah giliranmu, apa yang akan kau keluarkan lebih dulu?”
Dia bodoh atau apa? Sudah jelas aku akan mengeluarkan Jack terlebih dahulu dan As untuk mematikannya. Sungguh, mengapa dia begitu bodoh?, batin Kyuhyun dalam hati.
“Sudah pasti aku akan mengeluarkan Jack terlebih dulu, Sajang– maksudku, Yunho-ssi.” Yunho tersenyum entah apa namanya.
“Bagus. Kau memilih untuk menang di akhir ya? King dan Jack, aku menang. Lalu aku akan mengeluarkan Joker milikku dan akan kau matikan dengan As yang kau punya. Kyuhyun-ssi, bukankah permainan ini terlalu mudah? Bahkan sepertinya para lansia pun dapat dengan mudah memainkan ini,” ujar Yunho lagi.
Kyuhyun mengerutkan dahinya, bingung. Untuk apa sih dia bicara nonsense seperti itu? Tidak ada artinya, batin Kyuhyun lagi entah untuk yang keberapa kalinya.
“Ya, ini terlalu mudah. Aku menang. Mengalahkanmu, Yunho-ssi.” Kemudian ruangan itu dilanda kesunyian untuk sekitar 5-7 menit. Hening. Senyap. Sama sekali tak ada suara. Sampai Yunho si lelaki yang punya badan lumayan bagus itu kembali mengeluarkan apa yang ada di pikirannya.
“Kyuhyun-ssi, kau tahu rahasia Joker?” Ini seperti bukan sebuah perbincangan. Ini adalah monolog. Yunho adalah si pelaku monolog, dan Kyuhyun seseorang yang menonton acara monolognya.
“Joker memiliki sebuah fungsi. Dan Joker, dengan sangat terpaksa harus menyembunyikan fungsi itu. Sampai saat ini, hanya beberapa orang yang mengetahuinya. Tapi, apa itu artinya masyarakat global tidak akan mengetahui fungsi itu? Tentu saja tidak, kan?”
“Berbicara yang jelas, Yunho-ssi,” ujar Kyuhyun sedikit geram akan ketidakjelasan perkataan atasannya itu. Oh iya, kau tak perlu terkejut bagaimana Kyuhyun bisa berbicara seperti bukan berbicara kepada atasan.
“Baik. Nah, takdir seorang Joker memang sudah ditentukan. Untuk permainan beberapa orang, Joker memang tidak dipakai. Sementara permainan kita kali ini adalah sebaliknya. Tunggu, kau tahu apa itu takdir Joker?”
“Aku tidak tahu, dan hanya sedikit rasa ingin tahuku mengenai takdir itu.” Yunho menghembuskan nafas panjang.
“Peduli atau tidak, aku akan tetap memberitahukan padamu.” Sungguh pemaksa.
“Dalam permainan beberapa orang, dia tak boleh hidup. Dia tak bisa menjadi sebuah kartu yang dimainkan. Dia bukan seperti kartu lainnya. Dia harus tetap mati. Joker tak punya fungsi. Joker, harus selalu mati.” Yunho berhenti sejenak, lelaki itu membenarkan posisi duduknya, kemudian ia menyatukan kesepuluh jarinya hingga sela-sela jari-jari itu tak lagi terlihat.
“Kau tahu aku tidak suka perbedaan kan, Kyuhyun-ssi? Maka dari itu, untuk menyamakan permainan kita dan permainan orang lain, Joker, harus dimatikan, begitu kan?”
“Jika kau ingin menyamakan permainan kita kali ini dengan permainan orang lain, seharusnya dari awal kau tidak membuat aturan Joker bisa dimainkan,” balas Kyuhyun kemudian.
“Di sinilah As berguna. Untuk mematikan Joker, kau punya As. Dan ketika kau mengeluarkan As milikmu, aku kalah,” lanjut Yunho seperti tak mengindahkan perkataan Kyuhyun.
“Kau mengerti apa yang kumaksud, Cho Kyuhyun-ssi?” Kyuhyun bepikir ke sana kemari. Menyabangkan pikirannya kemana-mana. Hasilnya, nihil. Ia masih terlalu bingung akan ucapan Yunho.
“As akan selalu menjadi As. Sementara Joker akan selalu menjadi Joker. As akan selalu menjadi pembunuh, dia pemegang segalanya.” Yunho berdiri. Membenarkan jasnya yang sedikit kusut. Kemudian berjalan keluar dengan santai. Tepat satu langkah sebelum pintu, lelaki itu berhenti.
