Title : Cho’s Family [5]
Genre : Romance, Family
Rating : G
Length : Series
Author : Emmanalisa
[Part 1] [Part 2] [Part 3] [Part 4]
Part 5
Choi Sooyoung POV
“Aku mau punya anak lagi.” Kyuhyun langsung melirikku sinis dengan tatapan lasernya yang langsung membuat tubuhku terpotong-potong menjadi beberapa bagian.- Oh, oke- lupakan. Maksudnya, Kyuhyun langsung melirikku sinis dengan cibiran, makian, kata-kata yang menurutnya suci.
“Tidak boleh.” Aku menggeram. Aku sudah bertanya 5 kali, dan dia selalu membalasku dengan dua kata sialan itu. Mengucapkannya tanpa ekspresi, mata tertuju ke Koran, dan kaki yang di silangkan di atas meja. Mungkin menurut beberapa orang itu memang keren untuk PresDir tampan dengan sejuta pesona, tapi sangat tidak mempan untukku yang setiap hari melihat pemandangan itu secara langsung. Tidak ada kerennya. Malah terkesan norak. Dia itu hanya sok keren, sama seperti sifatnya yang tidak ada keren-kerennya.
Hatiku dongkol dan otakku menyusun rencana. Jika aku punya nyali besar, aku Cuma butuh waktu 5 detik untuk berdiri didepannya, merobek korannya, dan berkata : “Brengsek! Kau kira kau siapa, hah? Aku ingin anak laki-laki dan tidak aka nada yang bisa menghentikannya. Aku bisa melakukannya sendiri jika kau tidak mau! Bersama lelaki lain yang lebih tampan darimu. Lebih baik darimu. Lebih seksi darimu, dan lebih. Lebih. Lebih dari segala kelebihanmu!”
Tapi itu hanya rencana yang tidak akan bisa terwujud. Tentu saja aku tidak cukup berani melakukannya. Karena jika hal itu terjadi, yang paling pertama Kyuhyun lakukan padaku adalah : mengangkatku, membantingku, dan meniduri di ranjang. Mengerahkan seluruh kemampuan bercintannya yang bisa membuatku mati secara perlahan, dan itu dapat membahayakan nyawaku. Jadi yang hanya bisa aku bilang padanya adalah :
“Kau ini kenapa sih? Aku hanya ingin satu anak lagi. Anak laki-laki. Dan kau tidak mengjinkannya. Memangnya masalahmu apa, hah?” Oke, kalimatku tadi tidak terlalu buruk. Tapi si Kyuhyun ini langsung melemparkan korannya ke meja dan menatapku garang. Nah, ini yang sangat buruk.
“Masalahku?” ujarnya hampir membentak. “Masalahku tentu saja dirimu. Aku sudah melihatmu sekali bertarung dengan maut didepan mataku. Sialan! Dan kau mau mengulanginya, lagi? Tidak akan kubiarkan.” Aku mendorong tubuhnya dengan jariku telunjukku. Mendongak menatapnya dengan pandangan tidak suka. Aku membenci dia. Selalu protektif. Selalu berlebihan.
“Kau terlalu—”
“Mencintaimu,” ujarnya pelan melanjutkan kalimatku. Membuatku nyaris terdiam. Dia menurunkan tanganku yang menunjuk dadanya tadi ke dalam genggaman tangannya. Aku melihat matanya. Lelah. Tergambar jelas. Dan aku mengakui itu semua. Dia lelah karena istrinya yang selalu membantahnya ini.
“Sayang,” ujarnya dengan suara rendah. “Ini salah satu caraku menghindarimu dari kematian. Kau tidak tahu bagaimana perasaanku saat itu. Saat kau melahirkan Hyosoo mendadak, dan aku tidak sempat membawamu ke Rumah Sakit. Hanya ada Hyuk-Jae dan Ah-Ra noona yang membantu persalinan-tidak-tahu- tempatmu-itu. Sekali itu aku melihatmu menjerit. Darah dimana-mana. Bahkan menggunakan vacuum cleaner membantumu melahirkan. Tanpa ada perlatan medis. Hanya memegang tanganku.”
