Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Beloved Moment Chapter 2

$
0
0

Annyeonghaseyo

Rated 21+ ? Nyerempet dikit aja. Hehe

Cha! Here we go!

Title : Beloved Moment / Chapter 2

Cast and Pair : sooyoung, Yesung ,yuri, Siwon ,tiffany, donghae, yoona, Kyuhyun – Cast dan pair akan bertambah dan mungkin berubah seiring waktu

Warning : OOC, typo bertebaran dimana-mana, umur tidak sesuai, tema umum

Disclaimer : Cast milik dirinya sendiri (namun masih tanggung jawab orang tua dan dibawah naungan Tuhan), Super Junior dan SNSD teken kontrak sama SM Entertainment. Saya hanya pinjam nama dan karakter. Fanfict ini diciptakan oleh BabyKim dan bagi yang bertanya fanfict ini memang pernah dipost di fanciftion.net dan ff ini sudah disetujui untuk di post ulang

Thank you ^^

Okay! Gidaehaedo joha, Let’s Go !

Happy reading ^^

.

.

Sooyoung lemas. Jiwanya serasa melayang namun kesadarannya tetap tinggal. Decitan ranjang semakin keras. Seiring dengan desahan yang keluar dari bibir pasangan berbeda jenis diatasnya. Hingga akhirnya suara desahan panjang dan keras menembus gendang telinga Sooyoung. Disusul tarikan dan hembusan nafas yang menderu namun perlahan menjadi teratur.

Tubuh Sooyoung masih gemetar. Namun yeoja itu masih bisa mendengar percakapan yang terjadi dibalik punggungnya.

“Gomawo baby. Jaljayo. Oppa pergi.”

Cup cup cup

Beberapa kali kecupan-kecupan singkat Yesung berikan diwajah Yuri. Yuri sendiri masih mengatur nafasnya dan memejamkan mata. Lalu,

Cklek!

Yesung keluar dan terdengar pintu kamar dikunci dua kali.

Kamar itu kini sunyi. Tak ada lagi suara Yuri yang mengatur nafasnya. Namun tiba-tiba,

“Hiks…”

Mata Sooyoung membulat. Salah dengarkah dia?

“Hiks… Hiks… Hiks… Eomma…”

Telinga Sooyoung masih normal. Sangat normal. Secepat kilat yeoja itu berbalik. “Yuriie,” panggilnya lirih.

“Hiks… soo …”

Sooyoung menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan beranjak bangun. Mendekati ranjang Yuri dan berjongkok dilantai berbalut karpet hangat.

“Soo… Hiks… Sooyoungie…”

Dalam remangnya kamar mereka, Sooyoung tercekat melihat keadaan Yuri. Kedua tangannya terikat tali dikepala ranjang. Selimut miliknya teronggok dibawah ranjang. Bau seks menguar kuat dari sana.

Dengan prihatin Sooyoung beranjak dan melepaskan tali yang mengikat pergelangan tangan teman sekamarnya itu. Disekanya wajah Yuri yang berkeringat dan berurai air mata. Pandangannya teralih pada tubuh ringkih Yuri. Sooyoung mendesahkan nafasnya. Ada sedikit rasa lega yang hinggap dihatinya. Setidaknya Yesung sempat untuk merapikan piyama terusan yang dipakai Yuri agar tubuh yeojanya itu tertutup kembali.

Greb!

Yuri menghamburkan tubuhnya memeluk Sooyoung. Membuat Sooyoung tersentak dan terdorong kebelakang. Dibalasnya pelukan teman sekamarnya itu dan mengelus punggungnya perlahan. Hatinya mengernyit sakit mendengar deru tangis Yuri yang tertahan dibahu kecilnya.

Beberapa menit setelahnya, Yuri terdengar tenang. Perlahan, yeoja bertubuh sexy itu melepaskan pelukannya.

Dua yeoja itu saling diam. Duduk berdampingan dikarpet menghadap jendela besar dikamar mereka. Tirai jendela yang tidak terlalu tebal membiaskan cahaya rembulan yang sedang bersinar terang.

Sesekali Sooyoung melirik Yuri. Didepan mereka, dua cangkir cokelat hangat yang tadi sempat dibuat Sooyoung tergeletak begitu saja. Ada dispenser dikamar itu. Jadi Sooyoung tidak perlu turun kedapur untuk membuatkan mereka cokelat hangat yang nikmat untuk diminum.

“Maaf Sooyoungie.”

Sooyoung menoleh. “Apa yang terjadi Yuriie?”

“Harus darimana aku menjelaskannya,” lirih Yuri.

“Kenapa dia bisa masuk kekamar kita?”

“Dia punya kunci cadangannya.”

“Astagaaa…” Sooyoung meremas rambutnya frustasi. “Dan kalian melakukannya disaat ada aku? Ya Tuhan. Aku pikir kau anak baik-baik Yuri!”

Yuri menoleh cepat dan mendelik. “Jadi menurutmu aku bukan anak baik-baik?!”

“Lalu tadi?”

