Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

[Series] Stuck In Love -6-

$
0
0

Image

Title                   : Stuck In Love

Author               : soocyoung (@soocyoung)

Length               : Serial/On Writing

Genre                : Romance

Rating                : PG 16

Main cast           :

  • Choi Sooyoung
  • Cho Kyuhyun
  • Kris Wu

Other cast          : Find it :)

From Author       :

Annyeonghaseyo knigtdeul^^

Lama tak berjumpa.. hihi..

Ketemu lagi sama author soocyoung \^^/

 

Mian, mian (lagi)… aku lama banget gg update FF ini. Seperti biasanya banyak kerjaan yang datang jadi yah sedikit demi sedikit aku berusaha lanjutin FF ini. Masih pada inget cerita sebelumnya kan? Aku gg perlu tulisin cerita sebelumnya yaaa.. kalo sempet dibaca aja lagi part sebelumnya, hehehehe. Intinya, Sooyoung udah punya apartemen di Seoul dan satu apartemen dengan Kris. Nah, Kyuhyun datang ke apartemen Sooyoung tengah malam buat ngajak Sooyoung pergi… sampai segitu ceritanya.. Inget kan?

 

By the way, sebaiknya knightdeul dan readers baca aja sendiri bagaimana awal cerita FF ini. Tentu saja, semua hal yang berhubungan sama nama sesuatu yang ada di FF ini adalah buatanku, kecuali tokoh dan beberapa lokasi tempatnya. Meskipun ada beberapa juga yang memang ada/real, tapi aku ubah sedikit demi kepentingan cerita.

So, happy reading ^^/

 

 

Kyuhyun POV

Kajja. Aku tunjukkan sesuatu padamu” kataku sambil mengembangkan senyum yang penuh arti ke arah Sooyoung.

“Apa?”

“Lihat saja nanti-“

Aku kembali tersenyum, lalu melambaikan tanganku ke arah Sooyoung agar dia mengikutiku. Dalam setengah cahaya lorong-lorong yang kami lewati untuk keluar dari gedung apartemen tempat Sooyoung tinggal seperti sebuah gedung yang tidak terpakai. Meskipun kamar apartemen di lantai paling dasar masih menyala dan aku juga bisa mendengar suara televisi dari sana, tapi tetap saja secara keseluruhan suasana begitu sepi. Ini memang pertama kalinya aku mengajak pergi keluar seorang yeoja disaat waktunya tidur dan beristirahat. Tapi aku benar-benar harus melakukan hal ini.

Saat aku membuka pintu utama apartemen, angin malam langsung menyergap kami. Sooyoung sedikit bergidik tapi kemudian dia bersikap biasa begitu aku menolehkan kepala ke arahnya. Dia hanya melemparkan senyum sekilas kepadaku dan dengan cepat memalingkan wajahnya dariku. Tanpa banyak bicara aku terus mengajaknya keluar dari apartemen dan menyusuri jalanan yang terasa menanjak. Aku berhenti melangkah begitu kakiku menginjakkan tempat yang aku tuju.

“Lihat itu” kataku sambil menunjuk dan memandang ke suatu tempat kemudian kembali menatap Sooyoung yang mengikuti apa yang aku katakan.

Sooyoung melebarkan matanya dengan cepat saat dia terus menatap lurus ke depan. Lampu-lampu yang berkelap-kelip yang berasal dari kendaraan yang sedang berjalan ditambah dengan lampu dari rumah-rumah penduduk benar-benar bisa menghasilkan pemandangan yang indah. Sooyoung kembali mengarahkan pandangan berkeliling ke seluruh tempat dimana aku dan dia berada sekarang. Dia benar-benar terlihat tidak percaya dengan apa yang kami lihat sekarang.

Eotte?” tanyaku mengalihkan perhatiannya kembali padaku.

“Wow,” hanya itu yang sempat Sooyoung katakan sebelum membalikkan badan lagi untuk melihat pemandangan dengan lebih jelas. “Sangat indah ya disini malam-malam”

Aku tersenyum puas. “Tempat ini hanya milik kita berdua sekarang karena tak akan ada orang yang mau datang dan naik ke sini”

“Meskipun pemandangan yang ditawarkan sangat indah?”

Aku mengangguk.

Sooyoung menggigil, meskipun sama sekali tak ada angin yang bertiup. “Tapi kenapa tak ada yang mau datang ke tempat ini?”

“Tak banyak yang tahu tempat ini di Naksan Park,” jawabku sambil duduk di atas pagar yang membatasi taman ini dengan hati-hati. “Mungkin juga karena jalan masuknya yang sangat menanjak jadi orang banyak berpikir tak ada apapun disini” kataku lagi.

“Atau mungkin karena untuk naik ke sini kita harus melewati rumah penduduk terlebih dahulu,” Sooyoung menambahkan meskipun tak begitu yakin dengan perkataannya sendiri.

Aku mendongak menatapnya, kemudian tersenyum. “Mungkin juga,” kataku sambil mengambil bungkusan dari tas kertas yang aku bawa dan menawarkannya pada Sooyoung. “Ini Sundae. Cobalah satu”

Sooyoung tersenyum enggan, lalu memilih duduk bersebelahan denganku. Pagar besi di taman ini terasa dingin di tanganku, tapi rasanya menyenangkan setelah berhari-hari dilanda panas yang tak tertahankan. Dari tas kertas, aku mengeluarkan Tteokbokki, Kimbab, Mandu, Dakkochi, Odeng, dan sebotol air. Aku kembali menawarkan pada Sooyoung, yang kali ini mengambil satu tusuk Odeng.

“Rasanya enak,” katanya agar setelah diam cukup lama. “Dimana kau membelinya?”

“Di Insa-dong” jawabku singkat.

Ah, arraseoyo

Aku tak memberinya tanggapan lagi. Pandanganku mengarah lurus ke depan dan kemudian menarik napas panjang beberapa kali. Meskipun sebenarnya ada hal yang benar-benar ingin aku katakan pada Sooyoung, tapi aku tak tahu bagaimana harus mengatakannya. Selain itu, ada sedikit keraguan dalam diriku untuk melakukannya. Dia begitu dekat dengan namja lain, dan yah… aku ragu meskipun aku juga yakin, mengingat bagaimana sikap-sikapnya padaku akhir-akhir ini.

“Jadi, memang benar… Kau betah tinggal di apartemen itu?” tanyaku tanpa menatapnya.

Eo,”

“Karena ada Kris yang tinggal bersamamu?”

Sooyoung diam sesaat. Aku menolehkan kepala ke arahnya dan menatapnya lekat-lekat. “Aniyo. Bukan karena Kris sebenarnya-“ katanya terdengar sedikit ragu. “Ada alasan lain kenapa aku betah tinggal disini”

Jinjja? Apa itu?” tanyaku penasaran.

Sooyoung menarik napas panjang, “Aku tak mungkin mengatakannya padamu, Oppa” katanya.

Aku mendengus kecil, lalu mengalihkan pandanganku kembali ke depan. Untuk beberapa saat tak ada obrolan di antara aku dan dia. Aku berdehem pelan, mencoba membuat suasana tidak berubah menjadi hening dan canggung. Aku benar-benar tak suka jika ada kecanggungan dimana seharusnya aku bisa mengobrol banyak dengan seseorang, siapapun itu.

