Title: Don’t Touch Me [Part 4]
Author: Edrarybelvi
Cast: Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun
Length: Series
Rating: PG-17
Genre: Humor, Romance
Disclaimer: My idea, my words, my imagination. Don’t you dare to copy and paste without permit!
Nb: I wanna ask sorry for many rude words in this ff. I just want to make feeling of this story, so I add that words.
_____
Aku ingin membunuhmu Tuan Cho tapi kau menghalangiku!
_____
Makan malam dengan Mr. Ronald sama seperti makan malam biasa. Nothing special, hanya saja suasana makan malam ini benar-benar sudah dirancang sedemikian rupa. Meja dan kursi sudah dihias dengan rapi. Terdapat banyak hidangan menu disana dan seakan membuat liurku menetes. Tidak hanya itu, Mr. Ronald juga membawa seretarisnya dan itu membuatku merasa sedikit berkawan (dan kuharap Annabeth bukan salah satu dari simpanannya).
“So, you have been 4 years being a secretary of Mr. Cho?” Aku memutar mata dengan kesal dan sedetik berikutnya menatap Annabeth dengan senyum dibuat-buat. Untuk apa dia bertanya?
“Do you want a cup of coffee?” Memilih untuk mengalihkan perhatiannya, aku menuangkan kopi pada cangkir coklat nan cantik untuknya.
“Merci” Aku mengernyit, wanita Eropa ini kembali lagi menggunakan bahasa Perancis yang sama sekali tak kumengerti. Tersenyum dibuat-buat kembali, aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
“Soyoung,-“
“Sooyoung, Soo-Young Annabeth.” Dan entah untuk keberapa kalinya aku memperingati dirinya akan cara menyebut namaku. Saat pertama mendengarnya, dia berfikir aku sangat muda. Maksudku (So = Sangat dan Young= muda).
“I mean Sooyoung,-“ Ia memperbaiki ucapannya dan kemudian tersenyum padaku (apa maksudnya?)
“So what about my question? You still didn’t answer.” Demi langit dan bumi, kepalaku benar-benar seakan mau pecah. Annabeth harus mengontrol rasa ingin tahunya sebelum aku menutup mulutnya dengan lakban.
Menendang pelan pada kaki Pria disampingku, ia melirik dan bertanya dengan pandangan matanya.
“Bisakah kita kembali ke kamar? Wanita dihadapanku benar-benar membuatku muak.” Bisikku dan kemudian tersenyum dibuat-buat (lagi) pada Annabeth.
“Tidak bisa, saat ini Mr. Ronald masih membaca proposal kita, dan kau jangan mencoba untuk mengacaukannya.” Dia balas berbisik dengan nada mengancam. Aku menghembuskan napas kesal. Keadaan ini benar-benar menyiksaku.
Sekali lagi keadaan menyiksa ini membelengguku. Annabeth dengan pertanyaan dan ocehan non sense miliknya. Dua pria dengan jas dan dokumen yang berada ditangan mereka. Semua seolah membuatku pusing. Aku memijat keningku untuk mengurangi pemikiran negatifku tentang makan malam ini. Tidur, aku butuh tidur Pak Cho!
Aku merapikan dressku sedikit dan kemudian mencoba mencari cara untuk memperbaiki penampilanku yang sudah dirusak suasana. Meletakkan sarbet, aku tersenyum dan menyela keseriusan dua pria ini.
“Sorry, I have to go to bathroom. May I?”
Ketiga kepala di meja ini memandangku. Pria disampingku langsung mengalihkan pandangannya setelah tahu bahwa aku yang berbicara. Bos sialan! Kulihat Mr.Ronald tersenyum dan aku mengangguk (aku tidak memikirkan keberadaan Annabeth) dan segera bangkit.
Hal pertama yang kulakukan di kamar mandi adalah menatap wajahku. Aku pucat dan benar-benar terlihat tak bergairah sama sekali. Bibirku kering dan aku merasa sedikit kedinginan. Aku rasa ini pertanda bahwa aku akan jatuh sakit. Mencuci tanganku dan sedikit memercikkan air diwajahku, aku menarik napas dalam. Kali ini aku benar-benar harus membawa Tuan Cho itu pulang!