“Aku juga tidak mau melakukannya Sooyoungie! Dia yang meminta!”

“Kenapa dia mengikat tanganmu?”

Yuri menggeleng. “Entahlah. Mungkin dia ingin saja.”

Banyak pertanyaan muncul dibenak Sooyoung. “Apa Yesung sering melakukannya padamu?”

Yuri menggeleng. “Tidak. Hanya jika suasana hatinya sedang tidak baik.”

“Apa berarti saat ini suasana hatinya sedang tidak baik?”

“Tidak juga. Dia tidak mengeluhkan apa-apa tadi.”

Dahi Sooyoung mengernyit. “Lalu kenapa kalian melakukannya?”

Pandangan Yuri tetap mengarah keluar. “Yesung hanya ingin mengujimu.”

“Mengujiku?”

“Apa kau pantas menjadi roommate-ku.”

“Huh?”

“Kau ingat pertanyaanmu tentang roommate-ku?”

Sooyoung mengangguk. Pandangannya tak lepas dari sosok Yuri yang kini sudah terlihat tenang.

“Roommate-ku, jika tidak pindah kamar, dia akan pindah sekolah.”

“Eh?”

“Pindah kamar, karena Yesung yang tidak suka dia yang menjadi roommate-ku. Atau pindah sekolah, karena dia tidak tahan menjadi roommate-ku.”

Sooyoung mengangguk paham. Siapapun mungkin tidak akan tahan jika sering disuguhkan adegan dewasa live didepan mata.

“Dan Yesung setuju kau menjadi roommate-ku,” ujar Yuri.

Sooyoung tercengang. Berarti dia akan sering melihat kedua insan itu menyatu? Sooyoung bergidik.

“Perlu aku beritahu diawal Sooyoungie. Jika kau tidak tahan menjadi roommate-ku, Yesung tidak akan membiarkanmu pindah kamar. Kecuali tadi, kau pindah sekolah.”

“Kenapa dia yang memegang kendali? Pindah kamar, meminta kepada kepala asrama dan memberitahu alasannya, kita bisa pindah kamar kan?” Sooyoung makin merasa aneh dan penasaran dengan sosok seorang Yesung.

Yuri menyesap sedikit cokelat hangatnya. “Mungkin itu bisa terjadi diasrama lain. Tapi tidak diasrama ini.”

“Kenapa?”

“Sekolah ini didirikan oleh kakek Yesung dan beberapa temannya. Jadi, secara tak langsung, Yesung dan beberapa cucu teman kakeknya yang memegang kendali disini.”

“Teman-temannya?”

Yuri mengangguk. Pandangannya kini beralih pada lantai 4. Sooyoung mengikuti arah pandang Yuri dan terkejut. Oh jangan. Jangan seperti apa yang dipikirkannya.

“Disana kamar Yesung dan teman-temannya.”

Great! Tebakan gadis itu benar. Salah seorang penghuni kamar itu adalah yang semalam melihatnya berganti celana.

“4 kamar disana,” tunjuk Yuri untuk memperjelas. “Yesung, Kyuhyun, Siwon, Tiffany, Donghae dan Yoona.”

Sooyoung kembali bingung. “Kau bilang 4 kamar?”

Yuri mengangguk. Cokelat hangat kembali meluncur ditenggorokannya. “Yesung dan Kyuhyun memiliki kamar sendiri.” Yuri berhenti bicara dan merenggangkan kedua bahunya.

“Lalu?”

“Siwon sekamar bersama Tiffany, Donghae dengan Yoona.”

“Oh.”

“Mereka dengan pacar masing-masing.”

Sooyoung terkejut. “Maksudmu?”

“Ya. Mereka berbagi kamar.”

“Yeoja dan namja?”

“Tentu saja.”

Sooyoung memijat pelipisnya yang lelah. Mengetahui keadaan sekolah barunya yang diluar perkiraan. “Tidak ada yang memarahi?”

Yuri memutar kedua bola matanya. “Apa perlu aku ulang kalau mereka yang memegang kendali disini?”

“Siapa sih mereka itu?” gumam Sooyoung sambil masih memijat pelipisnya.

Yuri terkikik geli melihat ekspresi yeoja disampingnya itu. “Perlu aku ceritakan dari mana?”

“Teman-teman Yesung saja dulu. Sepertinya namjachingumu itu punya cerita yang lebih panjang. Aku merasa aneh dengan sikapnya yang dingin dan datar itu.” Sooyoung mengingat pertemuan pertama mereka yang tak bagus.

“Kau benar. Bukan hanya panjang, namun juga rumit. Dan lagi, dia bukan hanya namjachinguku.Tapi tunanganku.” Yuri mengangkat tangan kanannya.

“Hah?” Sooyoung memperhatikan cincin yang melekat dijari manis Yuri. Yuri tersenyum.

“Nanti kuceritakan. Satu-satu. Kau penasaran dengan temannya kan?”

Sooyoung mengangguk. Dia benar-benar penasaran. Salah satu dari mereka, yah, you know. Insiden malam itu.