“Kau beruntung memiliki seseorang yang sangat peduli padamu, Sooyoung-ah” kataku memecah keheningan. “Seperti Kris,” Aku menambahkan.

“Eh?” Sooyoung menautkan alis tak mengerti.

“Yah, kau beruntung memiliki seorang teman seperti Kris. Menurutku dia namja yang bisa diandalkan meskipun… emm… aku tak begitu menyukainya” jelasku.

“Kenapa kau tak menyukainya?” tanya Sooyoung terdengar sangat ingin tahu.

Aku menoleh, “Molla,” kataku datar. “Tapi aku iri, benar-benar iri pada kedekatan kalian”

Alis Sooyoung kembali saling bertaut, “Kenapa harus iri? Lagipula aku dan Kris sudah seperti saudara. Rasanya tak ada yang perlu iri pada kedekatan kami”

Aku mengangkat bahu dan kembali diam. Aku rasa Sooyoung sama sekali tak tahu jika Kris mungkin saja menyukainya. Apa dia benar-benar tak sadar bagaimana cara Kris menatap matanya? Pandanganku beralih ke arah yang sama seperti sebelumnya. Lalu aku memperhatikan Sooyoung untuk sesaat dan tersenyum kecil. Aku menarik napas panjang, dan membiarkan udara malam memenuhi paru-paruku.

“Sepertinya pergantian hari tak menjadi masalah bagi orang-orang disini. Aku bahkan sangat yakin banyak tempat-tempat yang justru dibuka saat malam datang“ kata Sooyoung mengganti topik pembicaraan.

Maja. Ada banyak tempat yang mungkin bisa kau kunjungi justru saat malam hari seperti ini” kataku. “Kau bisa pergi ke Namsan Tower, Cheonggyeocheon Stream, Sungan Han, atau bermain ice skating di-“ Aku berhenti berbicara, lalu memejamkan mata sejenak.

Waeyo?”

Gwenchana-“ kataku singkat.

Sooyoung mengerutkan kening tapi tak banyak bertanya. Aku mendesah pelan dan kembali membuka mataku. Seharusnya aku tak boleh mengingatnya lagi. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku teringat seseorang yang dulu pernah aku cintai dan menjadi bagian dari hidupku. Yah, setidaknya sampai aku tak melakukan kesalahan itu. Saat sedang berpikir, tiba-tiba aku merasakan sentuhan tangan seseorang di bahuku, membuatku sadar dari lamunan singkatku dan menolehkan kepala ke arahnya.

Waegeurayo, Oppa?” tanya Sooyoung halus.

Aku diam memandangi Sooyoung, lalu kembali menarik napas panjang. “Gwenchana Sooyoung-ah. Aku hanya teringat seseorang saat menyebut tempat-tempat itu” kataku pelan. “Dulu aku sering pergi ke sana dengannya, tapi yah.. itu dulu”

Sooyoung diam saja.

“Tempat-tempat itu terkadang masih membuatku teringat padanya. Itu saja” Aku berkata lagi sambil menundukkan kepala karena tak mau Sooyoung melihat wajahku saat mengingat kenangan itu.

Nuguseyo?”

Aku mendongak dan dia sedang menatapku lekat-lekat. Aku rasa sebaiknya aku tak bercerita apapun pada Sooyoung karena aku tak mau terjadi kesalahpahaman di antara aku dan dia. Lagipula aku benar-benar tak mau mengingat yeoja itu lagi untuk sekarang. Aku memilih mengangkat tangan kiriku untuk melihat jam yang melingkar disana. “Emm… sudah sangat larut,” kataku mengalihkan pembicaraan. “Kita harus kembali ke apartemenmu”

Meskipun aku masih bisa melihat raut penasaran di wajah Sooyoung, tapi kemudian dia menganggukkan kepala dengan sedikit canggung. Tapi kata-kata berikutnya yang keluar dari mulut Sooyoung benar-benar membuatku terkejut. “Apa dia seseorang spesial di hatimu?”

Aku mengurungkan niatku untuk turun dari pagar dan kembali memandanginya. Entah kenapa kali ini aku merasa Sooyoung lebih canggung dari sebelumnya. Dia bahkan beberapa kali memalingkan wajahnya dariku dan bersikap seperti seolah-olah sedang menyembunyikan kegugupannya.

“Aku… emm… aku… hanya menebak..nya” katanya semakin terlihat gugup di mataku. “Yah, Oppa tahu. Namja seperti Oppa pasti memiliki seseorang spesial di hatinya kan?”

Aku tak bisa menahan senyumku kali ini, “Majayo. Dia seseorang yang spesial di hatiku” kataku pada akhirnya.

Sooyoung tercengang mendengar jawabanku.

“Namanya Jung Hana. Dia yeoja pertama yang membuatku lebih menghargai hidupku” Aku berkata lagi karena ingin tahu bagaimana reaksi Sooyoung.

Sooyoung diam saja.

“Kami bahkan sudah bertunangan dan hampir menikah. Dia benar-benar mencintaiku dan selalu ada saat aku membutuhkannya” kataku masih dengan tetapan yang sama ke arahnya.

Sooyoung sama sekali tak menatapku meskipun aku benar-benar ingin tahu bagaimana reaksinya setelah aku bercerita tentang Hana. Dia memilih menatap kakinya dan aku juga bisa mendengar helaan napasnya beberapa kali. Apa dia sedang menahan kesal? Kenapa dia tak menunjukkannya saja di depanku jadi aku tahu bagaimana seharusnya aku bersikap setelahnya.

“Tapi semua itu tak ada sekarang. Hana memilih namja lain daripada aku karena kesalahan yang aku lakukan dan itu benar-benar membuatnya marah” ujarku. “Yah, meskipun dia tak spesial lagi bagiku tapi ada kenangan-kenangan tertentu yang terkadang datang dengan tiba-tiba”

Eo, arraseoyo” sahut Sooyoung datar.

Geurae, lupakan saja itu. Tak baik mengingat-ingat masa lalu yang seharusnya tidak diingat” ucapku sambil tersenyum lebih lebar. “Lagipula itu sudah sangat lama dan aku bahkan lupa bagaimana perasaanku itu”

Aku menatap sekeliling sesaat. Merasa bersalah karena menceritakan Hana di depan Sooyoung. Tapi aku benar-benar ingin tahu bagaimana reaksinya saat aku bercerita tentang yeoja lain di depannya dan aku cukup puas karena Sooyoung terlihat tidak senang. Dia juga berubah menjadi gugup dan canggung seperti biasanya saat aku melakukan sesuatu yang mengejutkannya. Aku tersenyum kecil.

€

Sooyoung POV

Aku diam dan memejamkan mataku untuk sesaat. Aku memang baru tahu ada yeoja bernama Hana yang pernah menjadi seseorang spesial di hati Kyuhyun. Meskipun mereka sudah tak bersama seperti apa yang dia katakan, tapi kenapa rasanya hatiku benar-benar sakit mendengarnya membicarakan yeoja itu? Apa sebenarnya yang sedang aku rasakan pada Kyuhyun? Aku tak mungkin menyukainya bukan?

“Ayo turun,” ajak Kyuhyun memecah keheningan.