Ah, aku masih ingat saat-saat itu. Melahirkan mendadak di ruang tamu dengan keadaan yang sama sekali tidak elit –baru bangun tidur, dengan piayama bergaris-garis hitam putih yang membuatku seperti orang rehabilitasi, lalu saat aku bangun menuju dapur, perutku langsung berkontrasi, amnion-ku pecah, dan bodohnya Kyuhyun : aku sudah menjerit sekeras mungkin dia hanya memgang handphone-nya sambil berkata ‘Tahan-lah, tahan-lah tahan-lah.’ Padahal waktu itu aku sudah menggelinjang hebat karena kesakitan, lalu kebodohan keduanya adalah, malah menelfon Hyuk-Jae dan Ah-Ra eonnie untuk ke apartement kami, dan membantunya menyelesaikan persalinanku yang sangat mendadak ini, bukannya membawaku kerumah sakit, atau menelfon ambulans.
“Jadi… kau tidak mau anak? Tidak mau anak kembar?”
“Kalau, kau? Mau?” aku mengangguk cepat dengan mata penuh permohonan. Ah, aku suka anak kecil, tapi anak kecil yang sifatnya tidak seperti anak pertamaku ini. Walaupun wajahnya imut dan polos, tetap saja dia adalah setan kecil yang hiperaktif. Aku membayangkan bagaimana jika apartemen ini di penuhi banyak anak-anak. Ah, pasti ramai sekali. Membayangkannya saja sudah membuatku bahagia tak terkira.
“Aku tidak melarang. Tapi…”
“Tapi?”
“Kalau perutmu sudah sebesar balon, jangan salahkan aku jika aku memaksamu bercinta denganku,”ujarnya memamerkan senyuman miringnya. Oke, biasaya senyuman itu langsung membuatku sakit kepala dan harus menghantamkan kepalaku berkali-kali ke tembok. Itu senyuman yang mematikan yang langsung membuat lumpuh dan menatapnya seperti orang tolol. Tapi, sekarang senyuman itu tidak mempan lagi untukku. Walaupun aku masih terpesona dengan ketampanannya yang tidak berkurang sedikitpun walaupun usianya sudah menginjak kepala tiga.
“Dasar, Penggila Seks!”
Kyuhyun terkekeh. Malah merasa senang dengan ucapanku tadi. “Dan kau… Si Wanita Penggila Seks Kyuhyun. Jangan protes! Kau selalu tak berdaya saat bercinta denganku, iya, kan? Ha! Mengaku saja!”
*
“Aissshh, Jinjja!” keluhku lalu bangkit dari sofa, dan berlari kea rah kamar mandi di sudut dapur. Entah sudah keberapa kalinya pagi ini aku bolak-balik ke kamar mandi, merasa ingin memuntahkan sesuatu padahal hanya enzim yang keluar. Aku bahkan berusaha mati-matian mencari alasan untuk tidak sarapan pagi bersama Kyuhyun dan Hyosoo tadi. Perutku yang terasa mual dan melilit. Dan itu sangat menyiksa. Ah, dan satu fakta lagi yang baru kusadari pagi ini. Telat datang bulan semenjak dua bulan yang lalu.
Aku mematikan keran air dan melihat wajahku yang pucat pasi akhir-akhir ini. Apa aku perlu memberitahukan hal ini kepada Kyuhyun dan Hyosoo?
*
“Apa? Kau… hamil? LAGI?” ini adalah suasana yang paling dan sangat kubenci. Kyuhyun menjerit keras di kata terakhir, dan itu membuatku harus menulikan telingaku sementara dari teriakannya, daripada tuli permanen, karena jeritan cempreng suami brengsekku ini. Aku sudah mewanti-wanti hal ini akan terjadi. Kyuhyun dengan wajah syoknya Dan Cho Sooyoung sedang tidak apa-apa. Tadi, kan aku bilang pada Kyuhyun kalau aku hamil. Aku kira dia akan senang atau sebahagia Hyosoo yang mungkin akan memelukku dengan segenap rasa senang yang tiada terkira jika mendengar hal ini. Berbeda dengan Kyuhyun yang sekarang wajahnya memelas, sekali.