“Tapi kau jangan terkejut mendengar kenyataannya. Mungkin kau akan merasa mereka aneh. Aku menceritakannya padamu karena sedikit banyak kau pasti akan berinteraksi dengan mereka. Kau teman sekamarku.”

Sooyoung makin penasaran. Aneh? Mungkin kata itu akan menjadi kata yang familiar ditelinganya. Mengingat sifat dan sikap Yesung yang aneh, tidak menutup kemungkinan teman-temannya akan seperti itu pula.

“Choi Siwon dan Tiffany Hwang. Mereka sudah sangat lama bersama. Siwon anak tunggal. Perlu aku tekankan? Siwon anak orang kaya. Sangat kaya. Pekerjaan kedua orangtuanya yang sibuk membuat mereka meninggalkan Siwon sendirian. Tiffany sebenarnya berbeda umur satu tahun lebih muda dari Siwon. Kedua orang tua Tiffany yang bekerja sebagai pelayan dirumah Siwon selalu membawa Tiffany ikut saat mereka bekerja. Karena sedari kecil bersama, Siwon dan Tiffany menjadi sangat dekat.”

Sooyoung belum menemukan keanehan disana. Dua orang yang dekat karena berteman sejak kecil. Tidak aneh kan?

“Suatu hari saat Siwon berumur 7 tahun, gudang dibelakang rumah Siwon terbakar. Saat itu Siwon dan Tiffany bermain hide and seek.”

“Dan salah satu dari mereka bersembunyi disana,” tebak Sooyoung.

Yuri menjentikkan jarinya. “Kau benar. Siwon bersembunyi disana. Siwon yang masih kecil sangat ketakutan. Untungnya, Tiffany yang pemberani sempat menyelamatkan Siwon saat api belum terlalu membesar, kemudian memanggil orang-orang yang ada dirumah untuk memadamkan api.”

“Lalu?”

“Kejadian itu sangat berpengaruh pada Siwon. Dia menjadi paranoid terhadap api. Dan dia menjadi semakin dekat dengan Tiffany.”

Sooyoung makin penasaran. Orang paranoid sudah biasa baginya. Dimana letak keanehan mereka? “Apa Siwon sembuh dari paranoidnya?”

Yuri mengangguk. “Dia memang sembuh dari paranoidnya terhadap api. Tapi paranoid lainnya tidak.”

Dahi Sooyoung mengernyit. “Paranoid lainnya?”

“Dari luar Siwon mungkin namja normal yang sangat sempurna. Tapi nyatanya tidak. Sejak kejadian itu, Siwon sangat takut kehilangan Tiffany. Dia menganggap Tiffany penyelamatnya. Siwon bahkan tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya. Orang tua, teman, pelayannya. Di dalam dunianya hanya ada Tiffany dan Tiffany.”

“Autis?”

Yuri menggedikkan bahunya untuk yang kesekian kali. “Entahlah. Mungkin. Aku pernah mendengarnya berteriak histeris dikamar. Saat aku bertanya pada Tiffany, Tiffany bilang dia sedang berada dikamar mandi saat Siwon bangun tidur. Saat matanya tidak melihat Tiffany, Siwon mulai berteriak dan tidak tenang.”

Sooyoung bergidik ngeri. “Siwon sangat bergantung pada Tiffany?”

Yuri mengangguk. “Sangat. Jangan pernah mencoba memisahkannya dari Tiffany. Kemungkinan kau tidak akan bisa hidup. Siwon bahkan mengancam akan berbuat nekat pada kedua orang tuanya dan orang tua Tiffany jika Tiffany tidak diperbolehkan menjadi miliknya ataupun memisahkan mereka. Singkatnya, Siwon sewaktu-waktu bisa menjadi psikopat. Salah satu teman SMP mereka pernah masuk rumah sakit dan koma karena Siwon menabraknya dengan mobil. Hanya karena dia tidak sengaja menendang bola dan mengenai Tiffany.”

Sooyoung merinding. “Dia cinta atau obsesi?”

“Dua-duanya. Dia sangat mencintai Tiffany. Diluar penyakitnya, Siwon tetaplah namja normal yang bisa jatuh cinta. Tapi ketakutannya kehilangan Tiffany kadang membuat cinta dan penyakitnya bercampur baur menjadi sesuatu yang tidak masuk akal.”

“Apa Tiffany tidak seperti itu?” Sooyoung penasaran dengan sosok seorang Tiffany.

“Tiffany yeoja yang baik. Dan normal. Dia juga mencintai Siwon dan ingin membuat Siwon sembuh dari penyakitnya. Tiffany bukannya tidak suka Siwon bergantung padanya. Hanya saja dia kasihan melihat Siwon yang kadang tersiksa karena penyakitnya yang tidak bisa jauh dari dirinya. Kami berdua sama-sama berniat melanjutkan pendidikan ke psikologi untuk bisa menyembuhkan namja kami.”

Sooyoung mengangguk. “Ya. Namjamu juga aneh.”

Yuri terkikik geli. “Yesung itu baik.”