Aku mengangguk dalam diam. Lalu turun dengan perlahan dan sama sekali tak menatap ke arah Kyuhyun. Dia melangkah terlebih dahulu dariku setelah memastikan aku benar-benar sudah turun dari pagar. Tapi sebelum dia benar-benar melangkah, aku membuka mulut, “Apa dia cantik?” tanyaku.

Kyuhyun menghentikan langkahnya. Dia menatapku sambil menautkan kedua alisnya.

“Jung Hana-ssi.. maksudku”

Kyuhyun tersenyum kecil, “Eo, dia cantik” katanya sambil mengajakku berjalan bersamanya.

Ah, arraseoyo

“Tapi kau juga cantik,” kata Kyuhyun tiba-tiba. “-dan sangat berbeda dari cantiknya Hana karena Hana tidak bisa tidak menyadari kecantikannya. Dia selalu ingin menjadi yeoja yang menonjol di depan yeoja lain”

Aku tak bisa mengomentari ini karena aku tak bisa berkata apa-apa. Cantik. Kyuhyun menyebutku cantik. Tak ada yang pernah menyebutku begitu sebelum ini, kecuali Eomma, yang tentu saja tak masuk ke dalam hitungan. Semua Eomma pasti berpikir putrinya cantik. Aku memandangi Kyuhyun.

“Sebaiknya kita kembali,” kata Kyuhyun lagi. Aku yakin telah membuatnya tidak nyaman dengan memandanginya, tapi sepertinya aku tak bisa berhenti.

Eo, gaseyo” kataku akhirnya. Aku lega karena suaraku terdengar biasa. Aku lebih lega lagi karena bisa berhenti menatap Kyuhyun saat dia berputar dan berjalan disampingku.

Saat melangkah, aku sempat menatap ke sekeliling yang ternyata penuh dengan lukisan jalanan yang tidak aku sadari saat datang tadi. Ada beberapa lukisan yang sepertinya masih baru karena bau catnya masih terasa. Aku sedikit tersentak mundur saat hampir menginjak salah satu lukisan di jalan dan menabrak bahu Kyuhyun. Dia mengangkat tangannya untuk menegakkanku. Tepat saat aku berbalik untuk meminta maaf, entah bagaimana aku sudah berada di dalam lengan Kyuhyun. Beberapa detik kemudian, dengan gerakan cepat dia menciumku.

Sepertinya awalnya Kyuhyun tak bermaksud menciumku karena mulutnya terasa keras. Tapi kemudian dia meletakkan lengannya di sekelilingku dan menarikku kepadanya. Bibir Kyuhyun melembut. Aku dapat merasakan detak jantungnya yang cepat, seperti detak jantungku saat ini. Aku mengalungkan tangan ke leher Kyuhyun dan membalas ciumannya dengan lembut.

Setelah beberapa saat, akhirnya Kyuhyun menarik diri dariku dengan ucapan teredam meskipun lengannya masih memelukku. “Kita turun sekarang, ne? Mungkin saja ada orang yang datang ke sini”

Aku mengangguk senang.

Kami berjalan turun seperti saat naik, tapi rasanya seperti perjalanan yang berbeda sama sekali bagiku. Kyuhyun memegangi tanganku, mengirimkan sesuatu yang hangat yang menjalari tanganku. Pikiranku berdegung penuh pertanyaan, tapi aku terlalu takut untuk merusak suasana jika bertanya. Mungkin lebih baik aku terus diam sampai Kyuhyun berkata lagi padaku. Itu adalah pilihan terbaik yang bisa aku pilih sekarang.

Tak ada percakapan diantara kami sampai akhirnya kami tiba di depan pintu apartemenku. Kyuhyun memaksa agar dia mengantarku sampai ke dalam apartemen. Karena aku tak bisa menolaknya, akhirnya aku mengijinkannya untuk melakukan apa yang dia inginkan. Aku bersandar ke dinding di sampingku, lalu mendongak menatap Kyuhyun.

Gomawoyo, Oppa untuk piknik tengah malamnya” kataku sambil berusaha menjaga nada suaraku agar tetap terdengar biasa.

Kyuhyun terlihat enggan untuk melepaskan tanganku. “Sudah saatnya kau tidur ya?”

Oppa tak lelah?”

“Aku tak pernah sebangun ini,” sahutnya dengan suara rendah.

Kyuhyun menunduk untuk menciumku sambil mengatupkan wajahnya dengan tangannya yang bebas. Bibirku bersentuhan dengan bibir Kyuhyun. Awalnya ringan, lalu dengan tekanan yang lebih kuat. Tepat pada saat itulah Kris membuka pintu kamarku dan melangkah keluar.

Kris mengerjapkan mata beberapa kali. Rambutnya sangat kusut, sepertinya dia baru saja bangun dari tidurnya. “Apa-apaan ini?” tanyanya dengan saat keras, membuatku menjauh dari Kyuhyun karena terkejut.

“Kris! Kau sedang apa? Maksudku, aku kira kau sedang..”

“Tidur? Tadi iya,” kata Kris. Daun telinganya menjadi merah dan pandangannya pun sangat tajam. Biasanya memang seperti itu jika dia sedang malu atau marah. “Lalu aku bangun dan kau tak ada, jadi aku kira-“

Aku tak dapat berpikir apapun untuk dikatakan. Kenapa tadi aku tak terpikir hal ini bisa terjadi? Kenapa tadi aku tak berkata agar Kyuhyun cukup mengantarku sampai di depan pintu apartemen saja? Aku benar-benar lupa tentang Kris sama sekali karena bersama Kyuhyun.

Mian,” kataku, tapi tak yakin kepada siapa aku berbicara. Di sudut mataku, aku merasa melihat Kyuhyun menatapku dengan kesal. Tapi saat aku menoleh ke arahnya, dia terlihat seperti biasanya.

“Lain kali, Choi Sooyoung-“ kata Kyuhyun. “-lebih baik jika kau berkata jika sudah ada namja di tempat tidurmu untuk menghindari situasi menyebalkan seperti ini”

“Kau berniat mengajaknya ke tempat tidurmu?” tanya Kris. Dia terlihat terguncang.

“Lucu, ne?” kata Kyuhyun. “Kita bertiga tak akan muat”

“Aku tak mengajaknya ke tempat tidurku,” dengusku. “Tadi aku dan dia hanya berciuman”

“Hanya berciuman?” nada suara Kyuhyun terdengar mengejekku. “Cepat sekali kau mengakhiri sesuatu yang baru kita mulai”

“Kyuhyun oppa…

Aku melihat kebencian yang bersinar di mata Kyuhyun, maka aku berhenti berbicara. Lagipula tak ada gunanya. Tiba-tiba perutku terasa berat dan mual. “Kris, ini sudah larut” kataku dengan lelah. “Mian karena membangunkanmu”

Nado,” Kris melangkah keluar dari apartemenku, lalu membanting pintu di belakangnya. Aku benar-benar berharap tak ada yang bangun karena ulah Kris ini.

Kyuhyun tersenyum mengejek, “Ga. Kejar dia. Kau mungkin harus menghiburnya dan katakan saja tetaplah menjadi namjamu. Bukankah itu yang ingin kau lakukan?”

Geumanhaeyo,” kataku. “Berhentilah bersikap seperti itu”

Senyum Kyuhyun melebar, “Seperti apa?”