Aku kembali lagi dan melihat aura ketegangan di meja sudah mencair. Mr.Ronald tengah tertawa akan lelucon Tuan aneh itu, dan Annabeth? Oh, kutarik lagi ucapanku. Aku tidak peduli tentangnya. Aku duduk dan mereka segera menangkap kehadiranku. Pria disampingku menatap aneh padaku dan Mr.Ronald tersenyum dan menatapku sayu.
“What’s going on?” Hanya itu kalimat yang meluncur dari bibirku.
“Oh, If I knew that she is your wife, I will treat her better Mr.Cho.” Mr. Ronald tertawa dan Pria disampingku ini menangkap tanganku dan menciumnya. APA?? MENCIUMNYA??!!
“So, you have to keep your eyes on you Mr. Ronald. I told you and you have to remember.” Dan mereka tertawa.
Aku merasakan gerakan naik turun disekitar lenganku. Aku melirik dan benar saja, tangan pria mesum ini tengah mencuri kesempatan dalam kesempitan! Double crap!
“Apa yang kau lakukan?” Bisikku.
“Lakukan apa yang kuperintahkan. Nanti kuceritakan.” Ia kembali memperingatiku dan aku kaku seketika.
“So, Mr. Ronald, are you agree with our project?” Tuan mesum ini membuka suara dan kulihat Mr.Ronald itu tersenyum.
“I’m sorry for that miss understanding before Mr. Cho, but I agree with our project and I hope we can work with perfectly.” Dan aku rasa kesepakatan itu terjadi begitu saja.
Aku tidak tertarik lagi dengan semua ini. Aku benar-benar ingin tahu apa maksud dan tujuan Pria mesum ini menyuruhku untuk ber-acting sebelumnya. Belum lagi, tangannya masih saja mengelus lenganku dengan damai. Pria sialan tak tahu diri! Arrgh!
Kami berempat berdiri dan saling menjabat. Tuan muda Cho yang hebat sudah berhasil mendapatkan tendernya dan ini saatnya untuk acara perpisahan.
“Take care sweetheart. I don’t know that you are marriage couple and waiting for the baby now.” Annabeth memelukku dan kemudian mengusap perutku. Ya Tuhan, skenario apa yang sudah dimainkan pria ini?
“Oh-eh-Yes, No, oh- I mean thanks.” Dan aku tiba-tiba saja menjadi kaku dan bertingkah seperti seseorang yang tidak mengerti bahasa Inggris. Dan pada akhirnya, mereka (Mr. Ronald dan Annabeth) pamit undur diri dan tingallah kami berdua disini.
“Apa yang kau lakukan wahai Bos mesum!” Aku langsung saja menyerang dirinya yang ternyata sudah kembali duduk dan membaca dokumen.
“Saving your life.” Ucapnya singkat. Aku melotot dengan jelek. Saving your life katanya? Saving for what??!!
“Apa maksudmu? Aku rasa aku baik-baik saja sebelum kau dan skenario burukmu itu datang menghancurkan moodku malam ini.” Kesalku. Dia hanya terlihat acuh dengan pena berada dijarinya.
“Mr. Ronald meminta kontak ponselmu padaku. Dia tertarik denganmu. Aku hanya ingin kerjasama ini murni. No cheating, no feeling, especially sex!” Ucapnya dan menatap diriku tepat disaat ia mengkahiri kata ‘sex’ dengan penekanan yang dibuat-buat. “Jadi aku menyelamatkan dirimu dari pria hidung belang. Memuji dirimu seperti dewi yang nyatanya tidaklah lebih dari seekor itik jelek nan buruk rupa, dan mengakui dirimu sebagai istriku dan kini tengah mengandung anakku.” Tambahnya.
Seberapa jeleknya diriku saat melotot, hanya Tuan mesum ini yang tahu. Dia benar-benar hebat dalam hal ini. Membuatku menampakkan sisi terjelek dari seorang wanita.
“ISTRI KATAMU???!!” Aku memekik berang. Pria ini seketika berdiri dan menutup mulutku. Ia melirik sekitar dan tersenyum tak enak.
“Sialan kau asisten Choi. Jaga sikapmu!” Ia bergumam dengan bengis sembari melirik orang-orang. Aku menghempaskan tangannya yang membekap mulutku. Ia menatapku dengan wajah tidak senang.
“Apa maksudmu ha? Aku bukan istrimu dan kau baru saja menciptakan sebuah kebohongan publik, bodoh!” Semburku. Ia menatapku dengan sebelah alis terangkat dan senyum menyebalkan.
“Ya Tuhan asisten Choi, aku lupa bahwa semua orang sudah mengetahui pertunanganku. Astaga! Bagaimana ini?” Dia berbicara dengan nada mengejek. Sialan! Apa dia tidak berfikir dahulu sebelum bertindak?
“Jangan bertingkah konyol disaat aku sedang marah!” Hardikku dan aku mulai mempertahankan mimik wajahku. Dia sudah mulai tersenyum dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Membuatku ikut-ikutan tertawa. Sebenarnya apa yang lucu disini? Apakah lucu jika kalian mendengar aku istri dari seorang Cho Kyuhyun dan tengah mengandung anaknya?
Aku mulai mengatur napas dan menghentikan tawa. Perutku sudah kejang karena tertawa terbahak-bahak. Sedangkan tuan mesum ini, ia masih saja tertawa walaupun ku tahu dia mulai kehabisan napas. Aku menendang kakinya, menyuruhnya untuk menghentikan tawanya. Kulihat pria mesum ini sudah mendekati batas kesadaran. Dia tersenyum padaku dengan wajah dipenuhi keringat dikarenakan tertawa. Aku mengambil sapu tangan yang berada di sisi kiri jas nya. Menyapukan sapu tangan itu pada wajahnya dan mengelap keringatnya.
“Harusnya kau berfikir dulu sebelum bertindak Tuan. Kita bisa dimarahi oleh bumonim anda jika berita itu terdengar oleh mereka.” Ucapku. Ia menarik tanganku yang tengah mengelap keringat. Menyapukan sapu tangan yang kupegang pada titik-titik keringat yang terasa di wajahnya.
“Aku bisa atur itu.” Ucapnya dan menarik sapu tangan yang kugenggam, dan membersihkan sendiri keringatnya.
“Lagipula, bisa apa mereka dengan ‘kebohongan public’ itu?” Ucapnya sambil mengutip kata kebohongan public dengan dua jarinya. “Itu hanya sebuah karangan fiksi dari CEO Cho, dan tentu saja semua orang tahu kebenarannya. Aku normal dan jantan, sedangkan kau abnormal dan yah, lesbian.”
Dengan seketika aku menginjak kakinya dengan tumit heelsku. Benar-benar menyebalkan pria bodoh ini. Ia mengerang kesakitan dan aku begitu saja menjambaknya. Kekesalanku sudah mencapai puncak ubun-ubun.
“Aya! Yya! Choi Sooyoung!” Dia beteriak kesakitan dan berusaha menjauhkan tanganku dari kepalanya. Aku begitu saja mengalah dan menatapnya kesal.
“Apa yang kau lakukan?!” Ia sedikit menjerit dan kemudian balik menatapku sengit.
“Aku ingin membunuhmu Tuan Cho tapi kau menghalangiku!” Ucapku dengan frustasi. Mengumpulkan semua berkas yang berada di meja, aku berbalik dan meninggalkannya dengan kesal. Ini sudah kedua kalinya dalam sehari aku meninggalkan pria mesum itu dalam kekesalan.
_____
Dia memasuki kamar setelah pukul dua pagi. Aku yang masih terjaga karena harus membuat salinan dokumen hanya menatapnya tak acuh. Kenapa dia harus kembali?
“Kau masih bangun?” Ia bertanya sambil menaruh jas nya pada sofa dan kemudian menggulung lengan kemejanya seperti biasa. Ia duduk dan membaringkan kepalanya pada sandaran sofa.
“Menurutmu?” Aku membalas seadanya. Kufikir dengan cara seperti ini bisa menghilangkan amarahku. Berbalik dan menatapku dengan sengit, ia melemparkan bantal sofa padaku.
“Apa-apaan ini?!” Teriakku kesal.
“Apa-apaan ini?” Dia mengejekku dengan mengulangi kalimatku dan memasang wajah aneh. Sialan!
“Berhenti bertingkah konyol dan hilangkan amarahmu. Aku sudah berhasil menahan kesabaranku asisten Choi, dan kuharap kau tidak kecewa padaku karena aku baru saja mendapatkan sebuah ide bahwa gajimu bulan depan kupotong setengah dari biasanya.” Ucapnya dan menatapku dengan senyum penuh kemenangan.
Aku melirik tak suka padanya. Jadi itu rencana yang membuat ia berani padaku? Kau fikir aku takut?!
“Potong saja, aku tidak takut. Jangan salahkan aku jika fotomu yang tengah tidur dengan sebagian wanita di kantor menyebar dengan cepat.” Balasku. Kulihat ia tidak terpengaruh dan menatapku dengan senyum sumringah.
“Dan kau baru saja memberiku ide untuk menyebarkan foto kemesraan kita berdua saat kau tertidur lelap bersamaku di ranjang Nona Choi. Bisa kau bayangkan itu? Sedikit kebohongan publik yang ku ciptakan, maka bang!” Ia memukul telapak tangannya sehingga menghasilkan bunyi tamparan yang keras. “Kau bisa saja ditendang oleh ayahku dari perusahaan.” Tambahnya.
Aku melotot akan ucapannya. Apa katanya? Jadi dia memotretku saat tidur?
“Kita sama-sama kuat saat ini Nona Choi. Aku sudah cukup bersabar, tapi ternyata kau semakin menunjukkan kekuatanmu dan sekaligus menjadi kelemahanmu.” Ucapnya lagi.
Tanganku sudah mengepal dengan kuat. Amarah benar-benar menguasaiku. Aku segera berdiri dengan cepat dan berlalu begitu saja memasuki kamar.
“Woah, kau bermaksud bermain-main denganku asisten Choi? Kau fikir aku tidak akan kembali ke kamar sehingga kau memakai lingerie yang luar biasa menampakkan kecantikan natural dirimu,-“Dan blah-blah-blah. Salahku karena tidak berfikir jauh. Harusnya aku tidak memilih pakaian ini. Kufikir dia tidak akan kembali. Kufikir dia sudah berhasil tidur dengan wanita lain.
“Apa yang kau lakukan?” Ia menatapku dengan wajah bingung. Tentu saja. Aku tengah mengemas pakaianku ke dalam koper milikku. Memasukkannya dengan acak dan berantakan. Yang terfikir saat ini adalah, aku harus keluar dari kamar ini sebelum semua terlambat.
“Hei, aku tak akan membiayai sewa kamar untukmu asisten Choi!” Ia kembali mengancamku dan aku sama sekali tidak takut.
“Kau fikir aku tak mampu membayarnya sendiri?” Balasku dan dengan gerakan memaksa untuk membuat resleting koperku menyatu dan terpasang dengan kuat.
“Kau tidak boleh pergi begitu saja. Aku bos mu!” Ucapnya dan meghentikan tanganku yang tengah memaksa koperku untuk menutup.
“Apa-apaan kau ini!” Balasku.
Astaga, aku merasa kami benar-benar terlihat seperti sepasang suami-istri. Aku si istri yang memaksa untuk pergi dari rumah dan Tuan mesum ini sebagai suami yang berusaha menggagalkan niat istrinya.
“Tidak akan ada kamar yang tersedia untukmu. Kau lupa? Ini musim liburan bodoh. Semua kamar sudah di-booking dan kau tidak bisa begitu saja keluar dari kamar ini.” Ucapnya lagi.
Aku berhenti memaksa koperku menutup. Menatap tajam pada tuan mesum ini dengan napas tersengal-sengal.
“Oke, aku menyerah. Kau tidak akan mendapatkan pemotongan gaji dan aku sama sekali tidak memliki foto kita tidur bersama.” Ucapnya sambil mengangkat tangannya menyerah ke atas.
“Aku tidak akan pernah mengancam seorang wanita asisten Choi, tidak akan pernah.” Ia berbicara dengan nada meyakinkanku.
Aku menghembuskan napasku perlahan, membuang sisa amarahku. Tuan muda ini menatapku dengan wajah memohon. Ia tiba-tiba saja menggenggam tanganku dan mengusapnya dengan ibu jari.
“Maafkan aku.” Aku terdiam. Dari sekian banyak hari yang telah kulalui untuk menjadi asistennya, baru sekali ini pria dihadapanku meminta maaf dengan nada tulus.
“Asisten Choi, memaafkan seseorang itu perintah Tuhan, kau harus memaafkanku.” Ucapnya lagi. Aku memutar mataku kesal dan melepaskan tanganku dari genggamannya.
“Kau tidur di sofa.”
“Apa?”
“kau tidur di sofa dan aku akan memaafkanmu.” Balasku dan dia tersenyum sedikit tak rela.
“Baiklah, aku akan tidur disofa.” Ucapnya dengan nada yang membuatku curiga. Mengapa ia dengan begitu mudah mengalah?
“Kalau begitu kau bisa pergi. Bukankah sofa berada di luar kamar ini?” Aku mengusirnya dan ia tersenyum.
“Baiklah istriku. Hari ini suamimu yang tampan mengalah dengan cepat karena tidak ingin membuat bayi kita kesulitan. Ku dengar berhubungan seks disaat wanita sedang hamil itu beresiko. Dan istriku ini tak tahu bahwa sedari tadi suaminya menahan gairah untuk tidak menerkamnya,-“
“GO TO HELL!!!” Pekikku dan mendorongnya keluar dari kamar. Ia tertawa terbahak-bahak. Pria itu benar-benar tidak bisa diberi hati. Dasar setan!
_____
Aku bangun telat hari berikutnya. Ini merupakan perjalanan yang benar-benar melelahkan. Bertengkar seharian penuh dengan pria itu membuatku kehabisan tenaga.
Aku mendengar pintu kamar terbuka dan memperlihatkan wajah kusut dari pria mesum itu. Ia tengah berjalan dengan mata tertutup dan memasuki kamar mandi. Aku berbalik dan tidak begitu memikirkan keberadaannya. Yang kuinginkan saat ini adalah relaksasi dan kenyamanan untuk diriku.
Setelah menghabiskan segelas coklat panas sembari menatap kota Taipei, aku mengemasi dokumen-dokumen yang kutinggalkan dengan kesal semalam. Layanan kamar pasti datang sebentar lagi dan aku tidak ingin mereka membuat semua yang sudah kususun hancur berantakan karena ketidak-tahuan mereka.
Pintu terbuka dan Tuan muda itu muncul dengan wajah yang sedikit lebih segar dari sebelumnya. Aku bisa menebak bahwa dia sama sekali belum mandi dan hanya mencuci muka dan menggosok gigi.
“Kopi.” Ucapnya pendek dan dengan segera aku memberinya segelas kopi yang sudah kusediakan. Ia duduk dan meminum kopinya dan itu membuatku merasa sedikit lebih nyaman karena bayi besarku tengah sibuk dengan minumannya.
Aku memasuki kamar mandi, mengambil pakaian kotor milikku dan juga miliknya. Mengumpulkannya dalam keranjang dan kemudian menaruhnya di samping pintu kamar mandi. Tak lupa aku membawa sebuah handuk milik Tuan muda itu dan kemudian segera menghampirinya kembali.
Cho Kyuhyun memang pria bodoh dan manja, dan mungkin juga jorok. Lihatlah, ia keluar dari kamar mandi dengan air yang berceceran dimana-mana. Aku rasa setelah mencuci muka ia tidak mengeringkannya dengan handuk (karena malas untuk mencari dimana letak handuk) dan membiarkannya basah.
Aku memberinya handuk yang telah kusiapkan dan ia menerimanya dengan tangan kanan dan memberiku gelas kopi yang sudah kosong dengan tangan kiri.
“Hari ini kau ikut denganku, kita akan memilih hadiah untuk YeonHee. Ia akan menyusul kita ke sini.” Ucapnya dan aku hanya mengangguk.
“Kudengar hubungannya berakhir dan ku rasa ia ingin membicarakan hal itu denganku sehingga ia mau menyusul ke sini.” Pria ini kembali lagi bersuara.
Satu hal yang aku bingung dari hubungan ini. Mereka sama-sama mengetahui bahwa keduanya tidak saling menyukai. Parahnya lagi YeonHee pernah mengajak Tuan muda ini makan malam bersama dengan kekasihnya. Jika seperti itu, mengapa keduanya tidak memutuskan pertunangan ini dan memulai mencari kesenangan diri sendiri? Aku rasa Tuan besar Cho tidaklah memaksa hubungan mereka, karena dia tentu tahu perihal hubungan YeonHee dengan rapper tampan itu.
Pintu diketuk dan aku segera bangkit untuk membukanya. Seperti dugaanku, service room datang dan aku mempersilahkan mereka untuk masuk.
_____
Saat ini kami sudah sampai di pusat perbelanjaan termewah di Taipei. Tentu saja tuan muda ini tidak tanggung-tanggung dalam hal berbelanja. Ia berjalan dua langkah di depanku lebih dulu dan mau tak mau aku harus mengimbangi langkahnya. Beruntung aku tak menggunakan heels dan memilih untuk menggunakan airwalk milikku.
Kami tiba di salah satu butik. Pria mesum ini berjalan memasuki seluk-beluk butik. Aku tidak mengikutinya karena lebih memilih untuk melihat-lihat salah satu pakaian yang mungkin bisa kubeli.
“Asisten Choi!” Aku berbalik dan mendapati sebuah gaun merah muda nan cantik akan mendarat di depanku. Sialan! Apa dia tidak bisa memperlakukan gaun cantik ini dengan baik? Cukup menyerahkannya padaku dan bukan melemparnya!
“Ukuran tubuhmu sama dengan YeonHee, coba itu!” Perintahnya. Aku menggembungkan pipiku karena kesal lalu berjalan menghentakkan kakiku dengan keras ke lantai.
Memasuki fitting room, aku menggantungkan gaun indah itu dengan hati-hati. Beruntung sekali YeonHee bisa mendapatkan gaun ini. Benar-benar cantik. Aku mengintip pada label harga yang tertera di gaun, dan sedetik kemudian menggelengkan kepala. Ini sama saja membuatku tak makan selama satu bulan. Sama sekali bukan ukuran kantongku.
Aku melepas pakaianku dan mulai menggunakan gaun itu. Menatap di kaca, aku melihat diriku terlihat cocok dengan gaun ini. Ingin sekali aku menangis melihat kecantikanku di cermin. Astaga, pikiran bodoh macam apa itu?
TTOK-TTOK-TTOK
Pintu diketuk dengan keras dan aku memutar bola mataku. Sialan, apa dia tidak bisa sedikit saja bersabar?
Aku membuka pintu dengan raut wajah kesal. Pria mesum itu menatapku sejenak dan kemudian membalikkan tubuhku, sehingga punggungku tepat dihadapannya. Kurasakan ia menarik resleting gaun ini dan kemudian membalikku lagi ke posisi awal.
“Kau memang cantik jika diberi barang murah.”
Apa katanya? Dia memujiku? Aku cantik?
Tunggu dulu! Jika diberi barang murah? Jadi gaun ini tergolong kategori murah dan aku cantik karena barang murahan?
Aku memberinya tatapan laserku dan ia hanya terkikik geli. Merapikan ujung rambutku dan ia seolah menjadi fashion designer saat ini.
“Ck, seharusnya aku tidak membawamu ke sini. Bisa saja semua isi butik ini menjadi milikmu karena aku yang tak tahan dengan tampang memelasmu yang begitu menginginkan gaun-gaun di sini.” Ia kembali mencemoohku dan aku kembali lagi bertampang jelek dihadapannya.
“Yasudah, ini untukmu. Kita cari tempat lain yang lebih bagus untuk YeonHee.” Ucapnya dan segera meninggalkanku.
Aku merasakan sedikit rasa rendah diri. Apa orang-orang kaya seperti itu? Selalu membedakan kasta seseorang? Tidakkah kami yang berada di bawah ini boleh mendapat sedikit tempat untuk menjadi yang di atas?
Ia membayar gaun merah muda itu untukku dan kemudian membawaku keluar dari butik ini. Tuan muda ini kembali lagi memasuki butik yang lain dan aku langsung melotot. Apa dia benar-benar gila? Bahkan harga pakaian di butik ini jauh lebih mahal dari sebelumnya.
Ia kembali lagi mengelilingi penjuru butik dan aku membatu ditempatku berdiri. Ini membuatku berfikir, jika aku tidak lagi bekerja dengan Tuan muda ini, aku harus menjadi orang sukses dan lebih kaya daripada dirinya. Lihatlah, hanya melihat kemewahan butik ini sudah membuat air liurku menetes, apalagi jika berhasil memilih salah satu gaun di sini.
Kepalaku menggeleng cepat. Aku juga ingin melihat-lihat koleksi di sini. Setidaknya aku harus meyakinkan diriku, aku juga cantik bahkan sangat cantik jika diberi barang mahal.
Aku mendapatkan sebuah long dress berwarna merah tanpa lengan. Dengan bawahan yang terlihat sempit dan mungkin cocok untuk mereka yang bertubuh ramping, tak lupa motif hitam yang membentuk huruf ‘S’ membentang disepanjang gaun itu. Terlihat seksi dan elegan.
Aku tidak lagi berani untuk melihat price tag dan memilih untuk mengusap dress itu dengan kagum. Tiba-tiba saja dress itu terenggut dengan kasar dan aku terkejut karena gerakan tiba-tiba itu.
“Ini untuk YeonHee, coba ini!” Ucapnya dan menyodorkan dress itu padaku. Aku terdiam. Kekesalanku benar-benar tak terhitung lagi untuk pria sialan ini.
Mengambil dress itu dengan kasar aku membawanya ke fitting room dan segera mengganti pakaianku dengan cepat. Aku membuka pintu fitting room dan melotot padanya.
“Nah, sudah kalu lihat Tuan? Apalagi yang ingin kau cemooh? Aku terlihat jelek dengan gaun mahal atau aku memang tidak pantas mendapatkan gaun mahal. Terimakasih atas ucapannya. Sekarang aku akan berganti pakaian dan berikan ini untuk YeonHee!” Kesalku dan menutup pintu. Namun tiba-tiba, Tuan muda itu menahan pintu fitting room ini dan justru masuk bersamaku.
“Mau apa kau?” Galakku. Ia terlihat tak berekspresi dan cukup membuatku muak.
“Aku mau berganti pakaian!” Kesalku dan dia tetap diam.
“Astaga apa kau tak bertelinga Tuan? Aku ingin berganti pakaian dan kau,-“
Aku berhenti berbicara seketika saat ia mencium bibirku secara tiba-tiba. Aku yakin ekspresiku pastilah sama dengan aktris-aktris yang mendapat ciuman mendadak dari pasangannya dalam cerita drama.
Ia mengecup bibirku dua kali dan mengakhirinya dengan ciuman panjang. Aku mematung dan tubuhku merasakan sedikit ketenangan. Tidak, bukan sedikit, aku benar-benar merasa tenang.
Saat aku mulai merasa lemas, ia menangkap lenganku dan menatapku dengan sedikit senyum diwajahnya.
“Maaf, aku hanya ingin memujimu karena kau ternyata juga terlihat cantik dengan barang mahal. Membuatku ingin menjelaskannya dengan kata-kata yang luar biasa panjang untuk meyakinkan ucapanku. Tapi kau langsung menyemburku dengan ucapan yang sangat bukan kau sekali, merendahkan diri dan terlihat putus asa. Jadi aku menciummu. Anggap saja itu pujian dariku Nona Choi.” Ucapnya dan menepuk pipiku dua kali.
“Sekarang, ganti pakaianmu dan kita segera kembali ke hotel. YeonHee sudah dalam perjalanan menuju hotel.” Terangnya dan berjalan keluar dari fitting room.
Ciuman pertamaku bersama seorang lelaki, di FITTING ROOM!
_____
Kami kembali ke hotel dengan suasana yang tidak seperti biasanya. Aku diam dan dia terlihat biasa saja. Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Ia hanya seorang Cho Kyuhyun, bukan lelaki spesial seperti Channing Tatum ataupun Ashton Kutcher, dia hanya Cho Kyuhyun dan aku tidak sepantasnya salah tingkah seperti ini.
“Apa YeonHee akan menginap di hotel yang sama?” Aku membuka percakapan untuk menghilangkan tingkah anehku. Pria ini mengangguk dengan mata tetap fokus menatap jalanan dari kaca (Tentu saja, kami diantar oleh supir).
“Aku sudah memesankan kamar untuknya.” Ia balas memberi penjelasan, dan seketika membuatku geram. Mengapa tak ia beri saja kamar baru untukku dan ia bisa menghabiskan malamnya bersama tunangannya?
“Aku juga minta kau pesankan kamar.” Ucapku dan ia mulai menatap ke arahku.
“Bukankah kita sudah membicarakan ini sebelumnya asisten Choi?” Ia terlihat mulai berang. Aku tak peduli dan balik menatapnya kesal.
“Aku mau dipesankan kamar untukku. Tidak perlu VIP ataupun yang lebih mewah dari itu. Cukup kamar biasa dan aku akan sangat berterimakasih akan hal itu.” Ucapku dengan senyum mematikan yang kupunya. Ia melirikku jijik dan kemudian tawa mengejeknya pun muncul.
“Kau benar-benar wanita yang tidak tahu berterimakasih nona Choi. Semua fasilitas kamar yang kuberi untukmu dan dengan senang hati membiarkan diriku tidur di sofa sempit semalaman karena mengemis maaf dari seorang asisten perajuk yang tak tahu diri sepertimu, masih belum membuatmu puas? Dan sekarang kau meminta kamar sendiri? Apa yang harus kulakukan untukmu nona Choi? Berlutut dan mencium kakimu atau memukul pantatmu dengan keras karena ketidaksopananmu pada atasan?” Ucapnya. Aku memerah (kurasa), kata-kata vulgar miliknya baru saja terlontar dari mulutnya dan seketika mengingatkanku pada kejadian di fitting room. Seharusnya aku membiarkan mulutku tertutup dan tidak perlu bertanya banyak.
Aku diam dan karena rasa malu yang kumiliki, aku hanya menatapnya membatu. Malu untuk memalingkan wajahku dari hadapannya karena aku benar-benar ingin pingsan saat ini juga. Ia memalingkan wajahnya dariku dan kembali menatap keluar kaca. Apa yang harus kulakukan?
Kembali lagi ia menatapku dan kali ini dengan wajah bingung.
“Apa?” Tanyanya ketus, dan saat itulah aku mengubah posisiku menghadap ke depan dan tidak lagi menatap ke arahnya.
Sialan kau Cho Kyuhyun! Kekal-lah kau di neraka! Aku benci kau!
_____
TBC
_____
Hallo!!
I’m back!!!
Setelah hampir dua bulan tidak mempost FF, hari ini aku kembali lagi dengan FF ini
Sebelumnya aku mohon maaf kepada readers yang udah bela-belain mention dan menanyai tentang kelanjutan FF- FF aku.
Dua bulan kemaren, disaat liburan semester aku harus mengisi hari dengan bekerja (coba-coba cari duit sendiri XD) sampai rumah udah tepar. Jadi nggak ada waktu buat lanjutin FF
Tapi akhirnya aku berhasil merampungkan satu part dari salah satu FF aku, dan untung part ini lumayan panjang dari sebelumnya.
Aku harap kalian senang :)
Akhir kata, terimakasih banyak readers ;;)