Sooyoung merentangkan kelima jarinya. “Stop. Nanti saja bicara tentang Yesung. Kau belum sepenuhnya menceritakan teman-teman Yesung.”

Yuri mengangkat kedua tangannya layaknya penjahat yang menyerah. “Oke. Oke. Selanjutnya ada Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Dia sepupu Yoona. Mungkin menjadi anak angkat keluarga Im saat ini.”

“Anak angkat?”

Yuri mengangguk. Dia beranjak mengambil air putih sebelum melanjutkan ceritanya. “Kedua orang tuanya sudah meninggal. Karena dia anak dari adik ibu Yoona, kemungkinan besar dia sekarang sudah menjadi anak angkat keluarga Im sekarang. Hanya keluarga Im yang dekat dengan keluarganya. Dari luar Kyuhyun juga terlihat seperti namja normal. Tapi dia tetap punya masalah tersendiri. Selain playboy, dia juga suka membawa senjata kemana-mana. Jangan heran kalau kau menemukan benda aneh ditas sekolah Kyuhyun.”

Kepala Sooyoung kembali pusing. “Senjata?”

“Ya. Pistol. Dulu, karena stress kehilangan orang tuanya saat SMP, selama setahun dia sempat bergabung dengan geng jalanan. Kata Yoona, sifat Kyuhyun yang dulunya manis berubah menjadi 180°. Kedua orang tua Yoona sampai berniat membiarkan Kyuhyun dipenjara. Tapi Yoona tidak tega. Jadi dia memohon pada orang tuanya dan bicara berdua dengan Kyuhyun. Mencoba meminta pengertiannya bahwa kelakuannya itu menyiksa orang-orang disekelilingnya. Yah, Kyuhyun memang sedikit berubah. Dia tidak lagi bergabung dengan geng jalanan dan membunuh orang hing-“

“Tunggu!” Penjelasan yang diberikan Yuri terpotong oleh seruan Sooyoung. “Membunuh orang?”

Yuri mengusap tengkuknya. “Err, tidak membunuh langsung sih. Dia hanya ikut bagian menyiksa lawannya. Makanya pernah dipenjara.”

“Astaga…” Kepala Sooyoung makin sakit. “Yang ini benar-benar parah!”

Yuri terkikik. “Sebenarnya dia tetap terlihat dan bersifat seperti anak kecil. Cuma ya itu, dia selalu stand by membawa senjata.”

“Dan dia playboy.”

“Ah, yang itu memang perlu ditekankan. Bulan ini entah berapa kali dia berganti pasangan. Untuk yang ini Yoona benar-benar berusaha Kyuhyun juga berubah. Kau tahu kan. Banyak penyakit bisa menular lewat sex bebas.”

Sooyoung melirik Yuri. Yuri yang paham tertawa geli. “Kami memakai pengaman. Yoona juga banyak menyediakannya dikamar Kyuhyun. Yeoja itu sampai mengeluh uang jajannya berkurang drastis karena membelikan Kyuhyun pengaman. Tapi dia juga senang. Berarti Kyuhyun mendengarkan dia untuk selalu memakainya.”

Sooyoung meminum cokelatnya yang sudah mendingin. Dia bahkan lupa bahwa dia punya cokelat lezat. “Dari tadi kau menyebut Yoona. Siapa dia?”

“Yoona dan Donghae mungkin hanya pasangan yang normal diantara kami. Seperti yang tadi kubilang, kakek Yesung dan temannya punya cucu disini. Siwon, Yoona dan Donghae. Yoona dan Donghae berteman sejak kecil. Dan mereka jatuh cinta. Simpel kan?”

Sooyoung terkejut. “Hanya seperti itu?”

Yuri mengangguk. “Ya, tapi itu cukup membuat aku dan Tiffany sangat iri. Mereka menjalani kehidupan normal layaknya pasangan lain. Terkadang mereka berkencan dan bermesraan ditempat umum. Mereka juga berinteraksi dengan orang lain. Tiffany dan Siwon memang kadang bermesraan didepan umum, lebih sering dibandingkan kami. Tapi namja kami sama sekali tidak bisa membiarkan kami berinteraksi terlalu lama dengan orang lain, terutama namja,” keluh Yuri. Wajahnya berubah sedih sekarang.

Sooyoung menjadi merasa tidak nyaman karena sedari tadi sepertinya menunjukkan sikap tidak sukanya pada Yesung. “Kau menyesali hubunganmu dengan Yesung?”

Yuri merenggangkan badannya. Entah sudah berapa lama mereka berbicara malam ini. “Sebenarnya tidak juga. Aku mencoba mencintainya.”

Sooyoung menaikkan kedua alisnya. “Kau tidak mencintainya?”

“Err, bagaimana ya menjelaskannya. Pertunangan kami sebenarnya tidak direncanakan. Aku belum benar-benar mencintainya. Tapi aku tetap berusaha mencintainya dan menerima dia apa adanya. Dia seperti Siwon. Dengan beberapa perbedaan.”