“Jika kau marah, katakan saja. Jangan bersikap seperti tak ada yang bisa menyentuhmu. Seakan-akan kau tak bisa merasakan apapun sama sekali!”

“Mungkin kau harus memikirkan itu sebelum menciumku” kata Kyuhyun.

Aku menatap Kyuhyun dengan tidak percaya, “Aku menciummu?”

Kyuhyun menatapku dengan kebencian yang berkilat-kilat, “Gokchonghajima,” katanya. “Ciuman tadi juga tak terlalu berkesan bagiku” katanya lagi sambil berjalan pergi.

Aku memperhatikannya berjalan pergi, lalu merasakan campuran rasa ingin meledakkan tangis dengan berlari mengejarnya untuk menendang kakinya. Tapi aku tahu kedua hal itu akan membuat Kyuhyun puas, jadi aku tak melakukannya. Aku justru keluar dari apartemenku dan pergi ke apartemen Kris. Aku beruntung Kris belum mengunci pintu apartemennya dan saat aku masuk dia sedang berdiri di tengah-tengah ruang tamunya.

“Kris, dengarkan dulu..”

“Aku tahu jika pergi ke tempat tidurmu bukanlah sesuatu yang aku inginkan” Kris menyela perkataanku. “Tapi kau yang memintanya dan aku tak bisa menolak apapun permintaanmu. Aku pikir kau akan benar-benar disampingku, tapi ternyata aku salah”

Aku mendesah, “Kris, dengarkan aku dulu. Ne? Geurae, mianhae. Aku tak bermaksud menciumnya. Itu terjadi begitu saja. Aku juga tahu kau tak menyukainya”

Aniya,” Kris berkata dengan lebih kaku. “Aku tidak hanya tidak menyukainya, tapi aku membencinya”

Wae? Dia bahkan tak melakukan apapun yang membuatmu berhak membencinya seperti itu?”

Mulut Kris menipis karena marah. “Dia nappeun namja. Aku pikir kau lebih baik dari itu”

Amarahku menyala, “Mworago?”

“Kau sendiri berkata jika dia menyebalkan, dia selalu membuatmu marah tapi kau dan dia berciuman. Nappeun saram,”

“Jadi, memangnya kenapa jika dia menyebalkan dan selalu membuatku marah?  Kau bukan Oppa-ku, kau juga bukan Appa-ku dan kau tak harus menyukai Kyuhyun. Aku tak pernah menyukai satupun yeoja yang dekat denganmu selain aku, tapi aku cukup sopan untuk menyembunyikan itu” kataku tak kalah emosi.

“Ini..” kata Kris berhenti di antara giginya, “berbeda”

Wae? Kenapa bisa berbeda?”

“Karena aku melihat caramu menatapnya!” seru Kris. “Aku tak pernah menatap satu pun dari yeoja-yeoja itu seperti itu! Mereka hanya untuk, cara untuk berlatih, sampai..”

“Sampai apa?” kataku suram karena tahu jika aku sedang bersikap buruk. Semuanya buruk sekali. Kami bahkan belum pernah berkelahi sejak meributkan memakan Yangparing saat masih berumur sepuluh tahun dulu. “Sampai apa, Kris?” ulangku sambil berteriak.

“Aku sedang mencoba membuatmu cemburu!” Kris berteriak balik. Tangannya mengepal disisinya. “Neo baboya, Sooyoung-ah! Neomu baboya! Kau tak bisa lihat apa-apa ya?”

Aku menatap Kris dengan bingung, “Mencoba membuatku cemburu? Kenapa kau mencoba melakukan itu?”

“Karena,” kata Kris dengan sangat pahit sampai-sampai mengejutkanku. “-aku telah jatuh cinta kepadamu selama lima belas tahun. Jadi aku rasa sepertinya sudah waktunya untuk mencari tahu apakah kau merasakan hal yang sama kepadaku. Menurutku, ternyata tidak”

Kris seperti telah menendang perutku. Aku benar-benar tak bisa berbicara. Udara telah terhisap keluar dari paru-paruku. Aku memandangi Kris, mencoba memberi tanggapan. Tanggapan apapun.

Kris memotongku dengan tajam, “Hajima. Tak ada yang bisa kau katakan”

Aku melihatnya berjalan ke arah pintu kamarnya, Aku tak bisa bergerak untuk menahannya, meskipun aku sangat ingin melakukannya. Apa yang bisa aku katakan? Aku tak mungkin berkata jika aku juga mencintainya karena aku benar-benar tidak mencintainya. Meskipun jantungku berdegup beberapa kali saat bersamanya, tapi aku tak bisa merasakan hal yang sama pada Kris seperti saat aku bersama Kyuhyun. Sekarang aku tahu jika aku mencintai Kyuhyun dan degup jantungku saat bersama Kris hanya karena aku sedang memikirkan Kyuhyun.

Kris berhenti di depan pintu, tangannya sudah memegang kenop lalu berbalik untuk menatapku. Matanya terlihat lebih lelah daripada marah sekarang. “Kembalilah ke apartemenmu. Aku ingin sendirian saat ini,” katanya. Pintu kamarnya menutup di belakangnya dengan suara yang keras meninggalkanku sendirian di ruang tamu.

Aku diam sesaat, lalu menarik napas panjang dan berbalik pergi dari apartemen Kris dengan perasaan yang bercampur menjadi satu. Kenapa hal seperti ini harus terjadi disaat yang bersamaan?

€

Kyuhyun POV

Sudah hampir seminggu setelah kejadian terakhir antara aku, Sooyoung dan Kris terjadi. Aku sama sekali tak berbicara banyak pada Sooyoung selama hari-hari itu dan bahkan lebih memilih pergi ke ruangan Changmin atau pergi berkunjung ke perusahaan-perusahaan di bawah JinHan Group meskipun sebenarnya aku tak melakukan kunjungan apapun. Hanya saja aku sedang tak ingin lama bersama Sooyoung karena aku sendiri pun tak tahu harus bersikap bagaimana di depannya. Dia memang membuatku kesal malam itu, tapi seharusnya aku juga tak bersikap menyebalkan di depannya.

Aku menghela napas singkat sambil memandang hampa ke Sandwich panggang yang tersedia di depanku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku meminta maaf pada Sooyoung dan memperbaiki segalanya? Tapi aku tak bisa menahan kesalku jika melihat wajah Sooyoung karena saat itu juga aku teringat bagaimana raut wajahnya yang begitu ingin mengejar Kris untuk menenangkannya dan melupakanku. Saat itu dia bahkan sama sekali tak mengejarku. Entah bagaimana aku sangat yakin dia lebih memilih untuk mengejar Kris  dan melakukan apa yang aku katakannya padanya.

“Pagi-pagi seperti ini apa yang sedang kau pikirkan, Kyuhyun-ah?” Suara berat namja yang sudah sangat aku hapal membuyarkan pikiranku. “Aigoo, kau bahkan melupakan sarapanmu”

Aku mendongakkan kepala dan tersenyum singkat ke arah Appa-ku yang ternyata sudah berdiri di sampingku. Dia membalas senyumku lalu duduk di kursinya yang seperti biasanya.

Abeoji-“ sapaku singkat.

“Selama aku pergi, apa kau sudah mengurusi apa yang aku katakan dengan baik?” tanya Appa-ku sambil mengambil sarapan pagi kesukaannya, Jeonbokjuk.