“Oh iya, Kyuhyun-ssi. Jika kau mendapat Joker, jaga dia baik-baik. Supaya tak mudah dimatikan oleh As. Karena seperti yang sudah kukatakan tadi, Joker memiliki satu fungsi lagi yang bisa membahayakan keberadaan As.”
Dan sampai saat ini, lelaki itu belum menemukan apa arti perkataan Yunho. Ia kemudian berusaha menghilangkan pikirannya tentang kata-kata Yunho tadi. Kyuhyun masih menumbukkan pandangannya pada foto seorang wanita di mejanya. Ia tersenyum tipis kemudian menggumam, “Aku merindukanmu.”
“10 menit 23 detik,” ujar seseorang di belakang Kyuhyun. Kyuhyun seketika tersadar dari lamunannya dan ia membalikkan badan. Menatap seseorang yang baru saja berbicara padanya.
“Ha? Apa?”
“Kau memandangi wajah Noona-ku selama 10 menit 23 detik.”
“Lalu kenapa? Dia masih pacarku kok. Aku masih punya hak untuk memandanginya. Mehrong~”
“Dasar kekanakan.” Minho mendengus kesal. Lelaki muda itu melangkahkan kakinya mendekati meja Kyuhyun. Kemudian ia memainkan jemarinya di foto yang sedari tadi Kyuhyun pandangi.
“Dia memang cantik ya,” ujarnya dan menghembuskan nafas sedih setelah itu.
Kyuhyun menarik ujung bibirnya ke atas. Sebuah senyuman kerinduan terulas di wajahnya.
“Bahkan jika Sooyoung bukan Noona-ku, aku juga akan mendekatinya, Hyung.”
“Kau ingat saat dia menjalankan misi di Italia?” Kyuhyun mengambil foto itu dan mendekatkannya ke dadanya.
“Nde. Hahaha, aku ingat misinya itu menjadi sebuah legenda di organisasi kita,” jawab Minho. Mendudukkan tubuhnya di pinggiran meja Kyuhyun dengan santai.
“Itu menjadi sebuah awal baginya. Astaga, Minho, Noona-mu itu benar-benar gila ya. Hahahahaha!” Kyuhyun tertawa sedikit keras. Ia kembali memandangi foto itu yang masih berada di tangannya. Tersenyum hampir tertawa ketika ia mengingat peristiwa itu.
FLASHBACK
“Jika sudah bersama makanan saja, aish jinjja!” Kyuhyun menggerutu pada dirinya sendiri melihat Sooyoung makan dengan lahap dan melupakan kehadirannya di kamar hotel itu.
PRANG!
Seketika Kyuhyun menoleh ke sumber suara itu. Sementara Sooyoung tetap melanjutkan makan-memakannya dengan santai dan tak memedulikan suara kaca pecah tersebut.
“MWOYA?! YYA! CHOI SOOYOUNG! MUSUHMU DI SINI!” Kyuhyun berteriak sambil melebarkan matanya ketika ia melihat siapa dalang yang memecahkan kaca hotel itu. Orang itu seharusnya ia bunuh. Kyuhyun semakin terkejut ketika ia melihat Sooyoung masih dengan santai melanjutkan kegiatannya tanpa sedikitpun memedulikan apa yang baru saja terjadi.
“YYA! IGE MWOYA, CHOI SOOYOUNG?!” bentak Kyuhyun lagi. Geram dengan kelakuan Sooyoung. Sementara seseorang yang memecahkan kaca itu perlahan mendekati Sooyoung sambil mengacungkan senjatanya tepat ke pelipis wanita itu.
Tuk.
Senjata itu tepat menempel di pelipis Sooyoung.
“AISH WAEYO?! Kau benar-benar mengganggu kegia– MWOYA?!“ Sooyoung memandang orang yang meletakkan senjatanya di kepalanya kemudian menoleh ke arah Kyuhyun. Kemarahan terlihat di wajah cantik Sooyoung.
Wanita itu berdiri menghadapkan tubuhnya ke arah lelaki itu. Jarak keduanya tak sampai 70 cm. Sooyoung mendengus kesal sambil menusuk satu sosis yang masih utuh di piringnya.
“Kau Hwang Changsung ya?” Tanya Sooyoung. Sambil mengunyah sosis Jerman itu dengan santai. Tak peduli betapa dingin permukaan senjata itu di pelipisnya.
“Aku seharusnya sudah membunuhmu lho,” ujarnya lagi. Sooyoung kemudian beralih menatap Kyuhyun yang diam dengan mulut terbuka lebar dan mata melotot. Seakan tak pernah menyaksikan pemandangan itu langsung di hadapannya.
“Kau gila ya? Kenapa tidak dicegah sih? Dasar lemah!” Sooyoung membentak seseorang bermarga Cho itu tanpa ragu. Tangan kanannya masih dengan aktif menggenggam garpu dan mencari-cari sesuatu yang bisa ia makan. Kemudian kembali memandang lelaki yang menodongkan senjata ke arahnya dengan malas.
“Heh, dengar ya, Penjahat Tanpa Kata. You’ve been distracting my precious dinner, and that’s pissed me off. Kau.. harus menanggung resikonya, Hwang Chansung-ssi.”
Sooyoung menendang perut lelaki bernama Changsung itu. Membuatnya menjatuhkan senjata yang sedari tadi ia genggam. Sooyoung menahan lelaki itu di bawahnya, kemudian mengambil senjata yang terjatuh itu dan menyerahkannya pada Kyuhyun. Kemudian ia kembali menghabisi Chansung hingga lelaki itu berdarah-darah. Setelah puas, Sooyoung berdiri dan membelakangi Chansung yang tengah terkapar. Ia mendekati Kyuhyun dan memandang lelaki itu bosan.
“Kyuhyun-ah, aku tahu kemampuanmu dalam hal seperti ini memang tak terlalu bagus. Tapi setidaknya, kau juga harus bisa untuk mencegah seorang musuh masuk ke wilayah kita dong!” Sooyoung membentak lelaki itu. Tangannya kembali mengambil senjata yang sekarang berada di tangan Kyuhyun saat Kyuhyun menunjuk ke arah belakang wanita itu.
BUGH!
Ia kembali memukul –kebetulan– dada Chansung yang ternyata kembali berdiri dan hendak menyerang Sooyoung. Wanita itu tersenyum meremehkan, kemudian sedikit memutar kepalanya ke belakang.
“Huh! Kau pikir aku tidak tahu kau akan kembali menyerangku?! Dasar makhluk jahannam!”
DOR!
Peluru timah itu berhasil mendarat dengan sempurna di perut Chansung.
Ada yang aneh di raut wajah Sooyoung saat ini. Ia terlihat terkejut dan menutup mulutnya yang terbuka.
“Cho Kyuhyun! Aku lupa ini di hotel!”
FLASHBACK END
“Dia terlalu bersemangat saat itu, sampai tak menyadari dia sudah menghabisi nyawa si Chansung itu di hotel,” tukas Kyuhyun.
“Sooyoung Noona memang benar-benar sulit ditebak. Aah Hyung, itu di mejamu ada banyak tumpukan misi..” Minho menunjukkan senyum sedikit tak ikhlasnya. Masih mencoba mengalihkan pembicaraan yang ia mulai sendiri. Ia sadar akan berakhir seperti apa pembicaraan itu nanti.
“Ah? Oh oke. Omong-omong, kenapa tidak ditangani oleh yang lain saja sih?”
“Molla Hyung,” ujar Minho lagi sambil melenggang pergi meninggalkan Kyuhyun.
“Aah jeongmal..” gerutunya pada diri sendiri. Kyuhyun hampir saja membuka tumpukan kertas data-data mengenai target misinya itu jika saja seseorang tidak menepuk bahunya. Ia menoleh hanya untuk mendapati Minho berada di belakangnya. Lagi.
“Ada apa sih?” tanyanya sedikit kesal.
“Kau ditunggu Leeteuk Hyung di ruangannya,” jawab Minho dengan wajah biasanya.
“Oh astaga. Apalagi ini,” gerutunya lagi. Kyuhyun berdiri dan mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan atasan divisinya itu.
Tok tok tok.
“Masuk.” Kyuhyun melangkah lebih dalam ke ruangan itu setelah suara persetujuan terdengar.
Leeteuk mendongak dan tersenyum setelah mengetahui siapa yang memasuki ruangannya kali ini. “Kau sudah kembali ya,” ujarnya. Masih menyelesaikan beberapa urusan yang menumpuk di mejanya.
“Nde, Hyung. Ada apa memanggilku?”
“Benar-benar tipe yang tidak suka basa-basi,” tukas Leeteuk lagi.
“Cepatlah.”
“Baiklah, baiklah. Kau mendapat misi baru, misi ini langsung dari Yunho Sajangnim. Soal misi yang menumpuk di mejamu itu, sudah ditangani oleh agen yang lain,” ujar Leeteuk tegas. Kali ini ia sudah tidak lagi serius dengan kertas-kertasnya.
Kyuhyun mengerutkan kening. Bingung. “Yunho Sajangnim? Tumben sekali.”
“Uhuh. Kau seharusnya bangga Kyu, kau mendapatkan misi ini langsung darinya.” Kyuhyun tersenyum remeh. Tak begitu menyetujui ucapan Leeteuk.
“Misi apa sebenarnya, Hyung?” Tanya Kyuhyun lagi.
“Membunuh Ahn Gil Kang.” Mata Kyuhyun melebar hingga kedua bola matanya seperti hendak keluar ketika nama itu disebutkan.
“Heuh? Ahn Gil Kang? Yang belum lama diduga sebagai dalang kasus suap pada perdana menteri itu?” Leeteuk mengangguk pasti. Membalas pertanyaan Kyuhyun. Kyuhyun kembali diliputi kebingungan. “Bukankah belum pasti pelakunya dia? Lagipula stastusnya masih diduga. Ah satu lagi, buktinya pun masih belum cukup kuat,” ujar Kyuhyun. Kulit-kulit dahinya mengkerut sejalan dengan kedua alis tebalnya yang seperti menyatu.
“Rupanya kau belum mengerti ya?” Leeteuk bersandar pada kursi hitam besarnya. Kemudian ia memejamkan mata.
“Apalagi yang tidak kumengerti?”
“Ahn Gil Kang meyuruh bawahan-bawahan idiotnya untuk mencari bukti-bukti itu, sebelum kita menemukannya. Dan mereka berhasil. Kau tahu apa artinya?” Leeteuk masih menutup matanya erat.
“Dia terlindungi. Begitu kan?” tukas Kyuhyun lagi dengan cepat. Lelaki itu memang memiliki tingkat respons yang cepat.
“Point. That’s what I hate the most, his current status is guarded. Tidak ada cara lain selain membunuhnya. Dengan membunuhnya, kita tak perlu repot-repot lagi untuk menemukan bukti-bukti itu.” Kali ini Leeteuk membuka matanya.
“Aah.. Aku tahu maksud pembicaraanmu. Lalu, siapa partnerku?”
“Yuri dan Changmin. Kalian kembali bersatu ya, meskipun tanpa Soo– A-ah, untuk detail misinya bisa kau baca sendiri,” ujar Leeteuk lagi sambil melemparkan sebuah data tentang misi Kyuhyun kali ini. Masih berusaha menutupi raut wajahnya yang hampir saja menyebutkan nama seseorang secara tidak sadar.
Berbeda dengan Kyuhyun. Tatapannya berubah sendu kali ini, kemudian ia berkata, “Meskipun tanpa siapa? Sooyoung?”
Leeteuk terhenyak. Menyadari kelalaian mulutnya sampai bisa mengucapkan nama itu di kantor. “Anni, lupakan.”
Kyuhyun mendecak kesal. Dengan langkah ringan ia keluar dari ruangan itu dan menuju mejanya kembali. Tanpa mengucapkan gamsahamnida atau permisi ke atasannya itu.
***
“Heh, kau sedang apa?”
“Naega? Aku sedang mengurusi beberapa hal di butik. Sebentar lagi aku pulang.”
“Tidak ada yang bertanya kapan kau pulang.”
“Eyy, jika kau meneleponku hanya untuk mengatakan kalimat-kalimat sarkatismu itu padaku, sebaiknya kau putuskan saja teleponmu ini.”
“Siapa yang sarkatis, Choi? Seharusnya kau menyadari diri sendiri dulu jika kau lebih sarkatis ketimbang a–“
Tut tut tut.
Sambungan terputus.
“Choi Sooyoung nan jeongmal!” Yuri kembali menelepon Sooyoung untuk yang kedua kalinya. Beruntunglah ia Sooyoung mengangkat sambungan itu.
“What, Yul? I’m busy right now.”
Tut tut tut.
Sambungan terputus untuk yang kedua kalinya. Yuri menghela nafas lega. Setidaknya, ia sudah menelepon Sooyoung untuk memastikan keadaan wanita itu hari ini. Yah, sebagai penjaga Sooyoung, ia memiliki tugas untuk tetap mengetahui keadaan Sooyoung setiap hari. Dulu, ia sampai pernah dikatai sebagai lesbian oleh Sooyoung, itu karena ia terus-terusan menelepon Sooyoung setiap hari. Maka dari itu Yuri mulai mengurangi intensitas-menelepon-Sooyoung-nya menjadi tiap 3 hari sekali.
Beep.
Yuri mengambil ponsel khusus kerjanya. Barusan notifier sebuah pesan masuk. Ia membaca pesan itu dengan seksama.
Malin : Andromeda. 7 pm.
“Mungkinkah ini sebuah misi baru? Jika iya, ini aneh.” Wanita itu melirik jam tangan di tangan kanannya. 6.51 pm. Dengan kebingungan luar biasa Yuri melangkah keluar dan mulai mengendarai mobilnya ke tempat yang tadi seseorang sebutkan di pesannya. Sudah tak ada waktu. Rumahnya cukup jauh dari tempat itu.
***
“What, Yul? I’m busy right now,” ujar Sooyoung dan segera mengakhiri panggilan Yuri untuknya. Dia sedikit tersenyum dan mengatakan ucapan terima kasih dengan pelan ketika salah satu pegawainya memberinya beberapa berkas untuk ditandatangani. Berkas itu biasanya berisi persetujuan untuk memberikan sponsor untuk beberapa artis atau bekerja sama dengan pihak lain.
“Aah.. Hoaaammm..” Sooyoung meregangkan badannya sambil sedikit menguap ketika berkas-berkas yang harus ia tandatangani itu selesai dikerjakan. Hari ini benar-benar hari yang sibuk untuknya. Ia melihat jam dan menyadari waktu masih menunjukkan pukul 7 malam. Setidaknya ini belum terlalu malam. Wanita itu memutuskan untuk mengunjungi coffee shop favoritnya.
Sooyoung menghubungi Yuri dalam perjalanannya menuju coffee shop itu. Ia mendecak kesal ketika hanya suara operator yang terdengar. Sooyoung berpikir untuk beberapa saat. Kemudian senyumnya mengembang.
Ia kembali menghubungi seseorang. Berharap orang itu mengangkat.
“Yeoboseyo. Ada apa, Choi? Kau merindukanku?”
Senyumnya kembali mengembang ketika ia mendengar suara berat itu berbicara. Kyuhyun mengangkat teleponnya.
“Kau.. mau menemaniku makan tidak?” tanyanya sedikit ragu. Takut sebuah penolakan yang akan ia dapat.
“Aah.. Mianhaeyo, Soo-ah. Aku ada urusan penting setelah ini.”
Benar kan. Penolakan yang tak langsung.
“Gwenchana, Kyu. Eumm.. Baiklah, aku tutup. Maaf mengganggumu. Annyeong–“
“Sooyoung-ah!”
Wanita itu sedikit terkejut ketika Kyuhyun memotong perkataannya.
“Waeyo?”
“Eumm.. Anniya, tidak jadi. Lupakan.” Ia mendengar sebuah keraguan dari suara berat itu. Tak mau kembali mengganggu Kyuhyun, Sooyoung memutuskan untuk cepat-cepat memutuskan sambungan itu.
“Aah nde. Annyeong, Kyuhyun-ssi.”
Tut tut tut.
“Dasar tidak sopan!” Baru saja ia merubah pandangannya soal Kyuhyun, kini pandangan itu sudah lenyap layaknya ditelan bumi. Sooyoung mengendikkan bahu. Malas memikirkan hal kurang penting seperti itu.
“Sepertinya aku mendapat karma karena memperlakukan Yuri seperti tadi,” gerutunya.
***
Sementara itu, di sebuah tempat yang tak bisa dibilang bersih, ketiga orang telah berkumpul. Ekspresi datar terlihat di wajah ketiga orang itu. Sedetik kemudian, satu di antara ketiga manusia itu bersuara.
“Kita berkumpul lagi.”
TBC
Huuaaahhhh akhirnya part 3 keluar! Maaf ya update lama banget, banyak urusan yang harus saya urusi. Oh iya makasi yang udah nungguin J Sejujurnya saya sedikit kecewa karena di part 2 kemarin yang komen cuma 80. Berkurang sekitar 20 dari part pertamanya. Saya bukan tipe author yang kalo komennya ngga segini-segitu nggak akan lanjut, tapi ya tolong dihargai juga ya usaha saya buat ff ini. Meskipun masih banyak kekurangan sana-sini. Kritik dan komen kalian itu sangat membantu saya J Makasi.
Oh iya, ada yang tau yang dimaksud As dan Joker sama Yunho itu siapa? Hihihi maaf ya saya bikin bingung kalian._.
