Title : Secret Service
Main cast : Cho Kyuhyun – Super Junior
Choi Sooyoung – SNSD
Other Cast : Im Yoona – SNSD
Stephanie Hwang – SNSD
Choi Siwon – Super Junior
Lee Donghae – Super Junior
Shim Changmin – DBSK
Yunho – DBSK
Cho Ahra as Kyuhyun’s sister
Mr. Hwang as Tiffany’s dad (OC)
Kim Eun Hyun as Kyuhyun’s mom (OC)
Disclaimer : Cerita ini hanya fiksi belaka. Mohon maaf jika kurang berkenan dengan beberapa penggunaan kata yang terkesan kasar dan adegan kekerasan yang kurang baik. Beberapa istilah yang digunakan dalam fanfic ini hanyalah karangan author semata.
BIG THANKS for ALL READER who leave comments and like this story <3
HAPPY READING!!
—————-
3-8-5-9
Cklek!
Perlahan Donghae masuk ke dalam ruangan itu.
Debu dan bau pengap menyambutnya di ambang pintu. Sedikit terbatuk dan mengibas-ngibas tangannya berharap debu akan menyingkir dari radius penciumannya, Donghae melanjutkan langkahnya memasuki ruangan itu.
Hanya ada seberkas cahaya yang menerangi ruangan itu remang-remang menyorot ke sebuah kotak yang terletak diatas meja kecil setinggi pinggang manusia di tengah ruangan 5 x 5 m itu. Donghae menyalakan senter dari jam tangannya untuk mendapatkan penerangan lebih.
Apa aku harus membukanya sekarang? batin Donghae ragu.
Ia tak langsung membuka kotak itu. Dilihat dari tampak luar kotak itu pun, ia tak bisa menebak apa isinya. Tapi ia tahu pasti bahwa apapun yang ada di dalam kotak itu adalah penyelesaian masalah mereka saat ini.
Tangannya menyentuh ujung penutup kotak itu. Tapi lagi-lagi ia berhenti.
Tidak heran kalau Donghae masih berpikir lagi. Bagaimanapun ia masuk ke dalam ruangan ini tanpa sepengetahuan siapapun. Sepeninggal Kyuhyun yang pergi mencari Sooyoung, ia sudah mempertimbangkan berkali-kali apa ia harus masuk ke ruangan itu dengan kode yang telah dipecahkan Kyuhyun. Secarik kertas berisi deretan 4 huruf itu tertinggal di meja kerja Donghae karena Kyuhyun buru-buru pergi tadi. Hingga ia berakhir di ruangan ini, tidak ada satupun orang yang mengetahuinya. Ia hanya ingin cepat-cepat menemukan penyelesaian masalah mereka saat ini karena ia tahu dengan Kyuhyun berusaha menemui Sooyoung saat ini jelas tidak akan membawa penyelesaian. Kemungkinan besar malah memperumit masalah dan melibatkan perasaan lebih jauh.
Donghae menggeram kesal menghadapi keraguannya itu. Akhirnya ia memutuskan mengaktifkan ponselnya dan menelpon seseorang.
“Yobosseo. Oppa, neo eodiya? Siwon-ssi sudah kembali dan dia mencarimu karena ia tidak bertemu Kyuhyun di Jamsil. Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi daritadi, eoh?” serobot orang itu.
“Yoona-ah, aku di ruangan rahasia itu.”
“Mwo?!?! Jinjja? Bagaimana kau bisa-ah, chakkam-…”
Donghae menahan nafasnya beberapa saat karena tiba-tiba ia merasa cemas.
“…yobosseo? Kau mendengarku? Tadi aku di koridor, banyak staff, sekarang aku sudah aman di ruang kerjaku. Oppa, kau benar-benar di ruang itu? Kau tidak menunggu Kyuhyun kembali? Sekarang Siwon panik mencari Kyuhyun. Bagaimana ini?” cerocos Yoona.
“Yoona, aku butuh jawabanmu.”
“Eh? Maksudmu?”
“Di ruang rahasia ini, hanya ada sebuah kotak. Entah apa isinya. Yang jelas, isi kotak ini akan membantu kita. Apa aku berhak membukanya?”
“…”
“Waktumu sepuluh detik untuk bilang iya atau tidak. 10…9…”
“Bukalah, oppa. Kita sudah tidak punya waktu.”
Klek!
Donghae membuka kotak itu. Cahaya remang itu menimpa permukaan benda di dalam kotak itu menimbulkan kilauan.
“Yoona-ah…”
“Oppa, apa isinya? Neo gwenchana? Oppa?? YA!”
Donghae menggeleng tak percaya menyadari apa isi kotak itu. Kemudian ponselnya terjatuh hingga tergeletak di sisi sepatunya.
***
Kim Eun-Hyun membeku di ambang pintu apartemennya.
Setengah berharap hanya ilusinya karena kelelahan mencari kabar dimana Kyuhyun yang tidak pulang setelah menginap di rumah temannya, Eun-Hyun memaki dalam hatinya.
“Simpan dulu amarahmu. Ada hal yang lebih penting yang harus kita bicarakan.” ujar si tamu yang kini sudah duduk di ruang tamu apartemen itu.
Firasat tidak baik. Eun-Hyun merasakan jantungnya bertalu-talu dan tubuhnya terasa dingin. Ada apa ini?
Perlahan Eun-Hyun menutup pintu apartemennya. Berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang, Eun-Hyun duduk di sofa yang bersebrangan dengan tamu itu.
“Kyuhyun…ingatannya sudah kembali…”
Jika ada pilihan antara disambar petir tujuh belas kali berturut-turut atau mendengar berita ini, Eun-Hyun tanpa ragu memilih disambar petir. Baginya, mati akan lebih baik daripada ingatan Kyuhyun kembali. Belasan tahun ia berjuang melindungi Kyuhyun dan semuanya terasa mentah kembali dalam waktu sepersekian detik.
“Dimana dia?”
“Tidak tahu. Dia pergi begitu ingatannya kembali dan-“
“Kenapa kau kembali ke Seoul?”
“Apa kau kira kembalinya ingatan Kyuhyun adalah karenaku?”
“Hanya kau dan aku yang tahu semua masa lalunya. Jika tidak ada hal yang memancing, ingatannya tidak akan pernah kembali.”
“Jadi ini ibu yang telah melahirkanku ya? Tidak punya perasaan dan egois.”
Eun-Hyun mulai tak sabar. Pikirannya kalut dan sekarang ia harus bertengkar dengan anak perempuan satu-satunya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. “IYA! INILAH AKU! KAU MAU APA? MEMANGNYA KAU MASIH MENGANGGAP AKU IBUMU???”
Cho Ahra menatap lirih ibunya. “Eomma…”
Rasanya begitu rindu. Bertahun-tahun ia berusaha tegar melepas anaknya pergi sejauh mungkin dari Korea, membiarkan semua amarah tertuju padanya bahkan benci. Ia nyaris tak pernah bermimpi bertemu dengan Ahra apalagi Ahra masih menganggap dirinya sebagai seorang ibu setelah semua yang dia perbuat. Sekarang, Ahra di hadapannya dan memanggilnya, Eun-Hyun tanpa sadar meneteskan air mata.
Ahra beringsut memeluk wanita itu tanpa ragu.
Dengan sesenggukkan, Eun-Hyun mulai berkata,”Aku tidak ingin kalian terjerumus ke dunia yang sama dengan ayah kalian. Sudah cukup, aku kehilangan ayah kalian. Tapi…mereka terus mencari dan Kyuhyun harus menggantikanmu. Aku-“
“Ssshhhttt…aku mengerti eomma. Maafkan aku.”
“Ahra…” Tangisan Eun-Hyun tak bisa dihentikan. Semuanya meluap kemudian tumpah menjadi airmata yang tak mampu dikendalikan lagi.
“Kyuhyun…dia harus tahu yang sebenarnya. Ini adalah takdir yang harus ia jalani. Hoot…begitu pula, Sooyoung…”
Eun-Hyun mendadak teringat sesuatu. Jika ingatan Kyuhyun memang sudah kembali, berarti ia sudah tahu tentang Sooyoung yang sebenarnya. Apa mungkin-
Buru-buru Eun-Hyun melepaskan pelukan Ahra dan mencengkram bahu Ahra dengan cemas lalu bertanya,”Apa Sooyoung sudah tahu kalau ayah-“
“Sepertinya sudah. Tapi sayangnya bukan dari mulut Kyuhyun.”