Ne” jawabku penuh percaya diri. “Aku sudah menyelesaikan urusan dengan CEO Quintrix dan memeriksa laporan-laporan dari proyek yang sedang berjalan. Beberapa proyek juga telah berkembang pesat dan hampir selesai” Aku menambahkan.

Appa mengangguk-angguk. “Hari ini akan ada rapat dengan perusahaan Australia. Aku ingin kau datang dan mewakiliku, Kyuhyun-ah”

Aku tersentak kaget, “Ne?

“Aku berencana pergi ke Daejeon untuk membahas kerjasama dengan HyupSung Group. Lagipula aku sudah lama tak bertemu dengan Song Ahjussi-mu” kata Appa tanpa menatapku sama sekali. “Jika kau berhasil melakukan kerjasama dengan Quintrix, aku yakin sekali kali ini kau juga bisa mengurusnya”

Aku diam saja karena sebenarnya hari ini aku malas sekali pergi ke kantor. Yah, mungkin bisa juga aku ke kantor dan terus berada di ruangan Changmin untuk menghindari Sooyoung. Tapi jika ada rapat seperti ini tak mungkin aku menghindar darinya karena aku harus membawanya serta.

“Hmm?”

Aku tersadar dari lamunan singkatku, “Ah, ne Abeoji.. Aku.. Aku akan mengurusnya”

“Bagus,” komentar Appa. “Pastikan tak ada kesalahan apapun untuk ini. Aku yakin kau bisa meneruskan JinHan jika kau terus seperti ini”

Aku tersenyum lebar mendengar perkataan Appa. Dia memang jarang sekali memujiku saat bekerja atau bahkan mengomentari bagaimana aku mengambil keputusan untuk JinHan. Appa memang orang yang tidak banyak bicara tapi dia selalu tahu apa yang dia lakukan itu benar. Itu adalah sikap Appa yang selalu aku inginkan karena dimataku Appa adalah orang yang hebat.

“Tapi omong-omong, kau berubah seperti ini sejak kau menerima yeoja itu sebagai sekretarismu bukan?” tanya Appa tiba-tiba, membuatku hampir tersedak Sandwich yang bahkan baru aku sentuh sedari tadi. “Siapa namanya dia?”

Aku meneguk segelas air sebelum akhirnya menjawab, “Choi.. Choi Soo..young”

“Choi Sooyoung?” Appa mengulang perkataanku yang langsung aku jawab dengan anggukan kepalaku. “Kau tak banyak bercerita tentang yeoja itu kepadaku. Jadi bagaimana kerjanya? Apa dia pantas menjadi sekretarismu?”

“Dia bekerja dengan sangat rajin dan menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari yang bisa aku bayangkan. Dia juga bisa menganalisa suatu masalah dengan sangat baik, Appa” jawabku membela Sooyoung agar terlihat baik di depan Appa. “Masalah Resor Hwajang itu salah satu hasil analisanya” tambahku.

Ah, geurae, geurae-“ sahut Appa. Aku menatap Appa leat-lekat dan kemudian sadar jika dia sudah menyelesaikan sarapan paginya mungkin sejak dia membahas Sooyoung tadi. “Dia pasti bukan yeoja biasa karena bisa menyelesaikan masalah resor itu padahal jelas-jelas tak ada yang bisa kita lakukan lagi selain menjualnya”

Aku kembali tersenyum dan sejenak melupakan rasa kesalku pada Sooyoung.

“Dan dia juga bisa membuatmu berubah seperti ini,” kata Appa lagi. Senyumku langsung hilang dan aku mendadak merasa gugup di depan Appa karena ternyata dia sedang menatapku lekat-lekat. “Tak banyak yeoja yang berhasil mengubahmu, eh, Kyuhyun-ah?”

Ah.. emm..” Aku tak tahu harus menanggapi perkataan Appa bagaimana. Aku menelan ludah, sementara Appa terus memandangiku dengan cara yang sama, kali ini ditambah dengan senyuman yang aku benar-benar tak mengerti artinya. Aku berdehem pelan sebelum berkata, “Aku rasa sebaiknya aku pergi ke kantor, Abeoji. Tidak baik jika aku yang menggantikan Abeoji memimpin rapat datang terlambat” kataku berusaha mengganti topik pembicaraan.

Appa memasang tampang seriusnya, tapi kemudian segaris senyuman tersungging dari biirnya yang tipis. Dia menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi padaku. Akupun bergegas beranjak dari kursiku dan melangkah pergi setelah sebelumnya membungkuk ke arahnya sebagai rasa hormatku padanya. Langkahku lebar-lebar menuju ke arah mobilku yang sudah terpakir di depan rumah. Lalu setelah menghela napas panjang sekali untuk menghilangkan rasa gugupku karena sikap Appa tadi, aku segera menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kawasan rumahku untuk pergi ke JinHan.

Aku berusaha mengenyahkan semua perasaanku pada Sooyoung yang sedang aku rasakan kali ini sambil terus berkonsentrasi pada jalan. Dia memang tak berbeda dengan Hana, tapi entah kenapa aku merasa dia jauh lebih berharga bagiku. Aku tak bisa membayangkan jika aku kehilangan seorang yeoja yang spesial untuk kedua kalinya. Tapi dengan adanya Kris disampingnya.. Ah, namja itu benar-benar membuatku harus merasakan sesuatu yang lain pada Sooyoung. Eotteoke?

Mobilku berhenti tepat di halaman parkir JinHan. Aku keluar dari mobil dan langsung menuju ke lobby utama gedung. Beberapa orang menyapaku, tapi aku sedang malas untuk membalas sapaan mereka. Jadi aku memutuskan untuk terus berjalan tanpa banyak memberikan senyum seperti yang Sooyoung katakan padaku. Aku bahkan tak memedulikan beberapa orang yang terlihat berbicara di belakangku begitu aku melewatinya. Aku hanya ingin cepat sampai di ruanganku dan pergi ke ruang rapat untuk memulai rapat yang seharusnya Appa lakukan. Setelah itu, aku bisa pergi keluar dari JinHan.

Kwajangnim-“ panggil seseorang saat aku baru saja melangkah keluar dari lift. Aku menolehkan kepala dan melihat Changmin sedang berjalan menghampiriku. “Aku pikir kau tak akan pergi ke kantor hari ini, Kyuhyun-ah” katanya sambil berbisik begitu berada di hadapanku.

“Aku harus memimpin rapat,” jawabku berusaha bersikap sebiasa mungkin. “Kau ada waktu luang kan? Temani aku rapat, ne?”

Changmin merangkulkan sebelah tangannya di pundakku. “Naega wae?” katanya.

“Aku rasa tak ada alasan kenapa aku mengajakmu-“ sahutku sambil melepas tangan Changmin dan melangkah menuju ke ruanganku. “Jika kau tak mau, minta sekretarismu untuk datang menemuiku sekarang”

Aku membuka pintu ruanganku dan seketika melihat Sooyoung yang sedang berdiri di dekat rak arsip. Aku memperhatikannya sesaat, lalu dia membalikkan badannya ke arahku dan pandangan mata kami bertemu. Jantungku kembali berdebar kencang. Aku menarik napas panjang dan berjalan ke arahnya. Sooyoung terlihat akan menyapaku tapi aku memilih untuk tidak menghiraukannya dan berjalan melewatinya untuk sampai di mejaku.