“Kau ini kenapa lagi, sih? Seharusnya kau senang karena aku hamil. Kau sudah lupa perkataanmu yang kemarin itu?”
“Aku menariknya kembali. Kau kira aku sebaik itu? Tidak bisa bercinta dengan istriku sendiri hanya karena perutnya yang sebesar balon?”
Apa ada yang berpikiran sama denganku? Melemparkan namja ini ke segitiga Bermuda sepertinya bagus sekali. Oh, atau menenggelamkannya ke laut, dan menjadi santapan manis para ikan hiu, juga bukan ide yang buruk. Aku tidak mengerti jalan pikiran lelaki ini. Kalian tidak akan pernah menemukan suami paling brengsek seperti Kyuhyun didunia ini. Menyalahkan anaknya sendiri yang masih didalam kandungan hanya karena tidak berhasil mendapatkan jatah seks dari istrinya. Oh, benar-benar brengsek!
Mataku memicik tajam. Dan dia juga membalas tidak kalah tajamnya. Bahkan dia nyaris melotot padaku. Sepertinya aku membutuhkan tombak untuk menusuk matanya itu. “Itu salahmu sendiri kenapa menghamiliku.”
“Aku tidak menghamilimu! Aku hanya bercinta denganmu.”
“Astaga, Kyuhyun sayang…” ucapku dengan nada yang cukup manis, padahal aku ingin sekali menghunuskan pisau ke jantungnya, beruntung saja sekarang kami tidak berada di dapur, “kau meniduriku. Tidak hanya sekali. Tapi berkali-kali. Setiap hari. Setiap detik.”
“Terakhir kali kita bercinta, aku memakai pelindung. Masa kau tidak merasa, sih?”
“Brengsek! Coba saja kau ingat-ingat. Hari-hari sebelumnya kau tidak memakai pelindung. Kau meniduriku, lalu memasukkan memasukkan begitu saja sperma-tak-bertanggung-jawab-milikmu itu di rahim suciku ini. Bukankah itu hal yang paling kau suka? Bahkan kau melakukannya berulang-ulang, sampai aku menyadari kalau kau itu maniak sejak dulu. Kau itu kenapa sih, Kyu? Membenci anakmu sendiri yang kukandung sekarang? Kau mau aku mengugurkannya, hah? Ini sudah tiga bulan Kyu. Dasar Penggila Seks!” Akhirnya! Kata-kata itu keluar juga dari mulutku. Dia mengusap wajahnya kasar.
“Aku tidak memintamu menggugurkannya!”
“Kau membencinya.”
“Tidak!” Dahinya mengerut dan sepasang alis pekatnya menyorotku tajam. Oke, dia tidak suka kelakuanku, tapi dia juga harus tahu jika aku membenci perangainya. Aku kesal!
“Iya. Jelas sekali kau bilang, kau tidak mau aku hamil! Nah, penyakit pikunmu kambuh lagi. Beberapa detik yang lalu kau mengatakan hal itu dan sekarang kau melupakannya? Idiot! Aku tidak mengerti sebenarnya hari ini kau kenapa!”
Kyuhyun tampak kaget mendengar ucapanku yang hampir menjerit tadi. “Aku? Kau yang kenapa Soo, sejak tadi kau selalu membantahku.” Tiba-tiba dia menepuk jidatnya. “Oh, Oh… aku tahu. Seharusnya sudah kuduga. Kau morning sickness, kan sayang?”
Aku langsung melempar dengan asbak. Aku tidak morning sickness, walaupun aku hamil. Hanya hormonku yang bermasalah! Aku selalu benci Kyuhyun yang menganggapku morning sickness atau PMS jika aku emosiku tidak terkontrol sejak dulu. Tapi, aku hanya membutuhkan cokelat dan vanilla untuk menenangkanku.
Aku marah benar-benar marah. Aku marah padanya. Dan juga marah diriku sendiri. Biasanya disaat-saat seperti ini dia akan mengeluarkan seluruh pesonanya, lalu membuatku luluh dan tidak marah lagi dengannya. Cih! Tidak akan segampang itu lagi.
Kyuhyun menghela nafasnya. Lalu bergerak membuka dua kancing kemeja teratasnya. Nah, apalagi yang mau dilakukan? Membuka bajunya untuk menggodaku dan menghilangkan seluruh emosiku? Wah, licik sekali.
“Kau mau bertelanjang didepanku lagi, hah?” dia mengerutkan alisnya. Oh, ekspresi yang cukup bagus untuk mengecohku. Tapi kali ini aku tidak akan lolos dari perangkap busuknya itu.
“Maksudmu apa sih?”
“Kau selalu begini. Menggunakan ketampananmu dan pesonamu itu untuk menggodaku, kan? Berakhir di tempat tidur, bahkan membuat emosiku lenyap. Itu, kan? Itu, kan yang ada di otak picikmu!” ucapku berapi-api. Dia mengangkat alisnya dan menatapku aneh, memiringkan kepalanya dengan bibir terbuka seperti itu. Oh, Brengsek! Bahkan dengan gaya seperti itu dia sudah kelihatan keren dimataku. Sial.Sial. Sial! Kenapa sekarang aku terlihat seperti orang idiot!
“Aku tidak menggodamu. Hanya kepanasan. Kau tidak lihat ya daritadi aku berkeringat. Dan kau kenapa? Kau terlihat… terpesona denganku.”
SINTING! AKU SINTING! Dan aku benar-benar mengakui hal itu. Dimana kaca? Bagaimana wajahku sekarang? Mata membulat, mulut terbuka, dan liur menetes? Apakah keadaanku seperti itu sekarang? Oh, lupakan harga diri! Aku benar-benar ingin terjun dari lantai teratas apartemen itu sekarang. Aku ini kenapa? Aku ini kenapa, sih? Ada apa denganku? Mengidam? Morning sickness? Tuhan… kenapa kau mememberikanku penyakit sinting sperti ini?
Kyuhyun mendekat padaku. Astaga! MENDEKAT PADAKU! Ini hal buruk! Sangat buruk. Efeknya akan sangat besar jika aku berada di dekatnya. Stop Kyu!!! Ingin sekali aku berteriak seperti itu. Sayangnya terlalu terlambat karena sekarang dia sudah menundukkan kepalanya, mengelus pipi dan hidungku. Tidak. Wajah terlalu dekat.
Yang sekarang kubutuhkan hanyalah oksigen. Aku belum bisa bernafas saat bibir kami menempel. Selalu seperti ini! Aku selalu kelihatan tak berdaya didepannya. Demi Hyosoo yang menyebalkan. Mantra apa sih yang digunakan pria ini untuk menyihirku?
Menyudahi ciuman kami. Aku masih tidak bereaksi apa-apa. Padahal kami sudah melakukannya ribuan kali. Aku tidak tahu apa yang terjadi di otakku. Mungkin saja alien sudah memakan otakku hingga aku menjadi orang sinting- idiot, tolol, dan entah apalagi- seperti ini.
Kyuhyun menatapku aneh, dilanjutkan dengan senyuman miringnya yang membuatku lagi-lagi menganga. “Ah, wajahmu kelihatan abstrak kalau seperti itu.”
Aku merasa benar-benar idiot sekarang!
*
Aku sudah sampai di Central Hospital sekarang. Ayo tebak! Aku pergi dengan siapa sekarang? Yap! Aku hanya ditemani Hyosoo, tidak bersama Suami Penggila Seks-ku itu. Sekarang dia lebih mementingkan hidup matinya di meja kerja dengan berkas-berkas membosankan daripada menemaniku dan Hyosoo memeriksa kandungan.
“Eomma-ya, apakah Eomma akan terlihat seperti mereka?” aku melihat para wanita yang seumuran denganku dengan perut menggelembung. Aku menyerngit. Aku merasa gagal sebagai orang tua. Lihat saja anakku memanggil wanita yang seumuranku itu dengan sebutan ‘mereka’ seperti dia sudah dewasa saja.
“Sudah pasti. Dulu waktu kau masih berusia 8 bulan. Perut Eomma juga menggelembung seperti itu.”
“Terlihat seperti apa?”
“Hmm… apa ya? Kata Ayahmu, Eomma terlihat feminim. Dan manis.”
Hyosoo melihatku dengan alis terangkat. Nah, bahkan dia sudah bisa menirukan gaya Ayahnya ketika aku mulai mengucapkan kata-kata aneh. Tapi, ngomong-ngomong, kata-kataku tadi aneh, ya?
“Berarti Cho Kyuhyun itu berbohong,” ucapnya berlagak detektif. Aku menyerngit.
“Berbohong apanya?”
“Aku tadi membayangkan bagaimana jika Eomma seperti mereka. Dan dipikiranku itu eomma terlihat jelek sekali. Seperti gorilla yang habis menelan babi bulat-bulat. Perut sebesar kulkas, gerakan lambat. Dan tidak bisa dipeluk. Tidak ada menarik-menariknya sama sekali. Pasti Kyuhyun tidak bernafsu melihat Eomma seperti itu.”
“MWO?! YAKKK!!!”
Aku tidak peduli ini rumah sakit atau bukan. Hyosoo benar-benar menguras emosiku. Oh, TUhan! Mulut pedas itu kembali lagi. Persis Gaya Seorang Cho HyoSoo. Aku benar-benar heran, dia ini anak siapa sih? Pasti gen Kyuhyun yang lebih dominan dibandingkan aku. Makanya sifatnya abnormal seperti ini.
“Aduh, Eomma. Kau membuat telingaku sakit. Tidak tahu, ya suara eomma seperti Dinasaurus kalau berteriak. Nah, itu eomma sudah dipanggil. Kajja. Jangan berteriak lagi. Orang-orang disini melihatku seperti membawa orang rehabilitasi. Apalagi Eomma memakai baju bergaris-garis begitu.”
Kadang aku berpikir, jika Tuhan tidak menganugerahkan putriku tersayang ini dengan sifat mulia. Hanya jiwa setan yang ada didalam tubuhnya.
*
Aku dan Hyosoo tidak langsung pulang ke apartemen. Langsung ke supermarket membeli keperluan dapur. Hyosoo yang membawa troli dan aku yang memilih-milih. Dia terlihat seperti babu-ku sekarang.
“Eomma-ya..”
“Hmm?”
“Aku tidak suka sayur. Eomma tidak lupa, kan? Jadi, letakkan kembali benda hijau kembali.” Aku langsung mendelik menatapnya, sedangkan dia sekarang tersenyum manis. Kenapa sekarang aku terlihat seperti babu? Aku menegakkan tubuhku, lalu memasukkan sayur itu ke troli.
“Tidak. Tidak akan.” Dia merenggut. Mengerucutkan bibirnya dengan cara yang menurutnya imut, dan hal itu membuatku hatiku mencair, lalu menuruti perkataannya. Ah, sayangnya hal itu tidak terjadi untukku. Itu, kan tipuan busuknya. Sama seperti Ayahnya. Sifat mereka memang sama-sama menyebalkan.
“Eomma-ya…”
“Apalagi, sayang?” Hyosoo menunjuk kalender yang tergantung di samping stan makanan.
“Ini tanggal 3 Februari, kan?”
“Iya, lalu?”
“Astaga, Eomma! Ini ulangtahun Appa! Masa eomma lupa, sih? Kau ini kan istrinya, bagaimana mungkin seorang istri melupakan ulangtahun suaminya sendiri. Eommaaa!” dia mengucapkan kalimat itu seperti orang yang sedang frustasi, sedangkan aku hanya menatapnya dengan kepala dimiringkan. Nah, kami persis seperti suster rumah sakit jiwa yang frustasi akan kelakukan pasiennya yang membuat kepalanya langsung sakit kepala karena ketololannya. Hyosoo si Suster, dan aku Si Pasien Tolol.
“Aku tidak lupa! Hanya tidak ingat!” Alasan bodoh. Memangnya apa, sih perbedaan lupa dengan tidak ingat? Kan sudah kubilang aku si Pasien Tolol.
“Aduh, usia eomma berapa sih?”
“Kau yang usiamu berapa Hyosoo. Kau tidak sadar, ya bicaramu seperti orang dewasa.” Nah, ini baru kalimat yang benar.
“Usiaku? 5 tahun. IQ-ku 130. Sama seperti Appa. Jadi tidak usah bertanya, kenapa kelakuanku seperti ini. Kan sudah jelas-jelasnya sifat Eomma dan Appa menurun kepadaku. Ini sifat kalian juga!”
Aku melongo mendengar ucapannya. Gila! Hyosoo Si Sharp Mouth berhasil membuatku menutup mulutku. Oh, dear.. dimana harga diriku didepan anakku sendiri? Kenapa sekarang aku persis seperti si Pasien Tolol?
Sekarang, Si Suster Kecil Dengan IQ 130 itu menyeret tanganku dan troli yang besarnya melebihi badannya itu ke stan (aku tidak tahu darimana dia mendapatkan tenaga super seperti itu. Sepertinya salah satu gen Yoona atau gen superman ada didalam dirinya.) stan yang menyediakan bahan kue. Dia mengambil beberapa bahan: tepung, cokelat, telur, pengembang kue, dll.
Setelah itu dia menatapku yang masih diam dengan alis terangkat. “Eomma-ya, kau kenapa sih? Kalau Eomma mau tahu, sekarang Eomma terlihat seperti Pasien Rumah Sakit Jiwa, yang mengidap ke-tolol-an akut.” Bahkan anakku mengataiku Tolol, yang membuatku langsung mengusap dada. Sepertinya aku harus menjalani Pengampunan Dosa.
“Eomma tidak morning sickness, kan?” aku langsung menahan tanganku untuk tidak melemparkannya isi troli yang sangat banyak ini (padahal aku ingin sekali melakukannya kalau saja yang bilang bukan anak kandungku sendiri). Heyy— dari mana dia tahu tentang morning sickness?
“Kau? Darimana kau mengetahuinya?” tanyaku dengan mata menyorot tajam. Kalau saja dia menyinggung tentang IQ lagi, mungkin aku langsung mencekiknya. Oh, tidak. Tidak, itu terlalu kejam. Aku hanya akan menyita kekasih hatinya –PSP-, dan boneka Woody-nya. Tidak dengan boneka Barbienya yang sangat disayanginya itu, karena hanya itu benda yang membuatnya seperti gadis kecil normal.
“Aku… aku menguping. Hmm… Eomma tahu, kan kalau aku orangnya sangat penasaran. Apalagi tadi Eomma dan Appa sampai berteriak, ya… mau tidak mau aku mendengarnya.”
Aku langsung mengusap wajahku frustasi. Anakku ini IQ-nya tinggi. Tapi, dia itu abnormal. Bodoh, tentu saja aku dan Kyuhyun tadi berdebat sampai berteriak. Tidak ada orang yang berdebat sambil berbisik-bisik, kan?
“Hahh, sesukamu sajalah, Hyo-ya,” ujarku setelah kembali menemukan kewarasanku.
Hyosoo dan Aku berjalan menuju kasir. Dan menemukan Hyuk-Jae disana. Dia menunjukkan senyuman gusinya. Hyosoo langsung saja berlari ke pelukan Hyuk-Jae.
“AHJUSSIII!”
“WOOAAHH~ HYOSOO-YA.”
Cish, benar-benar drama. Hyosoo dan Hyuk-Jae memang selalu seperti ini jika bertemu. Keabnormalan mereka bertambah. Apalagi si Hyuk-Jae ini belum mempunyai istri. Masih melajang sampai sekarang. Padahal dia itu tampan. Apalagi dia pernah menjadi kekasihku. Dulu… dulu sekali. Dan sekarang dia ingin menjadikan Hyosoo sebagai istrinya, jika anak itu sudah dewasa. Yang benar saja! Jika Hyosoo sudah berusia 20 tahun, Hyuk-Jae tentu saja sudah menjadi kakek-kakek lajang. Aku selalu tidak merestui mereka. Biar saja. Memangnya aku mau mempunyai menantu yang usianya lebih tua dariku. Dasar, Perjaka Tua!
“Aissh. Yak! Lee Hyuk-Jae lepaskan putriku bodoh!” bentakku karena dia masih saja memeluk putriku erat sekali. Sepertinya Hyuk-Jae itu melumuri badannya dengan lem permanen sampai Hyosoo tidak bisa lepas seperti itu.
“Kau ini. Menganggu kesenangan orang saja. Kau tidak lihat, ya, dia senang sekali memelukku.”
“Kau yang memelukknya terlalu erat. Yak! Lepaskan Monyet!” Hyosoo dan Hyuk-Jae langsung melepaskan pelukan mereka dengan wajah yang memelas sekali. Aku curiga, seperti Hyosoo menyukai Ahjussi ini. Oh… tidak akan kubiarkan. Aku akan membuat Hyosoo meninggalkan Ahjussi tua-nya ini. Mungkin aku harus memberikannya daftar anak kecil tertampan yang se-usianya, secara berkala. Bisa saja itu menjadi cara jitu untuk membantunya melupakan Lee Hyuk-Jae. Hahaha.
“Eunhyuk Ahjussi. Jangan buat Eomma-ku kesal. Dia itu sedang Morning Sickness, dia bisa saja menonjok wajahmu.”
Aku nyaris saja melemparkan ponselku ke wajah Hyosoo. Anak ini kenapa menyebalkan sekali, sih? Dan sekarang Hyuk-Jae menatapku dengan seringaian mesumnya.
“Wah, wah, punya momongan lagi, a? Kyuhyun sepertinya bernafsu sekali. Memangnya kau se-seksi apasih sehingga dia jadi ganas?”
Aku langsung bergerak menendang selangkangannya. Dia mengerang. Aku marah. Hyosoo langsung ngakak. Dan langsung menarik Hyosoo pergi meninggalkan lelaki itu mengumpat tak jelas.
“DASAR PERJAKA TUA!” umpatku setelah membayar belanjaan kami. Orang-orang menatap seolah kami orang Idiot yang perlu dikasihani. Persetan! Lee Hyuk-Jae sialan benar-benar memancing emosiku hingga kepalaku mau pecah. Tsk!
TBC
Yeaayyyy~ Hyo-Soo punya adeeekkk*nyalainmercon*. Ayo-ayo vote. Mau namja atau yeoja? Namja aja yah. Lumayanlah bisa dijadiin gebetan, sapa tahu aja Hyo-Soo restuin*ngomongopo?*. Mau evil atau Angel?
Angel aja, yah. Kalau evil kasian, keluarganya Kyuhyun masuk neraka semua nantinya-_-. Tapi kasihan juga sih kalau jadi Angel, nanti di bully sama tiga setan-_-. Tapi serah aja deh, itu kehendak Allah SWT dan tentu saja Author yang manis ini—“
Oke, comment yaw! Seperti biasa… Menerima semua komentar kecuali : KEPENDEKAN THOR!