“Maksudmu?”
“Sooyoung berada di pihak Falcon sekarang. Changmin…dialah yang mengatakan semuanya pada Sooyoung tentang pembunuhan orang tuanya.”
“Ya Tuhan…”
***
Sooyoung menghela nafas lelah sambil berbaring di sofa panjang. Ia memandang kearah langit-langit apartemen barunya kemudian beralih ke tumpukan kardus yang belum dibongkar sejak datang kemarin siang.
Ia tahu seharusnya ia secepatnya membongkar barang-barang itu dan menatanya tapi entahlah, hatinya belum tergerak. Energinya serasa terkuras meskipun seharian ini yang ia lakukan hanyalah marah.
Sekilas pikirannya melayang kembali ke saat Changmin menciumnya. Kekecewaan itu terasa semakin nyata.
“Kau tidak punya siapapun lagi, Sooyoung-ssi…tidak satu orang pun…kau…aku…adalah bentuk tunggal…”
Benar. Dia sendirian dan tidak punya siapapun. Harusnya ia berterimakasih pada Changmin yang telah membuka matanya tentang keadaannya ini. Cepat atau lambat ia memang harus tahu kebenarannya. Benar kata pepatah, sometimes truth does hurt.
Terlalu menyakitkan karena hatinya belum tertata sepenuhnya. Dia kira badai pertama dan terakhir yang akan ia lalui hanyalah saat ia tahu Kyuhyun sebenarnya pewaris kekuasaan Hoot. Tentu saja salah. Belum tuntas sakit hatinya dibohongi oleh Siwon terkait Kyuhyun, ia harus menerima kebohongan lainnya yang lebih menyakitkan.
Tuan Cho, ayah Kyuhyun, adalah penyebab kematian orang tua Sooyoung.
Selama ini ia berpikir pengabdiannya pada Hoot adalah satu-satunya cara untuk mengabdi pada almarhumah orangtuanya tapi mengetahui kenyataan ini. Sia-sia.
Pikiran Sooyoung kini meloncat mundur ke belakang. Kembali ke pertemuan pertamanya dengan Changmin yang ia kira hanya karena pria itu ingin membunuhnya untuk membalaskan dendamnya rupanya malah seperti pertemuan dua orang korban keegoisan generasi terdahulu.
FLASHBACK
“Aku Changmin. Shim Changmin. Ketua Falcon.”
Sooyoung yakin betul ia tidak salah mendengar perkataan pria yang memanggilnya itu. Tapi bagaimana mungkin pria itu adalah ketua Falcon?
Tiba-tiba Sooyoung merasa dirinya dalam bahaya besar dan usianya mungkin akan usai detik ini juga. Dia mulai berhalusinasi suara desingan peluru diantara keramaian orang-orang yang berlalu lalang menyebrangi zebra cross itu.
“Apa kau ada waktu untuk bicara denganku?”
Meski hatinya gentar, Sooyoung berusaha terlihat tenang. Ia melirik jam tangannya. Mutlak terlambat. Tapi apa sebenarnya hal yang ingin Changmin bicarakan?
“Kau tidak akan menyesal memilih bicara denganku saat ini, Sooyoung-ssi.”
“Baiklah, kita bicara di coffee shop itu.”
Dua orang itu kemudian masuk ke dalam coffee shop itu, duduk di kursi dekat jendela kaca setelah memesan dua Americano.
Changmin memandang datar kearah Sooyoung kemudian berujar tanpa ekspresi,”Ayah Cho Kyuhyun adalah penyebab kematian kedua orangtuamu.”
“Apa maksudmu?” Sooyoung terkejut setengah mati.
“Siwon menutupi fakta ini agar kau tetap mau menjalankan tugasmu untuk melindungi Kyuhyun.” lanjut Changmin.
Sooyoung merasa badannya limbung. Diteguknya Americano itu berharap rasa pahit kopi itu menyadarkannya dari mimpi buruk ini. Tidak berhasil tentu saja.
“Kau mau mengadu domba aku dengan Siwon?”
“Tidak perlu aku lakukan. Toh, memang ini kenyataannya.”
“Pembohong besar. Pantas saja Tiffany meninggalkanmu.” Sooyoung berusaha defensif.
Rahang Changmin sedikit mengeras menyadari Sooyoung tahu kisah masa lalunya dengan Tiffany. Tapi ia buru-buru mengendalikan diri karena untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk bicara dengan Sooyoung adalah kesempatan langka karena Siwon selalu mengawasi yeoja itu kemana-mana.
“Well, Tiffany memang meninggalkanku. Tapi kenyataannya Siwonmu yang kau kira melindungimu itu justru menjerumuskanmu. Kau tidak percaya?”
“Menurutmu?”
“Kau selidiki sendiri saja. Menurutmu, apa alasannya kau dipilih menjadi pelindung Kyuhyun? Kenapa dari awal Siwon tidak bilang padamu siapa Kyuhyun?”
Sooyoung terkesiap. Semua kejadian tiba-tiba masuk ke ingatannya dan terputar secara marathon menyadarkannya tentang satu hal. Siapa Cho Kyuhyun?
“Bukankah tidak masalah jika sejak awal Siwon cerita saja padamu bahwa Kyuhyun memang calon ketua Hoot dan bagaimana sejarah keluarga Cho sebagai pemimpin Hoot dari dulu? Kau akan tetap menjalankan tugas itu kan? Tapi kenapa Siwon memilih tidak menjelaskan siapa Kyuhyun sebenarnya dari awal kau diberi tugas?”
Sooyoung merasakan badannya menggigil.
“Satu-satunya alasan kenapa Siwon tidak mengungkapkan siapa Kyuhyun dari awal adalah karena ia takut kau tahu bahwa ayah Kyuhyun adalah penyebab kematian orang tuamu.”
Changmin mendengus senang melihat pemandangan di depannya. Apalagi kalau bukan Sooyoung. Yeoja itu menatap nyalang dengan bahu gemetar dan wajah yang perlahan semakin pucat.
“Apa kau tidak heran dengan staff Hoot yang kebanyakan masih muda padahal organisasi itu sudah berdiri sejak sebelum Korea Utara dan Selatan berpisah? Paling hanya kepala divisi dan dewan utama saja yang cukup berumur. Iya kan?”
Sooyoung mengangguk pelan.
“Semua staff Hoot yang mengetahui kejadian pembunuhan orangtuamu sudah dicuci otak dan dikeluarkan dari Hoot. Setelah itu, Hoot melakukan rekrut besar-besaran karena keluarga Choi dan Hwang mengambil alih kepemimpinan Hoot. Karena tak lama setelah orangtuamu tewas dibunuh, ayah Kyuhyun tewas dalam kecelakaan pesawat.”
Perlahan Changmin seakan menghubungkan semua benang merah di Hoot yang seakan terpisah-pisah. Pria itu nyaris seperti membuat memori yang sudah remuk jadi abu kembali utuh.
“Jika kau ingin balas dendam, bukan dengan Falcon. Tapi dengan Hoot.” tukas Changmin menusuk pendengaran Sooyoung.
Changmin mendesis senang kemudian berkata lagi,”Jika kau masih belum percaya, periksa saja database Hoot sepuluh tahun yang lalu. Aku jamin tidak ada. Karena sepuluh tahun yang lalu, orangtuamu meninggal.”
Sooyoung merasakan nafasnya memburu. “K-ke-kenapa? Kenapa kau menceritakannya padaku?”
Kali ini Changmin mendengus kesal. “Karena aku ingin balas dendam pada Siwon.”
“K-kau-“
“Ayahnya adalah penyebab kematian ayahku.”
Kepalanya kini terasa semakin nyeri mendengar perkataan Changmin. Apalagi ini?
Changmin melirik sambil tersenyum culas kearah Sooyoung. “Ku bilang juga apa. Kau tidak akan menyesal memilih bicara denganku, Sooyoung-ssi…”
FLASHBACK END
Sooyoung menghela nafas lagi. Semua kejadian ini begitu cepat menghantamnya. Semua ini membuatnya mempertanyakan kembali identitas dirinya dan mengakhiri pertanyaan pada dirinya sendiri itu dengan jawaban bahwa dia adalah Choi Sooyoung yang hidup sebatang kara.
Perlahan ia mengumpulkan sisa-sisa energi yang ada di tubuhnya, kemudian membuka kardus-kardus itu satu per satu. Bagaimanapun, hidupnya harus terus berlanjut.
Pada kardus ketiga yang ia buka, ia menemukan sesuatu yang ia kira sudah hilang lenyap entah kemana.
Yin dan yang.
Jepit rambut pemberian Kyuhyun.
Sooyoung tertawa kecut menyadari makna simbol hiasan jepit itu. Yin dan yang adalah dua kekuatan yang berlawanan yang tidak hanya sekedar saling menggantikan, namun menjadi satu melalui aliran konstan alam semesta.
Omong kosong. batin Sooyoung.
Yang kuatlah yang mengendalikan segalanya.
“Sooyoung-ssi,” Suara Changmin menyadarkan Sooyoung.
Tiba-tiba tablet berlayar 10 inch itu tersodor ke hadapan Sooyoung.
PEDANG PUSAKA KERAJAAN KOREA YANG HILANG TELAH DITEMUKAN. BENARKAH HUKUMAN MATI SHIM HYUNG JOON ADALAH KESALAHAN?
Sooyoung membeku.
“Perang segera dimulai, Sooyoung-ssi.”
***
Tiffany Hwang yakin sepenuhnya dia tidak punya kemampuan untuk lari sekencang ini. Apalagi dengan sepatu heels setinggi sepuluh senti yang ia gunakan saat ini, ia berlari menaiki tangga darurat karena tidak sabar menunggu lift menuju lantai tempat Siwon berada dengan cepat.
BRAKK!!
Tiffany mendorong pintu tangga darurat itu, menyusuri koridor, dan membuka pintu ruangan ketua Hoot itu tanpa ketuk pintu dahulu. Ia seratus persen yakin Siwon berada di dalam ruangan itu. Tapi entahlah jika ada Kyuhyun di dalamnya.
Dan tidak ada, ternyata.
“Fany-ah?” Siwon berseru kaget melihat Tiffany dengan nafas memburu menghampirinya.
Siwon kemudian bergerak mendekat kearah Tiffany. “Kau baik-baik saja?”
“Pe-hhh-d-hhh-aaang-hhh…hhh…be-hhh-rrrri-taa-hhh…hhh…”
“Tenang dulu, chagi, aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”
Tiffany meraih ponsel di saku blazer yang ia kenakan. Lalu menunjuk-nunjuk layar ponselnya berkali-kali.
Siwon kemudian melihat kearah layar ponsel Tiffany dan melihat deretan huruf di layar digital itu.
PEDANG PUSAKA KERAJAAN KOREA YANG HILANG TELAH DITEMUKAN. BENARKAH HUKUMAN MATI SHIM HYUNG JOON ADALAH KESALAHAN?
Rahang Siwon mengeras.
“Berita ini sudah menyebar dan aku-“
BRAKK!!
Pintu ruangan itu terbuka lagi namun lebih keras membuat perkataan Tiffany terpotong dan mereka berdua menoleh kearah pintu.
Lee Donghae.
“Kemana saja kau? Ponselmu tidak aktif dan-“
“Siwon-ssi, kau harus melihat ini…”potong Donghae mengabaikan teguran Siwon.
Donghae menaruh sebuah kotak tua di meja kerja yang ada di ruangan itu.
“Apa ini?”
“Maaf sebelumnya. Aku lancang masuk ke ruang rahasia itu. Kotak ini aku temukan di ruangan itu.”
Siwon menatap tak percaya. “Kau tahu kodenya?”
“Kyuhyun meninggalkan kertas kodenya di ruanganku tadi.” jelas Donghae sekilas kemudian membuka kotak itu.
“Donghae-ssi…itu kan…” Tiffany tak mampu menyelesaikan perkataannya. Wajah cantiknya menunjukkan ekspresi kaget luar biasa.
“Pedang pusaka yang hilang.”
“Maldo andwae…” desis Siwon.
“Oh My God, this can’t be happening. Something’s going wrong here.”
Donghae menoleh heran kearah Tiffany. Something’s going wrong? Bukankah ini akan membenarkan segalanya?
Tiffany terduduk lemah di sofa yang ada di dekatnya. Diangsurkannya ponselnya kearah Donghae agar pria itu membaca berita yang membuat penemuannya di ruang rahasia menjadi abu-abu.
“Bagaimana mungkin?” Donghae terperangah menyadari isi berita itu.
“Itu juga pertanyaanku, Hae. Bagaimana mungkin…pedang ini ada di ruang rahasia sementara pedang ini harusnya sudah ditemukan di luar sana?”
***
“Apa kau bilang?”
“Menteri Pertahanan Korea sedang menunggu Anda di ruang rapat besar di lantai 3, Tuan.”
“Aku akan segera kesana.” putus Mr. Hwang kemudian menaruh gagang telepon itu.
Alisnya bertaut heran. Ada masalah apa sampai Menteri Pertahanan ingin menemuinya? Sebegitu mendesaknya kah hal yang harus mereka bicarakan sampai beliau langsung mengunjunginya di Hwang Building? Hanya ada satu hal yang mungkin menjadi topic pembicaraan antara Mr. Hwang dan Menteri Pertahanan yaitu, hal terkait Hoot. Memang bukan rahasia umum jika sebenarnya Menteri Pertahanan mengenali semua kelompok mafia yang ada di Korea Selatan. Meski kelompok mafia kebanyakan cenderung melakukan tindakan kriminal, keberadaan mereka secara tidak langsung menyokong kekuatan pertahanan negara sehingga kelompok mafia ini justru dalam naungan negara untuk mendukung negara jika dibutuhkan. Terlepas dari hal pertahanan negara, setiap kelompok mafia harus mampu bertahan dengan caranya masing-masing sehingga hukum rimba itu masih berlaku di dunia mafia itu.
Mr. Hwang masuk ke dalam ruangan rapat itu dengan segera dan benar saja Lee Do Jin, sang menteri, sedang duduk di salah satu kursi dan memandang kearahnya.
“Menteri Lee, anyeonghasseo. Aku tidak menyangka Anda berkunjung siang ini.”
“Hwang Tae Hyun, aku butuh penjelasanmu saat ini juga.” tukas Menteri Lee tanpa basa-basi.
Mr. Hwang mengerutkan keningnya heran. Kemudian ajudan Menteri Lee mengangsurkan tab ke Mr. Hwang.
PEDANG PUSAKA KERAJAAN KOREA YANG HILANG TELAH DITEMUKAN. BENARKAH HUKUMAN MATI SHIM HYUNG JOON ADALAH KESALAHAN?
“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” desis Mr. Hwang terkejut.
Menteri Lee mendecak kesal. “Harusnya aku yang bertanya padamu.”
“Menteri Lee, aku-“
“Berita ini sudah menyebar. Cepat atau lambat, pihak kepresidenan harus mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan semua ini. Aku harap kau cepat menemukan penjelasan atas masalah ini atau keamanan negara akan terancam.”
Mr. Hwang terduduk lemas. Ia tidak menyangka masalah macam ini akan datang.
“Jika pedang itu telah dikonfirmasi keasliannya, hukuman mati itu akan jadi boomerang bagi pemerintah.”
Sekali lagi, Mr. Hwang tubuhnya melemas.
***
Cho Kyuhyun menatap jauh ke seberang sana.
Jalanan Seoul yang tak pernah lengang. Orang-orang hilir mudik. Terpaan angin di jembatan itu kemudian menyentuh kulit Kyuhyun. Dingin.
“Mati saja…”
Dia mencintai gadis yang salah.
Begitu pikirnya.
Sepersekian detik kemudian pikiran itu berubah.
Dia tak pantas mencintai gadis itu. Dia lah penyebab duka lara gadis itu. Sepanjang hidupnya, gadis itu menderita karenanya bahkan selalu berkorban untuknya yang tak sanggup memberikan secuil kebahagiaan pun padanya.
“Mati saja…”
Jika dia tiada, pertengkaran itu akan usai. Balas dendam akan berakhir. Hoot akan berakhir juga. Semua orang akan mendapatkan hidup normal mereka kembali.
“Mati saja…”
Dari atas jembatan, air sungai mengalir tenang.
“Mati saja…”
Kyuhyun merasakan ada buih-buih air melekati sisi tubuhnya.
“Mati saja…”
TBC
Visit my blog for more ff : Cocoa Telling Story
(Updated) Short Story Project : Moment Bends & Love Sick
^^