Sooyoung berdehem pelan, “Tidak biasanya kau datang terlambat-“ katanya.

Aku bergeming ditempatku dan sama sekali tak menatap Sooyoung. Suasana tiba-tiba menjadi sangat hening sampai akhirnya suara ketukan pelan di pintu memecahkan keheningan itu. Mau tak mau Sooyoung kembali ke mejanya untuk menerima seseorang yang mengunjungi ruanganku. Tak lama kemudian, dia kembali menemuiku sambil membawa beberapa dokumen di tangannya.

“Seo Biseo disini, Kwajangnim. Dia berkata Kwajangnim memintanya datang-“

Aku mengangguk, “Biarkan dia masuk”

Annyeonghaseyo, Kwajangnim” sapa Seo Juhyun, Sekretaris Changmin. “Shim Chojangnim memintaku untuk menemui Kwajangnim. Apa ada sesuatu yang bisa aku lakukan untuk Kwajangnim?”

Eo. Aku membutuhkanmu di rapat dengan perusahaan Australia-“ kataku sambil menatap Sooyoung yang terlihat terkejut mendengar perkataanku. “Aku rasa kau lebih cocok menemaniku di rapat itu. Aku benar bukan?”

Ne?”

“Jadi, ayo pergi. Aku tak mau terlambat datang ke rapat hanya karena kita banyak mengobrol”

“Tapi Kwajangnim.. bukankah Choi Biseo yang seharu-“

Aku menatap Sooyoung sekali lagi, “Dia sibuk” potongku dengan cepat. Aku mengambil beberapa dokumen yang aku butuhkan, lalu beranjak dari tempat dudukku. “Kajja, Seo Biseo-“ ajakku sambil melangkah terlebih dahulu keluar ruangan.

Aku masuk ke ruangan rapat di lantai tiga. Beberapa orang sudah berada di sana dan mereka langsung berdiri dari tempat duduknya begitu melihatku. Ada sekitar delapan orang, lima dari JinHan dan tiga dari Athena, perusahaan Australia yang menginginkan kerja sama dengan JinHan Group. Aku tersenyum ramah ke semua orang sambil berjalan ke kursiku di tengah meja dengan Sekretaris Seo dibelakangku. Meskipun sedikit aneh karena bukan sekretarisku sendiri yang aku ajak, tapi aku rasa ini lebih baik mengingat apa yang sedang terjadi diantara aku dan Sooyoung.

“Kita mulai saja” kataku berusaha bersikap seramah mungkin.

“Hadiri sekalian-“ ucap Go Eun Woo, asisten manajer bagian Administrasi. “Hari ini kita diberikan kesempatan untuk menyambut kedatangan perusahaan besar dari Australia, Athena

Semua orang menganggukkan kepalanya ke arah tiga orang yang tersenyum, begitupula aku. Ini pertama kalinya aku memimpin rapat di depan direksi JinHan tanpa kehadiran Appa sebagai penanggungjawabnya dan justru kali ini akulah yang bertanggung jawab apa kesepakatan besar ini berhasil atau gagal. Aku benar-benar harus fokus dan mengenyahkan hal-hal lain di pikiranku untuk sementara karena aku sama sekali tak mau mengecewakan Appa yang sudah mempercayakan ini padaku. Selain itu agar direksi JinHan pada akhirnya juga percaya jika aku bisa menggantikan Appa untuk memimpin JinHan.

“Mr. Wynd please-“ ucap Go Eun Woo tiba-tiba.

Thank you,” jawab seseorang berambut kecokelatan sambil berdiri dari kursinya. Dia menganggukkan kepalanya ke arahku dan mulai berbicara menjelaskan maksud kedatangannya ke JinHan.

Untuk beberapa saat pikiranku terkonsentrasi pada rapat. Aku terus mendengarkan penjelasan dari Mr. Wynd, selaku perwakilan dari Athena. Perusahaan itu pada intinya ingin membuka cabang di Korea dan dengan bantuan dari JinHan akan memperluas produknya tidak hanya di Seoul, tapi di seluruh Korea.

“-hal ini merupakan sasaran utama Athena. Produk-produk kesehatan Athena merupakan cara baru untuk memperlakukan, menyembuhkan, atau mencegah penyakit yang tak terhitung bagi umat manusia,” Mr. Wynd terus berbicara. “Athena senang dan bangga untuk bisa bekerja sama dengan JinHan Group yang sangat terdepan dalam berkompetisi di bidangnya” lanjutnya.

Aku mengangguk sambil terus membaca beberapa dokumen penting dari Athena juga laporan-laporan dari JinHan. “Sekarang, selama investasi-“ kataku berusaha menanggapi penjelasan dari Athena. “-dokumen berisi semua detail proyek yang kita diskusikan ini, kami bersedia membiayai selama periode 5 tahun untuk perkembangan produk ini di Korea”

“Pembiayaan ini bukan tentang proyek, Kwajangnim” sahut Shim Busangjangnim terlihat tidak setuju dengan perkataanku. Semua kepala menoleh ke arahnya, “Maksudku.. emm.. aku secara pribadi tidak begitu yakin dengan perkembangan produk-produk tersebut di Korea mengingat sudah banyak produk-produk sejenis yang bahkan sudah lama dan disukai oleh masyarakat”

“Itu menurut pendapat pribadimu kan, Busangjangnim? Pembiayaan ini memang bukan tentang proyek, seperti yang Busangjangnim katakan, atau bahkan persaingan” kataku tak mau kalah. “Bagi JinHan, ini mengenai memberikan hadiah yang tak ternilai bagi orang lain. Ini kesempatan langka bisa bekerja sama dengan perusahaan sebesar Athena, jadi kenapa kita tidak mengambilnya?”

Terdengar gumaman beberapa orang di dalam ruangan dan aku bisa melihat wajah-wajah setuju mereka. Aku tersenyum kecil dan membiarkan direksi untuk berpikir apa sebaiknya menerima atau menolak tawaran investasi dari Athena ini. Jujur saja, jika aku sudah benar-benar menjadi Sajangnim di JinHan, aku akan langsung menerimanya karena Athena merupakan salah satu perusahaan besar di Australia dan mereka sudah banyak mendistribusikan produk-produknya bahkan hampir ke seluruh negara di Asia.

“Bagaimana menurut Anda sekalian?” tanyaku pada akhirnya.

“Kami setuju, Kwajangnim. JinHan akan dengan senang hati menerima investasi dari Athena dan membantu Athena mengembangkan produk-produknya di Korea” jawab Lee Wong Jong, manajer pemasaran Jinhan, sebagai perwakilan dari direksi.

Aku tersenyum senang, “Terimakasih karena sudah memberikan kepercayaan kepada JinHan, Mr. Wynd” kataku sambil beranjak dari kursiku dan mengulurkan tanganku ke arah Mr. Wynd. “Aku berharap proyek antara JinHan dan Athena sukses seperti yang kita harapkan bersama”

Go Eun Woo memberikan beberapa lembar kerja sama yang harus ditanda tangani baik olehku maupun oleh Mr. Wynd. Setelah semua berkas sudah di tandatangani, akupun berpamitan keluar ruangan. Aku tak menyangka rapat itu menjadi sangat mudah karena awalnya aku pikir akan berlangsung lama. Selain itu direksi juga sepertinya sudah menaruh kepercayaannya padaku, mengingat tak ada yang memberikan sanggahan padaku kecuali Shim Ahjussi. Aku heran, kenapa dia selalu bersikap seakan-akan menolak setiap keputusan JinHan?