Sooyoung berfikir dia akan menulis novel setelah ini. Terlalu banyak karakter orang yang ditemukannya disekolah ini. “Perbedaan?”

Yuri mengangguk. “Kalau Siwon sangat mencintai Tiffany, Yesung tidak begitu terhadapku.”

“Dia tidak mencintaimu?” Sooyoung hampir mati penasaran.

“Kau tahu kan Yesung sangat datar dan dingin?”

Sooyoung mengangguk. Ayolah, ingat pertemuan mereka yang ‘sangat’ berkesan itu.

“Begitu pula hatinya.”

“Hah?” Satu lagi fakta mengejutkan mengenai Yesung.

Yuri mengangguk. “Hati Yesung juga sangat dingin, tanpa rasa dan ekspresi. Wajah dan hati sama sekali tidak berbeda. Kadang itu membuatku ragu.”

Sooyoung mengangguk. “Tentu saja kau ragu. Kau bertunangan dengan namja yang tidak mencintaimu. Kenapa kau menerimanya?”

“Seperti yang tadi kukatakan. Dia seperti Siwon.”

“Yesung tidak bisa lepas darimu?”

Yuri mengangguk. “Sampai sekarang aku juga tidak mengetahui kenapa dia meminta kami bertunangan.”

“Dia tidak bisa lepas darimu. Itu sudah jelas.”

“Dengan sifatnya yang seperti itu?”

Sooyoung mengangguk kepalanya bingung. “Iya juga sih. Aneh. Kenapa dia bisa sedingin itu?”

Yuri meneguk air putih sebelum melanjutkan ceritanya. “Dulu dia sempat stress. Stress dalam arti penyakit.”

“Gila?”

Yuri mengangguk. “Ya. Masa SMPnya dihabiskan dengan rehabilitasi dirumah sakit jiwa.”

“Kepalaku pusing. Sepertinya aku perlu minum obat.” Sooyoung memukulkan kepalanya kejendela.

Yuri benar-benar tidak bisa menahan tawa gelinya melihat kelakuan Sooyoung. “Kau berlebihan Sooyoungie.”

Dengan kepala yang masih menempel dijendela, Sooyoung menoleh menghadap Yuri. Rasa kantuk benar-benar sudah pergi dari kedua yeoja ini. “Kenapa Yesung bisa gila?”

Yuri mengubah posisi duduknya menjadi bersandar pada jendela. Matanya menerawang menghadap lagit-langit kamar. “Yesung gila sejak ibunya meninggal. Dia sangat kehilangan. Hampir setiap hari dia mengamuk dan menghancurkan kamarnya. Karena itu ayahnya dengan berat hati merehabilitasinya. Ayahnya sendiri tidak tega melihat Yesung seperti itu dan menginginkannya sembuh. Yesung memang sembuh. Dia sudah bisa menerima kenyataan ibunya sudah tidak ada. Tapi itu karena hati Yesung benar-benar dingin sehingga tidak bisa merasakan apa-apa.”

Sooyoung mengubah posisi duduknya menjadi seperti Yuri. Meluruskan kakinya yang terbalut kaos kaki berwarna merah muda. “Kapan kau berkenalan dengannya?”

“Orang tuaku bekerja diperusahaan keluarga Yesung. Saat dia sembuh dan keluar dari rumah sakit, ayahnya merayakannya dan kami diundang. Aku menemani ayahku menggantikan ibuku karena ibu sedang menemani nenek yang sakit. Saat itulah aku bertemu dengannya. Pandangannya masih sama. Dingin, tajam dan menusuk. Semua orang yang ada diruang pesta mengatakan itu. Tapi diam saja karena Yesung anak direktur mereka. Waktu aku sedang makan eskrim dipojok ruangan, anjing Yesung datang dan mengitari kakiku. Aku bermain dengannya dan memberikannya eskrim. Yesung datang menghampiri kami. Awalnya aku takut. Sangat takut. Tapi dia diam saja. Hanya berdiri sambil memperhatikan aku dan Kkoming.”

“Kkoming?”

“Anjingnya.”

“Oh.”

“Sejak saat itu, Yesung sering datang kerumahku. Dia tidak melakukan apa-apa. Hanya duduk diam dikamarku, makan, dan tidur. Menungguiku pulang sekolah. Lalu dia masuk SMA bersama denganku disini. Melewatkan jenjang SMP karena ingin bersamaku. Toh otaknya juga sangat pintar.”

“Dia memang aneh,” cibir Sooyoung.

“Aku setuju. Dia juga sangat jarang berbicara dengan orang lain. Orang tuaku sangat heran. Jadi ketika Yesung datang kerumahku, mereka mendiamkannya saja. Karena Yesung tidak akan mengatakan apa-apa. Hanya menatap mereka.”

Sooyoung mengangguk. “Dia juga seperti itu saat bertemu denganku.”

Yuri tertawa. “Anehnya, dia sering bicara padaku.”

“Eh? Benarkah?”

“Ya. Walaupun tidak banyak kata-kata yang diucapkannya, setidaknya dia masih bisa berinteraksi denganku. Jangan harap kau melihatnya bicara dengan orang asing. Dia saja jarang berbicara dengan teman-temannya. Jika ada sesuatu, mereka akan mengatakannya padaku, lalu aku akan menyampaikannya pada Yesung. Yesung berbicara saat situasi benar-benar mendesak.”

“Dia. Sangat. Aneh.” Sooyoung menekankan semua kata-katanya.

“Orang tuaku pernah bertanya pada ayah Yesung, apa Yesung benar seperti itu. Ayahnya membenarkannya dan memohon padaku untuk tetap bersama Yesung.”

“Karena itu kau tetap bersamanya walaupun kau tidak mencintainya?”

“Aku pernah mencoba meninggalkannya.” Yuri menyandarkan kepalanya dibahu Sooyoung. Lengan kecilnya melingkar dilengan teman sekamarnya itu.

“Lalu apa yang terjadi?”

“Sangat menyeramkan. Aku ingat, saat itu libur musim dingin. Kami sedang berada dirumah masing-masing. Sebenarnya aku hanya ingin mengujinya saja karena aku tidak tahu perasaan sesungguhnya terhadapku. Dan kau tahu, dimusim dingin seperti itu, dia datang kerumahku hanya memakai kaos dan celana pendek. Sepertinya saat aku mengirimkannya pesan bahwa kami berakhir, dia langsung keluar rumah dan menyetir kerumahku. Dan kau tahu, dia membawa samurai.”

Dahi Sooyoung mengernyit. “Samurai? Untuk apa? Jangan bilang dia berniat menebasmu.”

Satu cubitan kecil mendarat dipinggang Sooyoung. “Bukan seperti itu Sooyoungie!”

“Lalu apa,” lirih Sooyoung sambil memegang pinggangnya. Cubitan yeoja itu sakit juga.

“Dia menebas semua perabotan dirumahku. Dia mengamuk. Rumahku sangat hancur. Sofa terbelah dan busanya tercerai berai. Vas bunga sudah tidak berbentuk. Meja-meja kaca hancur. Isi lemari keluar berceceran. Ayahku bahkan berlutut memohonnya untuk berhenti. Tapi Yesung sama sekali tidak memperdulikan ayahku.”

Sooyoung bergidik ngeri. “Dia mengamuk dengan wajah datarnya itu?”

Yuri mengangguk. “Ya. Tidak ada ekspresi diwajahnya. Tapi auranya sangat menyeramkan. Aku dan ibuku bersembunyi dikamar. Untungnya nenek sedang berada dirumah bibiku. Kalau nenek ada, mungkin beliau bisa kena serangan jantung melihat Yesung mengamuk seperti itu.”

“Kapan dia berhenti mengamuk?”

“Aku memberanikan diri datang dan memeluknya.”

“Kau memeluknya? Dari depan? Tidak takut ditebas?”

Cubitan kembali melayang. Kali ini dilengan putih yeoja yang baru saja bertanya itu.

“Sepertinya kau mengharapkan Yesung menebasku ya?” omel Yuri. Kedua tangannya kini berkacak dipinggang.

“Bukan begitu. Hanya penasaran kenapa kau senekat itu muncul didepannya,” ringis Sooyoung.

“Aku tidak bilang aku ada dihadapannya. Aku memeluknya dari belakang.” Yuri kembali merebahkan kepalanya dibahu Sooyoung.

“Dia berhenti?”

“Ya. Dan dia berhenti. Esoknya perabotan dirumah kami diganti seluruhnya. Rapi kembali seperti tidak terjadi apa-apa disana. Dia yang menggantikannya.”

“Hanya sekali kau mencoba memutuskannya?” tanya Sooyoung penasaran.

“Tidak. Aku mencoba beberapa kali. Saat itu kami sudah berada diasrama. Aku menyukai salah satu sunbae disekolah. Tapi sunbae itu tidak berani mendekatiku karena Yesung selalu ada disampingku. Kami dekat karena sering berkirim pesan. Karena berniat menerima sunbae itu, aku mengirim pesan pada Yesung dan meminta kami putus. Malam itu dia langsung datang dan mendobrak pintu kamarku. Malam itu juga aku kehilangan keperawananku. Dia melakukannya berkali-kali sampai aku pingsan. Setelah itu, dia punya kunci pintu kamar ini.”

Sooyoung membelai lengan Yuri yang melingkar dilengannya. “Kau kuat juga menghadapi kelakuan Yesung, Yuriie. Tidak terjadi apa-apa pada sunbae itu?”

“Sunbae itu masuk rumah sakit karena Yesung menghajarnya keesokan harinya. Tragis. Terakhir kali aku mencoba memutuskan Yesung saat musim dingin yang lalu. Aku sedang berkencan dengan salah satu teman SMP-ku. Aku tidak mengirimkannya pesan meminta akhir hubungan kami. Aku tidak tahu dari mana dia bisa mengetahui kegiatanku hari itu. Tapi saat aku pulang dan berjalan menuju rumah, aku lihat Yesung berdiri didepan pagar rumahku. Tidak lupa dengan samurai dibahu. Aku langsung berlari dan memanggilnya. Aku tidak sanggup melihatnya mengamuk lagi. Saat dia berbalik dan aku memeluknya, badannya sudah sedingin es. Dia tidak mengatakan apa-apa. Hanya membalas pelukanku dan mencium kepalaku. Esoknya dia sakit. Mungkin karena terlalu lama berada diluar saat cuaca dingin.”

