Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

[series] Mr$. Mercenary – Part 2

$
0
0

Title      : Mr$. Mercenary – Part 2

Author   : Azula

Genre    : AU, Romance, Humor

Rating    : PG 17

Main Cast :

  • Cho Kyuhyun
  • Choi Sooyoung

Support Cast :

  • SNSD – Sunny
  • Ailee

NOTE:
Tulisan sampah dengan diksi berantakan serta kalimat tak tertata. Mohon maaf jika imajinasi absurd dan keterbatasan seorang penulis amatir ini tidak memenuhi ekspektasi readers sekalian. Tanpa mengurangi rasa hormat dimohon untuk tidak mengcopy tulisan ini tanpa seizin penulis. Maaf banyak sekali kata-kata sampah di FF ini.

“Sometimes it’s good to be a little bad.”

——0——0——

Ayah? Sooyoung mendadak resah dan sepenuhnya takluk.

 

“A—ayahmu?” suaranya tercekat di langit-langit mulut. Kyuhyun mengiyakan dengan tatapan paling kurang ajar yang pernah diterima Sooyoung sepanjang hidupnya. “Aku minta maaf dan ——akan kukembalikan semua uang ayahmu.”

 

“Kau menghinaku?” Kyuhyun menatapnya dengan alis berkerut. “Aku tidak butuh uangmu, lebih tidak butuh lagi kata maafmu.”

 

“Jadi kau akan menjebloskanku ke dalam penjara?” Sooyoung harap tidak. Oh Tuhan. Dia baru 20 tahun (21 tahun usia Korea) dan ketika keluar dari sel tahanan, wajahnya yang kencang sudah penuh kerut dan tak terawat, berstatus pengangguran, dan tanpa masa depan. TIDAK.

 

Kyuhyun tak menjawab. Dia mengeluarkan selembar foto dari saku kemeja, tanpa mengeceknya terlebih dahulu dia dan memperlihatkannya pada Sooyoung. “Ini ayahku.”

 

Sooyoung memperhatikan wajah penuh wibawa itu dengan saksama. Pria dalam foto yang sangat tampan itu usianya mungkin baru awal 40an. Atau mungkin lebih muda dari itu. Sooyoung bersumpah pria itu bahkan tak pernah masuk dalam daftar targetnya. Dan seketika itu juga otaknya kembali mendidih…

 

Dan dengan itu dia menampar Kyuhyun untuk kedua kalinya.

 

Dengan tingkat kebrutalan yang jauh lebih mematikan.

 

“Aku tak yakin kita baru 15 menit berada di dek ini dan kau sudah melakukan penganiayaan fisik padaku sebanyak dua kali. Ini akan menambah panjang daftar keluhanku atas dirimu.” Dikipas-kipasnya foto itu ke wajah Sooyoung dengan cara yang menjengkelkan. “Apa wajah ini mengingatkanmu pada seseorang?”

 

“YA! Aku sangat ingat.” Teriaknya. “Dan aku bertanya-tanya apa motifmu menculik dan menyudutkanku seperti ini . Asal kau tahu. Aku. Tidak. Pernah. Tidur. Apalagi. Memeras. Ayahmu. “Jadi apa masalahmu?”

 

Kyuhyun mendengus. “Kau mengelak, heh?”

 

“Dengarkan aku baik-baik ahjussi penghisap leher.” Jarinya menusuk  marah pada sehelai benda yang diapit tangan Kyuhyun. “Pria yang ada di foto ini. Aku sama sekali tidak mengenalnya.”

 

“Kau salah bicara, atau aku yang salah dengar?”

 

“Tidak keduanya.” Sanggah Sooyoung menghentak-hentakan kaki. “K..Ka..Kau salah tangkap orang.”

 

“Apa maksudmu?” Kyuhyun menautkan alis tanpa sedetikpun mengalihkan tautan pandangannya dari Sooyoung.

 

Gadis itu memelototinya sambil menyilangkan dada.. “Kau lihat baik-baik ahjussi itu!”

 

Dan.. Seketika itu juga Kyuhyun mengutuki dirinya sendiri. Gara-gara kebodohannya dia diganjar dengan sebuah tamparan. Yah, tak ada yang bisa menyalahkan Sooyoung bukan, karena Kyuhyun memang mengangsurkan foto lelaki yang tak dikenal Sooyoung. Yang rencananya, baru Kyuhyun akan rilis di segmen puncak. Dia meremas foto itu dengan tangan kiri dan mengeluarkan selembar foto lagi dengan tangan kanannya. “Bagaimana dengan yang ini?”

 

Ooh Tuhan. Tidak. Sooyoung benci seringai jahat lelaki itu saat mengamati air mukanya yang seketika pucat, seakan seluruh darah di wajahnya baru saja dihisap oleh segerombolan iblis. Pria di foto ini.. Ya. Sooyoung tak yakin akan namanya, namun wajah itu takkan mungkin dilupakannya hingga masuk ke liang kubur sekalipun. Pria yang dengan rendah hati bersedia menjadi korban pertamanya.

 

Sooyoung siap meledakkan kepalanya dengan sebuah baretta …

Jika benda itu memang ada.

Sayangnya tidak.

Habislah dia.

 

Sooyoung berlutut tiba-tiba. Dengan muka menyedihkan dan tatapan mata patut dikasihani (namun tidak meyakinkan), dia mulai mengiba. “Ahjussi. Aku mohon maafkan aku. Jangan jebloskan aku dalam penjara. Aku mohon. Kau boleh ambil semua uangku. Apapun. Tapi jangan penjara.”

 

“Astaga! Tunjukan sedikit harga dirimu.”

 

Sooyoung masih berlutut dan kembali menginterupsi. Air matanya tak bisa diperas kali ini, dan dia tak ingin menghadirkan citra yang lebih buruk. Maka Sooyoung berbicara dengan perut Kyuhyun. “Penjara artinya kesepian. Dan bagiku kesepian itu sama mengerikannya dengan siksa kubur. Aku tak mau karena saking kesepiannya di dalam penjara, aku nekat mengadopsi seekor kecoa, mengajaknya bergosip di tengah malam. Hal-hal seperti itu. Tidak. Tidak.Tidak.”

 

Kyuhyun dengan suara mengguntur berkata. “Berdiri!”

 

Sooyoung juga merasa terhina dalam posisi seperti ini, namun. Ya. Dia memutuskan untuk melakukan segala cara sampai pria ini memaafkannya.

 

“Berdiri kataku nona Choi!”

 

“Tidak. Aku sungguh-sungguh minta maaf atas perbuatanku pada keluargamu.”

 

Bohong! Dia memang agak menyesal (agak) pada keluarga Tuan Cho, tapi tidak pada iblis berkerah putih dihadapannya. Ini pertama kalinya dimana seorang Choi Sooyoung sangat ingin menghabisi nyawa seseorang.

 

“Baik. Baik. Tapi kumohon berdiri.” Kata Kyuhyun, mengangkat kedua tangannya ke udara.

 

Sooyoung berdiri masih dengan isakan pura-puranya. Menyembunyikan seringai kemenangannya.

 

“Hentikan! Aku bilang hentikan.” Kyuhyun menutup kedua telinganya dengan wajah putus asa. “Aku tak tahan dengan suara tangisan yang ditelingaku lebih mirip rintihan itu.”

 

Sooyoung berhenti menangis.

 

“Jadi aku boleh pulang?”

 

“Pulang?” Kyuhyun mendelik bersama seutas senyum liciknya. “Kurasa takkan semudah itu.”

 

“Aku butuh bantuanmu untuk menjalankan rencanaku.”

 

—–0——0—–

Kyuhyun mencabut kacamata hitam dari saku celananya, lalu ia mengatakan semua keinginannya.

 

Lama Kyuhyun terdiam. Sementara Sooyoung masih mencerna kata-katanya.

 

“Jadi kau ingin aku—tidur dengan rival bisnismu, begitu?”

 

“Ya.”

 

Sooyoung mengangkat dagu tinggi-tinggi, menegaskan dirinya bukan orang mudah diperdaya. “Well. Aku tidak mau. Asal kau tahu ahjussi, aku orangnya sangat independen. Aku lebih suka bekerja sendiri.”

 

“Begitu ya?” Kyuhyun mengusap dagunya sementara dia mengunci matanya bertatapan sengit dengan Sooyoung. “Dan perlu kau ketahui juga nona Choi, aku orangnya agak pemaksa. Mulai sekarang kau bekerja untukku. Tidak peduli kau menyukainya atau tidak.”

 

“Kau memaksaku?”

 

“Ya.”desisnya tajam.

 

“Jawabannya tetap tidak.” Ucap Sooyoung keras kepala.  “Sekarang bisakah kau tepikan kapal jahanam ini. Kau takkan tahu betapa aku merindukan daratan.”

 

“Kau menerima kerjasama ini?”

 

“Tidak!”

 

Kyuhyun menolak untuk kalah. Dan rupanya Sooyoung menolak menerima kekalahan terlalu cepat. Ini akan jadi hari yang panjang. “Kalau begitu jawabanku juga tidak. Aku tidak akan menepikan kapal ini.”

 

Sooyoung bersandar pada pagar dek, bergeser kesamping beberapa inchi untuk memperluas jarak sempit antara dirinya dengan Kyuhyun. Kepalanya diselimuti kabut, perutnya terasa jungkir balik, dia mual dan entah kenapa sangat berharap untuk muntah, memuntahi Kyuhyun yang mengikuti setiap gerakan kakinya dan kembali menghimpitnya.

 

Kurang ajar!

 

Cerdas sekali pria ini mengancamnya di atas kapal. Jika tujuan pria ini menculiknya dengan yacht untuk membuat Sooyoung terintimidasi, terus terang dia berhasil. Sooyoung bukan hanya terintimidasi, dia juga sekarat. Sooyoung tak yakin bisa melewatkan satu menit lagi sebagai mahluk bernyawa di atas sini. Dia harus pergi.

 

Diapun mulai memanjat pagar pembatas.

 

“Apa-apaan kau?” tanya pria itu terkejut, berusaha menarik dan menjatuhkan Sooyoung ke dek.

 

Sooyoung menepiskan tangan Kyuhyun. “Aku? Tentu saja membebaskan diri. Kau tidak mau melepaskan aku, kan? Tenang saja, aku bisa pulang sendiri. Aku mantan atlit renang saat SMP.” Ada sedikit nada bangga atas kenangan masa lalu yang penuh kejayaan itu.

 

“Kau mau berenang?” Kyuhyun malah mentertawakannya.

 

Sooyoung naik satu undakan lagi sambil berkata ya.

 

“Berhubung aku orang yang baik hati nona Choi, aku akan kirimkan beberapa mahluk untuk menemanimu supaya kau tak merasa kesepian.” Dengan sebelah kakinya, Kyuhyun menyeret sebuah ember kaleng mendekat. Dia membuka tutupnya, isinya ikan sarden segar yang ditumpuki es. Dia mengambil pisau dan seekor ikan ditumpukan paling atas, menyayatnya hingga darah ikan tersebut menetes, lalu melemparkannya ke laut.

 

Sooyoung siap melompat ketika seekor monster muncul tiba-tiba. Kyuhyun melemparkan lagi beberapa ikan. Lebih banyak hiu muncul ke permukaan. Sooyoung berkunang-kunang menyaksikan pembantaian tersebut. Mengigil membayangkan gigi-gigi itu merobek-robek tubuhnya. Dia menolehkan kepalanya dan menampar Kyuhyun untuk ketiga kalinya, sementara tangan kirinya berpegangan pada besi.

 

Kyuhyun menerima kekasaran gadis itu dengan lapang dada. “Masih ingin berenang?”

 

Sooyoung muak pada tawa jahat laki-laki itu. Tapia pa boleh buat. Sambil turun dengan hati-hati, dia berkata dengan suara lemah, menyerah, dan kalah. “Aku benci kau.”

 

“Aku hargai keterusteranganmu.”

 

Dan dengan itu Kyuhyun & Sooyoung resmi menjadi rekan bisnis.

—–0—–0——

Mereka sedang dalam perjalanan menuju daratan. Selepas acara terjun bebas ke air yang digagalkan oleh tamu-tamu Kyuhyun yang tidak lain adalah sepeleton ikan hiu, Sooyoung muntah lagi dua kali. Dia meringkuk diatas ranjang sambil memegangi perutnya dan meratapi kemalangannya.

 

Dia sempat menanyakan tentang kontrak tertulis. Namun Kyuhyun bilang hal itu akan sia-sia karena kerjasama mereka boleh dibilang tindakan yang tak terpuji, yang berarti kontrak itu akan batal demi hukum. Jika salah satu dari mereka ada yang berkhianat, pihak yang dirugikan pun takkan bisa menuntut. Kyuhyun bertindak sebagai perencana, pemberi instruksi sementara Sooyoung hanya seorang ‘eksekutor. Tak lebih. Kerjasama mereka didasari oleh rasa saling percaya. Saling percaya? Entah kenapa hati Sooyoung cekikikan. Ungkapan saling percaya biasanya sangat tepat untuk hubungan antara sepasang kekasih.

 

Sooyoung memeluk perutnya lebih erat, rasanya kacau balau. “Apa aku akan mati?” gumamnya pada diri sendiri, putus asa.

 

Kyuhyun yang setengah tertidur di sofa pendek dengan sebelah kakinya menggantung di lantai, berusaha untuk tidak tertawa. “Aku rasa tidak.”

 

“Kalau aku mati, arwahku akan menghantuimu setiap malam untuk menuntut balas.”

 

Kyuhyun pura-pura tak mendengar. Waktu bergulir, mereka saling menatap dari tempat pembaringan masing-masing. Kyuhyun tiba-tiba menyentakan kakinya lalu berjalan menuju kaki ranjang. Sooyoung beringsut menjauh. Biar bagaimanapun pria ini pernah berniat macam-macam padanya. Alangkah bijaksananya jika ia tetap menjaga jarak. Kyuhyun mengambil sebotol air mineral yang masih tersegel lalu menawarkannya pada Sooyoung. Gadis itu bilang tidak. Alasannya tentu saja, dia takut diracuni.

 

“Apa kapal ini milikmu?”

 

Kyuhyun berjalan ke counter bar mini itu, menarik kursi tinggi dan duduk diatasnya. “Bukan. Tapi aku berani jamin sanggup membayar jasamu dengan harga yang pantas.”

 

Kyuhyun sudah menyinggung akan bayaran saat di dek, namun tak menyebutkan nominalnya. “Berapa?”

 

“Apa 250 juta won cukup untukmu?”

 

250 juta won? Ya Tuhan. Itu jumlah yang besar sekali. Itu akan cukup untuk melunasi hutangnya. Tentu saja ia mau, namun harganya dirinya menolak untuk menampakan sikap antusias. “250 juta won? Bukankah itu jumlah yang sangat besar.”

 

Wanita itu berbaring menyamping, menghadap kearahnya, tak berdaya di tempat tidur yang hanya beberapa meter darinya.  Kyuhyun bahkan tak bisa menatap gadis itu dengan tenang. Sambil mengalihkan pandangan, dia berkata. “Apa maumu sebenarnya? Kau memprotes karena aku membayarmu mahal?”

 

Kenapa pria ini gampang sekali tersinggung? Sooyoung mendongkol. Dia kan hanya bertanya, takut-takut Kyuhyun juga mabuk laut hingga tak sadar jumlah uang yang dia tawarkan.

 

“Nona Choi, dari data-data yang dikumpulkan orang suruhanku, kau hidup normal sebagai gadis biasa. Maksudku tidak berlebih-lebihan. Mengingat kau bergentayangan setiap malam dan merampok  hampir setiap pria yang kau temui__dan fisikmu sehat-sehat saja, kurasa. Yang artinya kau menabung untuk pensiun atau—  kau berhutang pada orang lain?”

 

“Atau mungkin aku hanya seorang anak nakal yang ingin berbuat keterlaluan.” Sanggah Sooyoung.

 

Kyuhyun mengendikan bahunya, bersikap seolah merasa cukup puas dengan jawaban itu meski konsepnya tidak masuk akal.

 

Hening kembali. Udara cukup panas. Sooyoung mulai bergerak resah diatas tempat tidur dan itu membuat Kyuhyun terusik. Diraihnya remote AC dari laci nakas lalu dinyalakan dengan suhu minimum. Sooyoung kembali tenang.

 

“Oh ya, ngomong-ngomong dimana pakaianku?”

 

“Di kamar mandi.” Kyuhyun berbicara sementara dagunya menuding ke arah sebuah pintu. Matanya menelanjangi betis Sooyoung ketika gadis itu berjalan ke tempat yang dia tunjuk.

——0——0——

Sooyoung merasa dirinya sesak nafas. Saat pria itu bilang pakaiannya ada di kamar mandi, Sooyoung mengira ia akan menemukan gaunnya tergantung di atas cantelan, dan sekarang sudah dalam kondisi setengah kering. Ternyata—-

 

Dengan perasaan terguncang Sooyoung mengambil pakaiannya yang___mengambang di bak mandi? Jauh lebih basah dari yang diharapkannya. Entah sinting atau terlalu baik hati, Kyuhyun merendamkan baju Sooyoung. Sialan benar pria itu. Dengan marah dicampakannya gaun berwarna hitam tersebut ke atas lantai kamar mandi. Dia membanting pintu siap berkelahi dan mendapati pria itu sedang mentertawakannya.

 

“Kau sengaja melakukannya?” jerit Sooyoung.

 

Kyuhyun berdiri dan berjalan sementara mulutnya masih terbahak. Sooyoung mundur selangkah, Kyuhyun maju dua langkah. Sooyoung memberikan isyrarat tangan agar tak macam-macam yang diabaikan Kyuhyun. Tentu saja.

 

“Ya aku sengaja.” Dihelanya lengan Sooyoung dan Kyuhyun merapatkan dirinya dengan gadis itu. “Terus terang saja nona Choi, aku lebih suka kau mengenakan handuk ini.”

 

Sooyoung kehilangan sepotong nyawa dibawah tatapan tajam laki-laki itu. Jangan hisap leherku. Jangan hisap leherku.

 

Hidung pria itu dileher Sooyoung, sementara ia menggumamkan kata-kata tak dapat didengar oleh keduanya. “Gaun itu membuatmu tampak murahan. Dan aku tak suka itu.”

 

Sooyoung berusaha menahan gemertak kedua lututnya. “Kenapa?” dia mengeluarkan suara dengan nada mencibir. “Karena aku cukup menggairahkan untukmu?”

 

Kyuhyun melepaskannya tanpa berkata apa-apa.