Gomawo Seo Biseo karena kau bersedia menemaniku,” kataku saat tiba di depan pintu ruanganku kembali. “Aku tebak itu rapat pertamamu dengan dewan direksi bukan?”

Ne, Kwajangnim. Tapi sepertinya Anda tak membutuhkanku selama rapat tadi. Anda begitu percaya diri dan yakin di depan semua orang”

Aku tertawa kecil, “Ani-“ kataku sambil sedikit mendekat ke arah Sekretaris Seo. “- aku sedikit gugup” tambahku pelan.

Sekretaris Seo tidak menjawab.

“Baiklah kalau begitu. Silahkan kembali bekerja dan jangan katakan apapun pada Shim Chojangnim tentang apa yang terjadi selama rapat. Aku tak mau dia meledekku gara-gara ini. Arraseo?”

Ne-“ jawabnya. Lalu dia membungkukkan badan dan melangkah pergi dari hadapanku.

Aku kembali tersenyum, lalu memperhatikan Sekretaris Seo sampai dia menghilang ke dalam lift. Saat aku membalikkan badan, aku sedikit terkejut karena Sooyoung sudah berdiri tepat dibelakangku. Dia menatap tajam kepadaku, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya ke arahku. Kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan pergi tanpa berkata apapun padaku.

€

Sooyoung POV

Hari ini aku benar-benar merasa penat. Kejadian beberapa hari di kantor bersama Kyuhyun membuatku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku juga merasa sedikit terganggu karena setiap kali dia bersamaku dalam suatu ruangan, tak ada percakapan diantara kami. Beberapa kali, dia bahkan tak mengajakku ke rapat-rapatnya seperti yang dia lakukan dan justru mengajak yeoja lain. Tidak selalu sama memang, tapi dia hampir selalu mengajak Seo Juhyun. Alasannya karena Seo Juhyun adalah sekretaris Changmin dan dia pasti akan mendapat dukungan dari Changmin yang selama ini memang sedikit banyak membantu Kyuhyun.

Belum lagi Kris yang entah bagaimana menolak berbicara lama denganku. Setiap kali aku berniat mengajaknya mengobrol atau sekedar bertanya padanya, dia hanya menjawabnya singkat. Terkadang dia bahkan memilih untuk menutup rapat-rapat pintu Apartemennya. Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran baik Kyuhyun maupun Kris. Apa karena kejadian malam itu benar-benar membuatku harus kehilangan dua orang yang paling dekat denganku?

“Hhhh… aku benar-benar harus menenangkan diri,” gumamku pada diri sendiri.

Aku melangkah keluar dari JinHan setelah jam kerja berakhir. Biasanya aku memilih untuk berlama-lama di kantor sambil menunggu Kyuhyun, tapi aku rasa tak perlu melakukan hal itu lagi karena Kyuhyun pun sudah meninggalkan ruangan tiga puluh menit yang lalu. Meskipun tas dan jas-nya masih di atas meja, tapi aku rasa dia belum mau bicara denganku.

Eo Seo Biseo, besok aku membutuhkanmu lagi untuk mencatat semua hal yang dibutuhkan” kata sebuah suara yang sangat aku kenal di dekat lift, suara Kyuhyun.

Aku melangkah mendekat dengan perlahan, lalu melebarkan telingaku untuk mendengarkan lebih jelas. Aku memanjangkan leher dan melihat Kyuhyun, sekretaris Seo dan Changmin sedang berdiri disana. Kyuhyun dan sekretaris Seo berdiri membelakangiku, sementara Changmin sibuk dengan teleponnya.

Kwajangnim, bukankah lebih baik Anda mengajak Choi Biseo mengingat dia adalah sekretaris Anda dan bukan aku,” jawab sekretaris Seo terdengar sangat tenang. “Aku senang bisa membantu Anda tentu saja, tapi Choi Biseo pasti merasa terganggu dan tidak nyaman sebagai sekretaris Anda”

Kyuhyun mengangkat kedua bahunya, “Seperti yang sudah aku katakan beberapa kali, dia terlalu sibuk dengan-“ dia tak melanjutkan kata-katanya dan memilih untuk mengganti topik pembicaraan. “Kau juga bisa ikut Shim Chojangnim,” kata Kyuhyun lagi.

Aku menarik napas beberapa kali lalu menghembuskannya dengan perlahan. Setelah membulatkan tekad, akupun melangkah keluar dari persembunyianku dan menghampiri mereka bertiga. Hal pertama yang aku lihat adalah wajah terkejut Changmin, tapi kemudian wajah itu berubah menjadi ramah seperti biasanya. Sekretaris Seo melakukan hal yang sama. Dia tersenyum ramah padaku, meskipun aku bisa melihat ada sedikit rasa bersalah di wajahnya.

“Sudah mau pulang, Choi Biseo?” kata Changmin mencoba bersikap ramah.

Aku mengangguk, “Ne, Chojangnim. Semua pekerjaanku sudah selesai dan aku rasa tak ada yang perlu aku lakukan lagi di kantor jadi lebih baik langsung pulang agar bisa beristirahat”

Ah, geurae, geurae” sahut Changmin lagi. Dia menoleh ke arah sekretaris Seo, lalu berbicara padanya. “Kau sebaiknya pulang juga Seo Biseo. Aku akan mengurusnya, tinggalkan saja di mejaku”

Ne, Chojangnim” jawab sekretaris Seo. “Kwajangnim-“ katanya sambil membungkukkan badannya.

Saat pintu lift terbuka, sekretaris Seo langsung masuk. Aku segera membungkukkan badan ke arah Kyuhyun dan Changmin lalu ikut masuk ke dalam lift. Aku sempat melihat Kyuhyun sedang menatap lurus ke arahku sebelum pintu lift kembali menutup. Dia terus memalingkan wajahnya dariku, tapi kenapa dia menatapku saat aku pergi? Apa yang salah dengannya?

Aku dan sekretaris Seo berpisah di lantai dua. Selama di lift memang tak banyak yang kami bicarakan selain pekerjaan satu sama lain. Dia bahkan sama sekali tidak menyinggung masalah Kyuhyun yang lebih sering mengajaknya terlibat rapat daripada aku yang jelas-jelas sekretarisnya. Secara keseluruhan, sekretaris Seo adalah yeoja yang menyenangkan dan enak diajak bicara meskipun itu adalah obrolan pertamaku dengannya.

“Sooyoung-ah” panggil seseorang saat aku baru saja keluar dari gedung JinHan.

Aku menolehkan kepala dan keningku langsung berkerut, “Kris. Kau disini?”

Kris sama sekali tidak tersenyum ke arahku. Tanpa menanggapi perkataanku, dia mengulurkan tangannya. “Dari Ahjumma,” katanya singkat.

“Apa ini?”

Molla. Dia memintaku memberikannya padamu,”

Keningku kembali berkerut. Pandanganku berganti dari kotak berukuran sedang yang sekarang ditanganku ke Kris yang sama sekali tidak menatapku. “Kau kan bisa memberikannya saat di Apartemen Kris?”