“Kasihan.” Baru kali ini Sooyoung mengeluarkan simpatinya untuk Yesung.

“Ya. Saat dia demam, dia menunjukkan ekspresi kesakitannya. Saat itulah aku berjanji tidak akan mencoba meninggalkannya lagi. Aku masih ingin melihat ekspresinya yang lain. Aku minta maaf padanya dan mengatakan akan mencoba mencintainya. Tak lama setelah itu, kami bertunangan.”

Kedua yeoja itu duduk berdampingan dengan punggung menyandar pada jendela. Masing-masing mendoakan yang terbaik untuk orang-orang terdekatnya.

“Aku harap dia bisa sembuh dan berubah, Yuriie.”

“Ne. Aku juga berharap dia bisa sembuh dan berubah, Sooyoungie.”

.

.

Pagi itu seperti biasa Yesung datang menjemput Yuri dikamar. Mengerti akan keadaan Yesung, Sooyoung hanya tersenyum. Beriringan mereka bertiga berjalan menuju aula besar yang digunakan sebagai kafetaria. Sesekali Sooyoung dapat mendengar suara Yesung yang begitu pelan saat berbicara dengan Yuri. Selebihnya, kedua yeoja itu yang lebih banyak berbicara.

“Kau duduk dengan kami saja ya, Sooyoungie?” ajak Yuri saat mereka sudah sampai di aula.

“Dengan kalian?” tanya Sooyoung ragu. Dia masih sangsi apa Yesung benar-benar mau menerimanya sebagai teman Yuri.

“Iya. Bolehkan oppa?” Yuri beralih pada Yesung yang berdiri disampingnya. Jemari keduanya saling terpaut.

Sooyoung terkejut setengah mati saat Yesung menatapnya dan mengangguk. Walaupun bukan hal yang patut dibanggakan, tapi Yesung memang benar-benar menerima dirinya.

“Ayo.” Yuri menarik tangan kedua orang yang ada didekatnya untuk ikut mengantri mengambil sarapan pagi. Walau Yesung berkuasa disini, Yuri memintanya untuk tetap mengikuti aturan dan memakai kuasanya disaat-saat tertentu saja.

Sooyoung berjalan mengikuti Yesung dan Yuri yang berjalan menuju sofa didekat jendela. Bisa Sooyoung lihat, beberapa orang sudah duduk disofa itu dan bercengkrama. Sooyoung tahu betul siapa orang-orang itu. Orang-orang –aneh- yang semalam Yuri ceritakan.

“Ya! Noona! Aku tidak suka! Singkirkan!”

Sooyoung sedikit bergidik mendengar teriakan seorang namja. Suara bass milik namja itu menggelegar disisi aula.

“Tapi kau harus memakan sayurannya dongsaengku yang manis.”

“Hentikan panggilan menjijikkan itu. Membuatku mual noona!”

“Hei bocah. Hormati noona-mu.”

“Aku menghormatinya!”

“Dengan berteriak padanya?”

Tak ada jawaban dari pertanyaan yang didengar Sooyoung. Yang dia tahu, saat dia sampai dimeja itu dan Yuri memintanya duduk disebelahnya, ada 1 yeoja dan 2 namja yang dari tadi membuat kehebohan.

“Sudahlah Hae. Dia memang seperti itu.”

Yeoja berambut coklat tua itu mengelus punggung tangan namja berambut brunette yang sedang menekuk wajahnya. Sedangkan matanya menatap namja berwajah –sangat- tampan yang duduk disampingnya dan tersenyum.

Yuri sendiri terkikik geli melihat ketiga orang itu. “Sudah biasa seperti ini,” ucapnya pada Sooyoung yang menunjukkan wajah bingung. Sooyoung mengangguk.

“Hai.” Suara seorang yeoja mengalihkan pandangamn Sooyoung. Seorang yeoja menatapnya dengan senyumnya yang sangat menawan. “Kau teman sekamar yuri ?”

Sooyoung mengangguk. “Ne. Choi Sooyoung imnida.”

Yeoja itu mengulurkan tangannya dan dibalas oleh Sooyoung. “ Tiffany Hwang imnida.”

Sooyoung terpesona. Tiffany memang seperti yang dibayangkan dan digambarkan Yuri semalam. Manis dan baik hati.

“Psst.”

Sooyoung bisa mendengar isyarat kecil itu. Dia melirik sorang namja yang duduk disamping Tiffany. Namja itu sedang memainkan wafelnya dipiring. Tapi matanya melirik Tiffany. Sooyoung bisa menebak namja siapa namja itu.

Tiffany terkikik kecil dan melepaskan jabatan tangannya. “Dan dia Siwon. Choi Siwon.”

Tebakan benar.

Yeoja berambut cokelat tua yang tadi melerai pertengkaran kecil diantara dua namja disebelahnya juga mengulurkan tangan. “Im Yoona imnida. Panggil saja Yoona.”

Sooyoung membalas uluran tangan Yoona dan tersenyum. “Ne. Sooyoung imnida.”

Pandangan Sooyoung beralih pada namja yang tersenyum ramah padanya. “Lee Donghae imnida.”

Sooyoung mengangguk. Kini pandangannya beralih pada sisi kiri Yoona. Namja itu memperhatikannya sedari tadi. Sooyoung menyadari itu.

“Kau…,” namja itu menunjuk Sooyoung dengan jarinya. “Yang waktu itu kulihat sedang berganti celana dikamar?”

Blush!

“Kyuhyun!”

Siwon tersedak. Wajah Yesung tetap datar namun pandangannya beralih pada Sooyoung dan Kyuhyun yang duduk berhadapan. Yoona memukul kepala sepupunya. Tiffany dan Donghae tertawa-tawa. Yuri sendiri menutup mulutnya setelah berteriak.

“Kau mengintip orang?!” marah Yoona.

Namja yang Yuri panggil Kyuhyun itu mengelus-elus kepala yang dijitak kakak sepupunya. “Bukan begitu. Aku tidak sengaja melihatnya,” jawab Kyuhyun dengan wajah sebal karena dituduh yang tidak-tidak.

“Bohong!” Suara melengking ini pasti milik Yuri.

“Ya! Itu benar noona!”

“Jangan berteriak dengan noona-mu Kyu.” Donghae kembali memperingatkan.

“Tapi memang benar hyung! Aku tidak sengaja.”

Pandangan orang-orang yang duduk disatu meja itu kini beralih pada Sooyoung. Yeoja itu menundukkan wajahnya. Yuri yang duduk disampingnya bisa melihat wajah Sooyoung yang memerah. “Sooyoungie…”

Sooyoung berdiri dari duduknya. “Maaf. Aku ke toilet sebentar.”

Sooyoung langsung berlari meninggalkan meja itu. Masih bisa didengarnya pembelaan-pembelaan Kyuhyun atas ketidaksengajaannya.

“Tuhaaaaannnnn…” lirih Sooyoung didepan cermin toilet. Yeoja itu menutup wajahnya yang memerah. Dia malu sekali. Didepan orang-orang yang baru dikenalnya, dia sudah dipermalukan. Yuri sendiri tidak tahu masalah ini.

Setelah membasuh wajahnya dan mempersiapkan mental, yeoja itu keluar. Betapa terkejutnya yeoja itu saat menemukan Kyuhyun ada didepan toilet wanita. Namun bukan itu yang membuat Sooyoung ketakutan. Kyuhyun memegang kerah seorang namja, dan tangannya menekan pisau keleher namja itu. Sooyoung tak mampu bernafas.

“Kau jangan macam-macam!” hardik Kyuhyun.

“Ti-tidak! Aku tidak melakukan apa-apa!”

Beberapa yeoja yang juga baru keluar dari kamar mandi berteriak kaget. Membuat Kyuhyun menolehkan wajahnya dan berpandangan dengan Sooyoung.

“Kau pikir aku tidak tahu kelakuanmu? Namja brengsek! Pergi sana! Aku lihat kau seperti ini lagi, mati kau!” Kyuhyun melepas cengkramannya dan menendang namja itu. Namja itu langsung berlari ketakutan.

“Gomawo sunbae.” Beberapa murid perempuan mengucapkan terima kasih pada Kyuhyun dan pergi meninggalkan Kyuhyun yang masih menunggu Sooyoung.

“A-ada apa?” tanya Sooyoung terbata. Sebenarnya dia masih malu bertemu Kyuhyun. Namun dia juga penasaran dengan apa yang terjadi. Kenapa murid-murid perempuan tadi berterima kasih pada Kyuhyun? Seperti mereka mengetahui yang terjadi. Padahal jelas-jelas Sooyoung lebih dulu keluar toilet dibandnigkan mereka.

“Ada namja pengintip.”

Sooyoung merasa lututnya lemas mendengar jawaban Kyuhyun. Dia sudah merasa diintip Kyuhyun, dan kini ada ancaman murid lain yang mengintip toilet wanita?

“Noona memintamu cepat kembali.” Kyuhyun berjalan mendahului Sooyoung.

Sooyoung mengikuti punggung Kyuhyun yang kembali memasuki aula yang ramai. Yeoja itu berusaha melupakan kejadian memalukan diantara mereka berdua.

To Be Continue

.

.

Yeah !

Chap 2! Sudah adakah yang menebak jalan cerita fic ini? Yang tebakannya benar, saya ucapkan selamat ^^

Harap tinggalkan koment karena itu sangat berarti banyak koment cerita akan di lanjutkan sedikit komen bisa saja cerita sampai disini. Thanks reader setia ;)  150+ koment baru lanjut ;)



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>