 

Mereka tiba di dermaga saat tengah hari. Kyuhyun melenggang santai berjajar dengan si kapten, Sooyoung 20 centimeter mengekor dibelakangnya dengan wajah cemberut. Karena tidak ada topi, Sooyoung menutupi wajahnya dengan rambut agar tak hangus terbakar matahari. Seorang pria paruh baya dengan topi pancing melambaikan tangan, mereka berhenti. Para lelaki saling berjabat tangan, mengucapkan berbagai sapaan, berbasa-basi, dan sesekali tertawa. Ditengah kesibukan itu, tak seorangpun menyadari jika Sooyoung melarikan diri.

——0——0——-

Mobilnya diparkir disebuah gedung khusus. Kyuhyun menyusulnya kesana. Sooyoung tidak ada disana___  Begitu juga dengan mobilnya.

 

Seorang petugas bertampang ramah tiba-tiba menghampirinya. “Taxi anda akan sampai beberapa menit lagi, Sir.”

 

“Taxi?” Kyuhyun menjawab sambil meraba-raba saku celananya.

 

“Pacar anda menyuruh saya memanggilkan taxi.”

 

“Pacar?” Kyuhyun ternganga.

 

“Pertengkaran kecil, Sir?” tanya pria itu malu-malu.

 

Sedetik kemudian Kyuhyun tertawa sambil menepuk pundak petugas itu. “oh ya. Dasar wanita.”

 

Beberapa mil dari sana, Sooyoung sudah meluncur diatas mobil suburban hitam milik Kyuhyun. Mengenakan mantel kamar mandi dan bertelanjang kaki. Ia tergelitik untuk menerebos lampu merah. Kenapa tidak? Namun niat itu segera diurungkannya. Ia tak ingin dihentikan karena pelanggaran lalu lintas. Ia baru saja mencuri mobil. Persetan. Si Penghisap Leher  pasti tahu dimana menemukan mainan bagusnya. Ia menyetel lagu keras-keras , terkikik menikmati hasil kerja kerasnya.

——0——0——

Sooyoung berjalan terkantuk-kantuk menaiki tangga yang melingkar. Dengan lemah dia membuka pintu kamar yang bernuansa pastel dan___Jika tadi pagi Sooyoung sangat merindukan teman karibnya, detik ini Sooyoung sangat ingin membunuhnya. Sunny sedang menelungkup diatas kasur sambil mendengarkan music melalui headphone dan membaca sebuah novel roman karya seorang novelis Prancis. Ranjang Sooyoung seperti baru diserang pasukan Angkatan Udara dari Pentagon, tanpa rupa, dengan remah keripik kentang dan bungkus roti di atas seprai dan selimutnya.

 

Semenjak orang tua Sooyoung meninggal, Sunny lebih rajin menginap. Alasannya sederhana saja, ingin memperumit hidup Sooyoung yang memang sudah sulit. Dua minggu yang lalu Sunny muncul secara ghaib pada tengah malam sambil membawa sebuah koper besar. Ia bilang Ayah dan Ibunya sedang berbulan madu yang entah keberapa, jadi dia akan tinggal di rumah Sooyoung untuk sementara karena tak betah kesepian di rumahnya. Namun Sooyoung tahu itu hanya akal-akalannya saja. Sunny berasal dari keluarga kaya dan tak mungkin kesepian karena rumahnya disesaki para pelayan. Semata-mata kehadirannya di rumah ini hanya ingin menemani Sooyoung. Sunny menganggap profesi yang sekarang dijalani Sooyoung itu KEREN. Sejujurnya dia ingin terlibat langsung dalam operasi rahasia tersebut namun Sooyoung tak mengizinkan. Maka dengan itu, Sunny harus rela dirinya hanya ditempatkan sebagai orang belakang layar, konsultan, penasihat, apapun itu namanya.

 

Sunny berguling-guling sambil bersenandung pelan, lalu ia melihat Sooyoung yang pulang dengan penampilan seperti tokoh film horror, mascara luntur dipipinya, lipstiknya sudah hilang sejak lama. Tubuhnya tersentak hingga terduduk. “Astaga Sooyoung, kemana saja kau. Aku mencemaskanmu setengah mati.”

 

Melihat tak ada jejak kekhawatiran di wajah Sunny, entah kenapa Sooyoung meragukan perkataan gadis itu. Dilepaskannya mantel itu ke lantai, Tak malu setengah telanjang dihadapannya temannya. Dia sedang mengacak-acak handuk di lemari saat Sunny tiba-tiba menerjang, membantingnya ke atas ranjang, Sunny duduk mengangkang di perut Sooyoung sambil membalik-balik wajah kecil sahabat kurusnya.

 

“Astaga. Astaga. Astaga. Apa yang terjadi semalam, Soo?” Sunny menatap resah pada bercak-bercak merah di leher temannya, dan mulai bersikap terlalu dramatis. “Kau tidur sungguhan dengan buruanmu? Jangan bilang dia memperkosamu. Aku kan sudah bilang sebaikanya kau membobol bursa saham daripada mengusik sekelompok lelaki bajingan. Oh Tuhan! Harusnya aku bisa menjagamu.”

 

Dia bahkan menitikan air mata lalu menangis tersedu-sedu.

 

Sooyoung memutar matanya kesal, lalu mendorong Sunny agar menjauh dari tubuhnya. Posisi Sunny tadi, terus terang membuatnya agak takut dan… Apakah pria itu juga diposisi yang sama saat meninggalkan…. sial! Kenapa dia teringat pada Kyuhyun..“Sudahlah Sunny aku masih hidup.”

 

Sunny berdiri dan mulai mengikuti kemana Sooyoung bergerak. “Tapi itu?”

 

“Hanya kecelakaan kecil.” Jawabnya dengan nada tak terlalu peduli, padahal beberapa jam yang lalu dia sangat ingin mati saat pertama kali melihat kiss mark itu.

 

“Tidak bisa begitu Sooyoung.” Sunny memperingatkan. “Kau membahayakan dirimu sendiri.”

 

“Resiko pekerjaan.” Sooyoung memungut mantel Kyuhyun lalu melemparkannya ke keranjang cucian. “Aku ingin mandi. Nanti kita bicarakan, oke!”

 

Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Sooyoung mengintip dari balik kerai dan melihat Kyuhyun masuk ke pekarangan rumahnya. “Brengsek. Kenapa dia begitu cepat menemukanku?”

 

“Siapa?” Sunny memanjangkan leher berusaha ikut mengintip namun Sooyoung terlanjur menutup seluruh jendela dengan gorden, mengunci pintu kamar rapat-rapat dan tanpa penjelasan lebih lanjut malah mengunci diri di kamar mandi. Meninggalkan Sunny dengan segenap tanda tanya.

 

Sunny menggedor. “Sooyoung! Kau baik-baik saja?”

 

Terdengar bunyi keran dinyalakan dengan deras. “Tidak. Aku merasa sangat buruk hari ini.”

 

“Oke.” Sunny kembali berjalan dan menyibakan tirai. Pria itu di depan pintu rumah sedang menekan bel, dan tampak sangat kesal.

 

Jangan-jangan! Dengan gerakan tangkas, Sunny menjejalkan sebuah gunting kedalam saku belakang celana jinsnya. Dia menyambar beberapa majalah lama (yang belum sempat ia baca) yang dibawa dari rumahnya, menggulungnya kuat-kuat. Cari mati pria itu. Suara bel menggema di lantai bawah. Sangat jelas jika tamunya kali ini adalah orang yang tidak sabaran.

 

Sunny membuka pintu, pria itu baru hendak tersenyum ketika Sunny dengan brutal memukulinya, menendang perutnya, menghunuskan sebuah ujung gunting ke dadanya. “Kau pasti yang berbuat kurang ajar pada Sooyoung-ku, iya kan!”

 

Sunny menjambak rambut Kyuhyun, memukulnya lebih keras dengan gulungan majalah. Seperti sudah ditakdirkan atau mungkin karena kekasaran Sunny yang terlalu membabi buta, lem yang merekatkan majalah itu rontok lalu semua itu jatuh berhelai-helai, dan berserakan di lantai.

 

Salah satu kaki Sunny menginjak sebuah halaman yang sepertinya merupakan sampul majalah bisnis. Dan—  disana terpampang wajah suram pria yang baru saja dihajarnya. Sunny menelan ludah dan langsung salah tingkah.

 

Ada apa dengan hari ini? Dia ditampar 3 kali di lautan, dan dianiaya habis-habisan di daratan. Oleh gadis remaja. Bayangkan! Kyuhyun bersumpah lain kali untuk lebih keras lagi menjunjung harga dirinya. Yah. Tapi lain kali saja. Sunny harus bersyukur menghajar Kyuhyun saat pria itu sedang tak berselera untuk berkonfrontasi, apalagi mempidanakan seseorang. Ditipiskan bibirnya hingga membentuk senyuman samar yang mencirikan ketidaksenangan. Dia memandang si gadis liliput itu dengan wajah kelam.

 

Sunny takkan mau berurusan dengan pria seperti ini. Sekaya apapun dia.

 

“Pukulanmu cukup impresif.” Komentar Kyuhyun sinis. “Tapi maaf, aku datang kesini untuk bermusuhan dengan gadis ingusan. Aku hanya ingin mengambil mobilku yang dicuri temanmu.”

 

Apa? Sooyoung mencuri mobil? Keterlaluan. Dulu Sunny menganggap Sooyoung hanya agak bodoh dan kadang bertindak ceroboh. Setelah melihat kemarahan laki-laki ini,  dia yakin jika Sooyoung tidak bodoh apalagi ceroboh sama sekali. Wanita kurus itu. Sepenuhnya. Tidak  Waras.

 

Satu lantai diatas mereka, Sooyoung menderaskan kucuran shower, tak mau ribut-ribut di bawah sana mengusik acara mandi khidmatnya. Dia membuat busa di telapak tangannya. Membalurkan cairan wangi itu ke sekujur tubuh dan berhenti di lehernya, tempat terdapat bercak-bercak itu. Lalu Sooyoung mulai meledak dalam tawa, seperti orang gila. Dia tak ingin menemui Kyuhyun. Setidaknya hari ini. Selesai mandi ia berencana akan pergi berkeliling mall. Sendirian. Dia butuh penyegaran untuk dapat menganalisis kesintingannya.

——0——0——

Di rumahnya. Kyuhyun menuangkan susu tawar cair pada sebuah gelas tinggi diatas kulkas lalu membawa gelasnya dengan enggan ke ruang tamu sambil memijit-mijit tengkuknya yang jadi objek serang si gadis liliput.  Dia pulang naik taxi. Lagi. Karena si gadis sumpit tak punya nyali turun dari sarangnya. Dan kunci mobil Kyuhyun sepertinya dibawa Sooyoung ke dalam kamarnya.

 

“Hai Kyuhyun!” sapa sebuah suara dari arah kamarnya.

 

“Hai. Kapan kau datang kesini?” dia bertanya sambil menyesap minumannya cepat-cepat.

 

“Aku hanya mengambil beberapa barangku yang ketinggalan.” Ailee, menuruni anak tangga sambil menyeret sebuah koper besar. Kyuhyun tak berusaha membantunya.

 

Tiba di bawah, wanita cantik itu memakirkan kopernya di samping kaki sofa. Dia duduk berhadapan dengan Kyuhyun, mengangsurkan sebuah map beserta bolpoinnya melintasi meja.

 

“Surat perceraian itu?” Kyuhyun bertanya dengan nada tertarik.

 

“Ya.”

 

Tanpa membaca, dia langsung mencoretkan tanda tangannya diatas kertas itu.

 

Wajah Ailee berseri. Segera dibereskannya berkas-berkas itu. “Sidang perceraiannya 2 minggu lagi. Kau harus datang Kyuhyun.”

 

“Tentu. Dengan senang hati.”

 

Kyuhyun mengantar Ailee. Dan mereka langsung disongsong oleh seorang wanita semampai yang wajahnya menghiasi billboard beberapa produk terkemuka. Kyuhyun mengenal wanita itu. Tentu saja.

 

Sebagai salam perpisahan, Ailee melayangkan ciuman di pipi Kyuhyun. “Selamat tinggal, Kyuhyun.”

 

Ailee masuk ke dalam mobil, Kyuhyun menutupkan pintu untuknya. “Selamat tinggal.”

 

Ailee adalah wanita menarik yang dinikahinya 20 bulan yang lalu tanpa landasan afeksi. Hanya tindakan konyol orang tua yang dinamakan ‘perjodohan’. Keduanya tidak saling mencintai, tidak juga berusaha saling mencintai. Mereka hidup rukun dalam satu atap (kadang-kadang), berbagi lemari yang sama, tidur di ranjang yang sama. Namun hanya itu.

 

Kyuhyun sekalipun tak pernah menuntut hak-haknya sebagai suami. Di lain pihak, Ailee pun tak pernah repot-repot memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai seorang istri. Kyuhyun pernah membelikan sebuah gaun mahal rancangan desainer dari Milan pada Ailee. Dan karena Ailee orang yang tak suka berutang budi, dia menghadiahkan sebuah jas sutra mahal saat ulang tahun Kyuhyun yang ke-31.
Sekali lagi hanya itu.

 

Pernikahan itu membuat Ailee ditinggalkan pacarnya saat itu. Namun tentu saja, untuk wanita sekaliber Ailee, bukan perkara sulit mencari seorang pengganti. Lelaki dengan penglihatan dan hasrat yang cukup normal pasti akan mengepungnya. Wanita model tadi tak lain adalah kekasih Ailee. Kyuhyun tak keberatan selama hubungan mereka tak merusak reputasi dirinya maupun Ailee sendiri. Kyuhyun pribadi tak memilki banyak waktu luang untuk mencari pengganti (karena perceraian memang tak terelakan. Ralat: sudah direncanakan sejak awal). Kyuhyun selalu  mengubur diri di kantornya yang luas, hingga larut. Ia sarapan, makan siang, dan makan malam di restaurant terdekat. Ailee pun demikian.

 

Ailee ditakdirkan menjadi istri untuk dipamerkan saat jamuan makan malam atau pesta. Memiliki Ailee sebagai seorang istri membuat Kyuhyun bisa sedikit menyombongkan diri, meski ia tak pernah melakukannya. Yang jelas wanita itu membuat derajatnya menjadi naik dikalangan para lelaki. Pernikahan yang nampak sempurna, namun tak membahagiakan keduanya.

 

Karena ini perceraian tanpa pelanggaran, tanpa pertengkaran, tanpa gugatan harta bersama selama pernikahan, dimana mediasi sepenuhnya akan ditolak, atau hal-hal semacam itu, Kyuhyun bisa bertaruh prosesnya tak akan lama. Hanya menghitung hari sebelum ia lolos dari status mengerikan sebagai seorang suami dari wanita yang tidak dicintainya, menjadi bujangan kembali. Ah semoga sesederhana itu.

 

Kyuhyun tak tahu apa yang tidak beres dalam dirinya. Selama masa pernikahannya, saat ia tidur seranjang dan tubuhnya bersentuhan dengan kulit mulus Aileepun  ia sangat sangat sangat bisa mengendalikan diri. Gadis pemarah itu sukses membuat pikiran, perasaan, hasrat, dan kewarasan Kyuhyun kacau balau. Kyuhyun merosot di sofa. Kepalanya disandaran kursi, kakinya terulur kedepan. Minuman itu tak disentuhnya lagi. Dia mengantuk. Dan dipastikan akan memimpikan Sooyoung.

——0——0——-

Sooyoung terbang dari kamar mandi di dekat kamar tamu sambil membawa sebuah selimut basah, yang digunakannya memadamkan api yang mulai menjilat penggorengan berisi omelet hangus. Maha bencana karya nona muda Lee.

 

Sunny terduduk terengah sambil menyeka butiran keringat meleleh di dahinya.

 

Sesudah mematikan kompor dan mencampakan selimut itu ke lantai, Sooyoung menjerit. “Demi Tuhan, Lee Sunkyu. Aku harap ini benar-benar kali terakhir kau meledakan dapurku.”

 

“Dan demi Tuhan, Choi Sooyoung. Aku hampir mati.” Sunny balas menjerit padanya. “Tak bisakah kau tunjukan sedikit rasa  empatimu. Aku kelaparan dan kau tidur seperti orang mati. Kau harusnya bersyukur aku tak menjatuhkan granat ke dalam lubang telingamu.”

 

Sooyoung tak member tanggapan lebih lanjut. Dengan wajah ditekuk, dia mengeluarkan dua buah mie instan dalam cup. Menyobek tutupnya, menuangkan air panas dari dispenser, lalu menghidangkannya di atas meja. “Karena kau menghancurkan komporku, kita terpaksa makan sampah.” Katanya sambil tertawa dan menjulurkan lidah.

 

“Oke. Maafkan aku.” Komentar Sunny riang. Pertengkaran mereka berakhir dengan bahagia. Seperti biasanya.

 

3 menit kemudian mereka sudah menyantap sarapan mereka. Dengan mulut penuh, Sunny bertanya. “Coba ceritakan bagaimana kau bisa berurusan dengan Presdir Cho Kyuhyun!”

 

Sooyoung tersedak. “Presdir? Maksudmu mahluk penghisap leher itu?”

 

Garpu plastic milik Sunny jatuh. Mulut gadis itu ternganga. “Jadi benar Cho Kyuhyun yang telah menginvasi tubuhmu?”

 

“Hanya leher. Mungkin juga bibir. Tapi aku tidak bercinta dengannya.”

 

Selama beberapa saat keduanya membiarkan ruangan itu hening. Sooyoung makan dengan membabi buta seperti tawanan perang, sementara Sunny diam-diam mengamati jejak gigi Kyuhyun di leher Sooyoung.

 

“Pria itu buas sekali.” Komentar Sunny nyaris pada dirinya sendiri.

 

Sooyoung mengosongkan susu di gelasnya hanya dengan 3 tegukan panjang dan dalam. Sambil menyeka mulut dengan punggung tangannya dia berbicara. “Buas? Dia itu pria paling brengsek yang pernah kujumpai. Sepertinya dia punya obsesi terlarang pada leherku.”

 

“Kenapa tak kau laporkan saja pria itu ke polisi? Kurasa perbuatannya itu bisa digolongkan dalam tindakan pelecehan seksual dan percobaan pemerkosaan.” Sunny beranjak dari kursinya. Dirangkulnya seluruh peralatan makan itu dan ditumpuk begitu saja di bak cuci piring. “Dan kau tahu Soo. Kau akan jadi wanita paling terkenal di negeri ini. Aku sudah bisa membayangkan fotomu ada di halaman depan Koran dan majalah ‘Choi Sooyoung, Gadis Malang Korban Pelecahan Multi Jutawan Muda Cho Kyuhyun’ tidakkah menurutmu itu keren?”

 

Sooyoung memutar matanya tak habis pikir. Apanya yang keren dengan menjadi objek berita seperti itu. Sunny memang bercita-cita menjadi terkenal, dipuja, dan namanya diagung-agungkan bahkan jauh sebelum Tuhan menciptakannya. Sooyoung yakin jika di kepala Sunny tidak hanya ada otak, tapi juga dilengkapi se-ton daftar nama-nama agensi, surat kabar, majalah, situs berita yang suatu saat (dalam harapannya) akan mencetak namanya sebagai kepala berita dan topic utama.

 

“Tidak, Sunny. Itu tidak keren sama sekali. Sekalipun aku bisa melaporkannya ke polisi aku takkan membiarkan media tahu. Oke.”

 

“Bisa? Apa maksudmu?”

 

Sooyoung mulai menggigiti kuku. Dia berbicara sambil menatap meja. “Aku tak akan melaporkannya. Karena aku tak bisa.” Dia mendesah pelan. “Jika itu kulakukan, aku yang akan dijebloskan balik ke dalam penjara.”

 

Sunny kembali ke meja makan. Dia mencondongkan badan dengan wajah penuh minat. “Ceritakan.”

 

“Dia putra salah satu orang yang aku tipu. Dan sungguh menyebalkannya dia punya bukti semua kejahatanku. Kurasa dia sudah membuntutiku selama beberapa hari. Dia bahkan tahu setiap kakek-kakek malang yang masuk perangkapku. Dia memintaku untuk menyeret lawan bisnisnya ke tempat tidur. Mendokumentasikannya lalu mengirimkan foto-foto panas kami pada istrinya. Lalu aku bebas. Hanya tugas biasa.”

 

“Kau tidak mencium kelicikan di sekitar sini? Dengar Soo. Kau menipu ayahnya. Kurasa agak aneh jika dia melepaskanmu begitu saja setelah tugas itu. Bagaimana jika dia memang sudah bersekongkol dengan orang yang disebutnya sebagai rival bisnis itu. Bagaimana jika nantinya malah kau yang dijebak. Aku tak tega mengatakannya. Kau pasti mengerti maksud perkataanku barusan.”

 

Sooyoung merasakan tubuhnya tiba-tiba menggigil. Perkataan Sunny ada benarnya. Tanpa sadar jarinya bergerak mengetuk-ngetuk meja sementara akal sehat dan perasaannya mencari sinkronisasi. Kyuhyun? Penjara? Kyuhyun? Penjara? Kyuhyun? Penjara?

 

Sialan. Tentu saja Kyuhyun.

——0—–0—–

Dari tatapan para karyawan yang berlalu lalang di sebuah gedung perkantoran setinggi 20 lantai itu cukup untuk membuat Sooyoung sadar jika keberadaannya di tempat ini agak dipertanyakan. Seluruh orang-orang di Cho Corp mengenakan setelan kerja licin, berbeda dengan dirinya yang hanya terbalut celana jeans yang warnanya sudah agak belel, kaus bergambar Tom & Jerry, jaket abu-abu kebesaran serta rambut dikucir kuda dan tanpa make-up apapun. Jika bukan karena tubuh semampainya. Tak diragukan lagi orang-orang itu akan mengira Sooyoung sebagai anak TK yang kehilangan ibunya di stasiun.

 

Sooyoung masuk ke dalam lift. Seorang karyawan pria yang membawa setumpuk berkas di tangan itu tak mengacuhkan keberadaannya. Sooyoung mengeluarkan sebungkus tisu kemasan saku dari tas gendong kecil hitam yang memeluk punggungnya. Dia meludahkan permen karet tawar karena sudah 30 menit dikunyahnya ke lipatan tissue lalu melemparkannya ke tong sampah.

 

Dia sedang mengecek kembali alamat kantor yang tercantum di sehelai kartu nama di tangannya, ini benar kantor Cho Kyuhyun,  ketika seorang wanita manis berusia 25 tahunan menyapanya. “Maaf anda mencari siapa nona?”

 

“Aku ingin bertemu ahjussi penghisap le…” Sooyoung menampar mulutnya sendiri sambil tersenyum canggung menghadapi tatapan keheranan wanita itu. “Maksud saya tuan Cho Kyuhyun.”

 

“Anda sudah buat janji?”

 

“Oh ayolah. Bilang saja padanya Choi Sooyoung disini.”

 

Si sekretaris duduk di meja kerjanya dan mulai mengangkat telepon. Kyuhyun. Tak lama kemudian telepon itu sudah diletakannya kembali. “Presdir menyuruh anda masuk.” Katanya ramah. “Anda mau minum sesuatu nona?”

 

“Gratis?”

 

Wanita itu tersenyum.

 

Sooyoung menyeringai.

——0—–0—–

“Kamuflasemu sangat mengesankan nona Choi.” Sooyoung baru saja melongokkan kepala ke dalam ruang kerja Kyuhyun ketika suara yang terdengar seperti malaikat penjaga neraka itu menerobos telinganya. “Dengan tampilan seperti ini dalam keseharianmu, tak ada yang menyangka apa pekerjaan kotormu.”

 

Sooyoung memilih untuk tak menggubris komentar sarkatis pria itu.  “Selamat siang juga ahjussi.”

 

Dia masuk dengan bibir mengerucut. Ditutupnya kembali pintu itu dengan punggung kakinya. Sooyoung mendekati mejanya lalu membantingkan kunci mobil yang dicurinya tempo hari.

 

“Kau melupakan sesuatu nona Choi.” Katanya tanpa berpaling dari layar laptopnya.

 

Sooyoung mencabut dompet kulit merk Gucci dari saku belakang celananya. Dia tak lekas mengembalikan dompet Kyuhyun yang pada hari itu dicopetnya juga. Sooyoung membuka lipatan pertama dompet itu, dan mulai membaca keterangan dalam kartu pengenal Kyuhyun, keras-keras. “Nama: Gyuhyun. Marga: Jo. Usia sekitar 31 tahun 2 bulan. Profesi: Pengusaha. Status: Menikah. Bla bla bla..”

 

“Hanya ada 300 ribu won di dompetmu. Kau orang kaya paling miskin yang pernah kutemui”

 

Kyuhyun menutup laptopnya sambil membuang nafas mengatur emosinya. Emosi atau sesuatu yang lain? Kyuhyun yakin yang sedang diredamnya adalah ‘sesuatu yang lain’ itu. Dengan wajah tenang dia menengadahkan tangannya saat Sooyoung menyerahkan kembali dompetnya.

 

Kyuhyun hendak mempesilahkannya, namun rupanya Sooyoung sangat bagus dalam berimprovisasi. Gadis itu sudah duduk tanpa dia suruh. Sedang menatap lantai. Kyuhyun gagal menyembunyikan kekehannya saat menyadari ada syal sehelai syal tipis melapisi leher jenjang Sooyoung. Dia tengingat apa yang terjadi pada pertemuan pertama mereka. Kecelakaan.

 

Sooyoung mengikuti arah pandangan Kyuhyun. Dan pria ini mentertawakannya. Lagi. “Berhenti tertawa Tuan Cho! Ini semua gara-gara perbuatanmu yang e..er..ero..”

 

“Erotis?”

 

“Aku lebih suka menyebutnya tak senonoh.”

 

Terdengar ketukan pintu. Kyuhyun menyuruhnya masuk. Sekretaris Kyuhyun membawa sebuah nampan besar berisi 12 botol minuman dingin beraneka jenis. Sepeninggalnya sekretaris itu, Kyuhyun berkata. “Kau merampok baru saja pantry-ku.”

 

“Benda ini membuatku berkeringat.” Dia mencubit ujung syalnya. “Jadi kuminta jangan mengeluh. Anggap saja ini sedikit bentuk tanggung jawabmu.”

 

Kyuhyun menjatuhkan punggungnya di sandaran kursi setelah menggumamkan kata terserahlah. Mereka tak saling bicara. Kyuhyun mengamati cara bibir Sooyoung menyedot minuman itu dengan rakus. Kyuhyun menggaruk dagu sambil terkekeh melihat gadis itu sudah mengosongkan 4 gelas milkshake.

 

Kehadiran Sooyoung entah kenapa membuat ruang kerjanya menjadi panas. Kyuhyun membuka kancing teratas kemejanya, mengendurkan dasinya, keringat meleleh di lehernya. Dia menyalakan AC, tenggorokannya meraung-raung. Botol-botol minuman itu mulai mengeluarkan embun. Kyuhyun tergoda untuk meneguk salah satu diantara mereka. Namun Sooyoung menampar tangannya yang baru saja terjulur.

 

“Jangan pernah mengganggu gugat minumanku.”

 

“Ini kantorku. Berarti itu minumanku juga. Ingat?”

 

“Ya tentu saja ahjussi Penghisap Leher. Tapi ini pesananku.” Ucap Sooyoung sambil memeletkan lidahnya.

 

Kyuhyun berdecak kesal, kemudian mengangkat telepon. Memesan minuman pada sekretatisnya.

 

“Aku kesini ingin membicarakan bisnis kita.” Ujar Sooyoung serta merta.

 

Lalu tiba-tiba dua orang wanita cantik masuk menyerbu ruang kerja Kyuhyun, tanpa mengetuk pintu. Kyuhyun berdiri menyongsong mereka. “Ailee ada apa?”

 

Ailee dan teman wanitanya, Jeny Kim menempelkan pipinya pada pipi Kyuhyun.

 

“Gawat, Kyu.” Ujar Ailee panic. “Aku sudah bicara dengan orang tuaku dan orang tuamu, mereka tak merestui perceraian kita.”

 

“Tenang dirimu, oke.” Katanya menepuk lengan Ailee dengan lembut. “Aku akan cari solusinya. Aku janji kita bisa bercerai.”

 

“Benar?” tanya Ailee tak yakin.

 

“Bercerai secepatnya.”

 

Ailee memeluk Kyuhyun erat. “Oh terima kasih Kyuhyun. Aku bisa gila menghadapi mereka.”

 

“Sekarang tenang, kembali ke kantormu, dan buat baju-baju bagus lagi.” Kata Kyuhyun begitu tulus. “Serahkan semuanya padaku.”

 

Sooyoung mendengarnya dengan perasaan terguncang, menonton adegan drama itu tanpa berkedip. Mereka sedang membicarakan perceraian? Semudah itu? Seperti menawar baju di pasar loak? Gila. Dia melihat Kyuhyun mengantar kedua wanita terkenal itu hingga ke depan pintu.

 

“Bukankah tadi itu Jenny Kim?” Jenny Kim tak lain adalah model pujaan Sooyoung. Dia membeli semua produk yang diiklankan oleh Jenny, mengkliping berita tentangnya, dan hal-hal tak berguna yang dilakukan seorang penggemar.

 

“Ya.”

 

Masih tercengang, Sooyoung melanjutkan. “Aku tak tahu jika dia berteman dengan Ailee.”

 

Kyuhyun menghempaskan dirinya di atas kursi. “Teman? Jenny tak berteman dengan istriku. Dia kekasihnya.”

 

Sooyoung nyaris pingsan di kursinya.

——TBC—–

Hallo. Lama banget ya FF ini gak di update. Saya yakin beberapa pembaca udah pada lupa sama part pertama. Maaf banget tapi akhir-akhir ini saya disibukkan dengan tugas kuliah. Waktu buat nulisnya nyaris gak ada, daya khayal saya agak menurun kemampuannya. Hehe

Saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya sama reader yang tak pernah lelah menunggu FF ini dan mengingatkan saya di twitter kalo saya masih punya banyak hutang Fanfic. Sekali lagi terimakasih. Saya mohon dukungan kalian semuanya.

Oh iya satu lagi, karena dua alasan diatas saya butuh pendapat reader sekalian FF mana dulu yang mau dilanjutin lebih dulu.  A Promise of A Symphony atau Mr$. Mercenary atau Sequel Tanpa Lilin (yang baru rampung setengahnya.)

XOXO

Admin note : ikut cuap” ywh maaf baru bisa posting ff karena semua ff yg masuk entah kenapa g bisa aku  download setelah rencana mau diimport je g-mail ternyata ketika dipindahin kespam ujug” bisa q download filenya. jadi Maaf ywh kalau lama menanti ffnya diposting… Gomawo sudah menunggu

 

 

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>