“Aku tak akan ke Apartemen malam ini. Ada pekerjaan untukku di Paju,” jawab Kris dengan nada yang sangat datar. “Aku ke Daejeon siang ini dan bertemu Ahjumma jika kau bertanya darimana aku mendapatkannya”

Aku mengangguk mengerti. “Tapi kau-“

“Aku harus pergi,” potong Kris dengan cepat. Sebelum aku kembali berbicara, dia sudah berjalan menjauh dariku dan masuk ke mobilnya.

Aku menghela napas panjang lalu memejamkan mata dan menundukkan kepalaku. Apa Kris benar-benar marah padaku karena kejadian itu? Kenapa dari dulu dia tak jujur saja padaku jika dia memang menyukaiku? Jadi hal-hal seperti ini tak pernah terjadi diantara aku dan dia.

“Hhh…” dengusku kesal.

“Jika kau begitu kesal, kenapa kau tak mengejarnya?” kata sebuah suara di belakangku. Aku memutar badanku dan melihat Kyuhyun sudah berdiri di belakangku dengan tatapan tajamnya. Tak ada siapapun bersamanya, hanya dia. “Kau suka melakukan itu kan? Mengejar namja-mu itu dan membuatnya merasa lebih baik” katanya lagi.

Aku diam saja.

Kyuhyun tersenyum mengejak ke arahku. Samar aku bisa mendengar suara decakan lidahnya. Lalu dengan sekali gerakan, dia langsung melangkah meninggalkanku tanpa menoleh.

Aku yang masih dikuasai keterkejutan cepat-cepat membuka mulut. “Kenapa kau seakan-akan menghindariku?” kataku spontan.

Kyuhyun menghentikan langkahnya tapi dia tetap tidak berbalik.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau menjauhiku dan bersikap seperti kau tidak mengenaliku?” kataku tak bisa mengontrol mulutku.

Kyuhyun diam.

“Aku tahu kau marah padaku karena-“

Kyuhyun tertawa mengejek dan memotong perkataanku. “Kau pikir aku marah padamu? Karena hal yang aku anggap tak pernah terjadi?” Dia mulai bicara dengan suara yang terdengar pelan dan dingin. “Aku marah pada diriku sendiri karena percaya padamu,” tambahnya.

“Aku-“

“Aku merasa aku akan bisa memahamimu dengan membuatku selalu di dekatmu karena aku pikir kau berbeda dengan yeoja-yeoja bermuka dua yang aku kenal lainnya. Tapi ternyata..” potong Kyuhyun, lalu dia tertawa hambar. “Kau bahkan tak bisa melepas seseorang yang mungkin tidak berarti bagimu atau mungkin juga berarti bagimu, entahlah itu… untuk seseorang yang lain yang sangat percaya padamu pada awalnya” katanya lagi sambil kembali melangkah.

Aku sempat terkejut mendengar kata-katanya yang dingin dan dalam yang keluar dari mulutnya. Dia percaya padaku dan selalu membuatnya berada di dekatku hanya karena ingin memahamiku? Kali ini aku tak tahu apa yang ada di dalam pikiranku. Semuanya seakan berjalan lambat dan tidak sesuai dengan apa yang aku butuhkan.

“Kau salah, Oppa-“

Kyuhyun kembali menghentikan langkahnya.

“Aku memang tak bisa melepas seseorang yang berarti itu karena dia adalah sahabatku dan aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku. Aku selalu mengejarnya dan membuatnya merasa lebih baik karena itulah yang seharusnya aku lakukan sebagai sahabatnya, seperti yang dia lakukan padaku” Aku berusaha mengumpulkan keberanianku untuk berbicara dengan tegas dan mengakhiri apa yang sedang terjadi diantara aku dan Kyuhyun. “Semua hal yang terjadi diantara aku dan dia.. itu tidak berarti apa-apa bagiku kecuali rasa persahabatan dan ikatan saudara. Tapi yang jelas kau harus tahu satu hal-“

Kyuhyun menatapku lekat-lekat tapi sama sekali tak mengubah ekspresinya.

“Aku tidak sama dengan yeoja­-yeoja itu dan aku tidak bermuka dua seperti apa yang Oppa pikirkan tentangku. Aku juga percaya padamu, melebihi rasa percaya pada diriku sendiri. Tapi..”

Masih belum ada tanggapan dari Kyuhyun.

Kepalaku mulai menunduk berusaha menyembunyikan wajahku. “Tapi kenapa kau semarah itu?” tanyaku dengan suara pelan. “Aku rasa kau tidak akan semarah itu karena berpikir aku adalah yeoja bermuka dua dan kenapa kau sampai mengatakan jika kau.. selalu membuatmu berada di dekatku hanya untuk memahamiku? Aku yakin kau menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya kau rasakan-“

Kyuhyun memutar tubuhnya. Wajahnya yang semula dingin mulai melunak. Dia menatapku. Pandangan matanya lurus ke mataku. Seakan mencari kebenaran dari apa yang ada di dalam hatiku. Kemudian detik berikutnya dia melangkahkan kakinya ke arahku, dan berhenti tepat di hadapanku. Sebelah tangannya terangkat dan menyentuh pipiku. Aku tetap bergeming meskipun jantungku terus berdebar cepat. Kyuhyun memperlihatkan senyum sekilas sebelum dia menunduk. Kemudian dengan perlahan dia langsung menciumku tanpa mengatakan apapun.

Aku membeku di posisiku. Kesadaranku seakan hilang dan aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Kenapa Kyuhyun justru menciumku? Kenapa dia tiba-tiba melakukan hal ini? Apa yang sebenarnya selama ini dia marah padaku karena… karena dia cemburu?

Kyuhyun menjauhkan tubuhnya dengan perlahan. Dia kembali tersenyum sambil menatapku dengan pandangan yang lebih hangat. Tangannya menyentuh kepalaku dan mengusapnya dengan lembut. Aku tak tahu apa yang harus katakan di depan Kyuhyun karena aku sendiri tak bisa menjelaskan apa yang sedang aku rasakan. Semua yang semula menjadi beban masalaku seakan menguap dan hilang.

Saranghaeyo, Choi Sooyoung-“ bisik Kyuhyun di telingaku.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, masih tak percaya dengan apa yang baru Kyuhyun katakan di depanku. Sebelum aku sempat mengatakan apapun untuk menanggapinya, dia sudah mendorong tubuhnya dan kembali menciumku dengan lembut. Aku memejamkan mataku, mencoba mengalirkan ciuman lembut Kyuhyun ke jantungku yang semakin berdebar dengan kencang. Lalu dengan perlahan, aku membalas ciumannya itu sambil mengalungkan kedua tanganku ke leher Kyuhyun. Meskipun aku belum sempat bicara apapun mengenai perasaanku kepadanya, tapi aku harap dengan ciumanku ini dia akan tahu jika aku juga mencintainya. Seperti dia mencintaiku.

-TBC-

 

Eotte?

Well, Jangan lupa komentarnya knightdeul ^^

Gomawo buat readers yang udah mau baca dan komentar di FF ini..

Kritik-sarannya juga boleh buat next chap-nya..

 

Gomawo #bow

 

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles