Author : kimsangraa
Cast : Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung, etc
Length : One-shot
Genre : Fluff, romance, drama, OOC, AU, etc.
Rating : T
N.B : Ff ketiga yang saya kirim ke blog ini, bukan dorm life. Terinspirasi dari lagunya Infinite, Man in Love (tapi nggak semua liriknya muncul di ff ini, saya cuma ngambil beberapa bait yang menurut saya cute). Di sini side-nya Kyuhyun.
N.B 2 : thanks to @aqila_ditya for the poster. J
Happy reading!
-k—y-
—I start humming along to love songs that I didn’t like before
“I’ll keep on feelin’ every time, kokoro niwa kimi ga iru~”
“Kyu—”
“Baby don’t cry it’s all right now, futaride itaiyo~”
“Hyun—”
“I’ll keep on dreamin’ every time, I know I’ll just find your love~”
Ryeowook menatapnya dengan pandangan malas, lalu berujar agak keras agar teman seperjuangannya itu berhenti menyanyikan lagu-lagu dengan lirik yang terdengar cheesy. “Kyuhyun, stop.”
Kyuhyun balas menatapnya dengan pandangan datar. Bibirnya mengerucut tanda ia sedang mencoba aegyo yang mungkin akan berhasil pada Ryeowook. Tapi lelaki dengan pipi tirus itu hanya mengalihkan pandangannya dengan senyum masam, tidak dapat melihat si evil beraegyo.
“Kau kenapa sih? Dari tadi lagumu seperti itu terus. Tentang cinta. Cinta. Cinta. Lalu jika kusuruh ganti lagu, kau stuck pada lagu cinta lagi. Padahal biasanya kau menyanyikan lagu macam Nightmare-nya Avenged Sevenfold!”
“Apa kau sedang mengomel padaku, Wookie?” tanya sang lelaki dengan rambut ikal, setelah aegyo, ia mencoba tersenyum sepolos mungkin. Ryeowook menyipitkan matanya.
“Tidak, aku hanya heran. Senyummu terlihat menjengkelkan, aku ingin muntah melihatnya. Seorang evil tidak sepantasnya tersenyum polos.” kali ini Ryeowook jelas mengomel. Pandangannya menilik lagi buku berisi angka-angka dan tabel statistika yang ia sendiri tidak paham.
“Evil itu bukan orang. Lagipula kenapa sih, suaraku kan bagus, harusnya kau senang dong nanti di rumah aku tidak membunyikan lagu rock lagi. Katanya itu menyakiti telingamu,” Kyuhyun membela dirinya, seraya menulis jawaban pada satu soal yang ada di bukunya sendiri.
“Tapi tidak dengan lagu cinta begini juga, Kyuhyun. Memangnya kau kenapa kok menyanyikan lagu seperti itu terus?” tanya Ryeowook, melirik buku Kyuhyun untuk mencontek jawabannya.
Kyuhyun tersenyum lebar. “Because I’m in love.”
Ryeowook mengernyit. “Cheesy,” gumamnya.
-k—y-
—All of the melodramas in the world seem like my story
“Drama Flower Boy Next Door bagus ya. Reply 1997 juga. Big juga, hanya film itu menceritakan tentang fantasy jadi aku tidak begitu suka. Tapi happy ending, nah itu poin utamanya—”
“Narnia juga. Transformers juga. Doraemon juga.” potong Yesung. Kyuhyun menatapnya dengan pandangan datar. Sejenak hening, dan Yesung memotongnya dengan pertanyaan lucu. “Kenapa?”
“Aigoo, Hyung. Aku stress.” ucap Kyuhyun, menaruh punggung tangannya di dahi agar terlihat dramatis.
“Lho, kenapa? Yang kau jadikan poin itu akhirnya yang bahagia kan? Setiap episode Doraemon kan pasti berakhir bahagia. Transformers juga. Narnia apalagi,” potong Yesung, tangannya mencomot kripik yang dibawa Kyuhyun.
“Tapi mana mungkin cerita cintaku ada penyihir putihnya dan singanya dan robot-robotnya dan makhluk kecil bulat berwarna biru yang punya kantung ajaib itu? Hyung, ayolah. Yang kubicarakan tadi adalah drama-drama roman yang mempunyai akhiran bahagia. Rasanya cerita cintaku juga bisa dibikin drama seperti itu.” jelas Kyuhyun.
Yesung mengangkat bahunya, “Terserah,” dan kembali mencomot kripik kentang rasa keju itu lagi. “Omong-omong sejak kapan kau membicarakan drama dan bukan film horor atau pembunuhan?”
Kyuhyun tersenyum lebar. “Since I’m in love.”
Yesung menatapnya, mulut membentuk huruf ‘o’ dan ia meraba dahi Kyuhyun, takut jika yang termuda di antara mereka itu sedang sakit atau apa.
-k—y-
—I try to look good when I didn’t before by paying attention to my appearance
Kyuhyun mengerucutkan bibirnya.
“Astaga, bahkan dengan bibir begini saja aku masih terlihat sangat tampan.” gumamnya.
Henry membeku—dengan di pangkuannya ada majalah fashion untuk pria—dan matanya menatap hati-hati pada Kyuhyun yang ada di depan cermin besar. “Kyu-hyung, aku tidak mau bertanggung jawab jika cerminnya pecah,” candanya, dengan wajah polos.
Kyuhyun mengabaikan candaan Henry. Ia sejenak berpose di depan cermin untuk menilai apakah ia lebih bagus dengan kemeja atau kaos santai biasa.
“Henry, aku bagus dengan kemeja ini atau baju ini? Atau malah dengan kardigan ini?” tanya Kyuhyun, berharap agar adik kecilnya yang berambut pirang itu mau untuk sekedar memberi saran.
“Shirtless saja, Hyung.”
“Ide bagus, Henry Lau,” Kyuhyun mengangkat alisnya. “Tapi, well, Sooyoung tidak akan suka jika ia berjalan dengan laki-laki yang shirtless. Apalagi ini musim gugur, angin kencang sekali dan aku bisa sakit. Jadi, bagus yang mana?”
“Aigoo~ Cho Kyuhyun!” Henry menaruh majalahnya di sofa, lalu berdiri dan melangkah mendekati cermin—tepatnya mendekati Kyuhyun yang masih terdiam dengan tangannya membawa kardigan putih. Ia menepuk-nepuk bahu Kyuhyun yang tertutupi kemeja garis-garis.
“Apa?” ujar Kyuhyun.
“Kau terlihat bagus bahkan saat bangun tidur. Kau tidak perlu terlalu berlebihan begini, Sooyoung pasti suka melihatmu memakai apa saja! Tentunya asal bukan pakaian wanita,” Henry segera menambahkan kalimat terakhir untuk menahan Kyuhyun yang hendak berkata dengan senyum meledeknya.
“Oke, berarti aku bagus dengan kemeja ini?” tanya Kyuhyun, Henry mengangguk ringan.
“Tentu. Jadi kenapa kau tiba-tiba begini? Tidak mungkin kau sedang melatih actingmu, Hyung.” kata Henry, matanya menilik mata Kyuhyun yang berpendar dan bibirnya yang membentuk lengkungan lebar.
“Yah, I’m in love.”
Henry menahan nafasnya, lalu mengeluarkannya pelan-pelan. “Fighting.” kata Henry perlahan—bingung akan mengucapkan apalagi.
-k—y-
—Like a young child, I keep laughing for no reason
“Hihihi~”
“Hmmm~”
“Aigoo, hehe~”
Shindong mendekat ke sisi dimana Kyuhyun duduk. “Ya, kawan-kawan, seperti yang telah Dokter Shindong diagnosa, pasien bernama Cho Kyuhyun harap dibawa ke rumah sakit jiwa terdekat.”
Hal itu membuat semua orang yang ada di meja tempat Shindong dan Kyuhyun berada larut dalam tawa. Tapi Kyuhyun tetap mempertahankan senyum lebarnya.
“Sungguh, anak itu kenapa?” tanya Leeteuk. Shindong mengangkat bahu, raut bingung tertera dalam wajahnya. Ia menepuk kepala Kyuhyun dan tidak mendapatkan reaksi keras kecuali hanya ‘ouw’ pelan dari si empunya kepala.
“Kyuhyun-a! Sooyoung sudah datang!” teriak Kangin, iseng. Kyuhyun mengangkat wajahnya dan langsung berseru balik.
“Eoddi?”
Leeteuk, Kangin, Shindong, Ryeowook, dan Heechul larut dalam tawa lagi.
“Kesimpulan, Kyuhyun sakit—”
“That’s because I’m in love with her!” seru Kyuhyun, memotong perkataan Heechul. Yang lain menghela nafas mendengar seruan Kyuhyun.
“Biarkan saja ia,” kata Shindong sambil mencuri satu lirikan ke arah Kyuhyun, mengecek apakah yang termuda jengkel karena ucapannya. Tapi ternyata Kyuhyun kembali tersenyum lebar entah memikirkan apa, dan Shindong memutar bola matanya, lalu kembali melanjutkan makan.
-k—y-
—My cheeks get redder and my head slowly drops
“Kyuhyun-a,”
Ia menoleh, wajah Sooyung yang dibingkai rambut panjang lurus dan poni sampingnya tepat berada kurang dari tiga puluh senti darinya. Kyuhyun berdeham sejenak, lalu menegakkan tubuhnya, mencoba menetralkan jantungnya dan menempatkan kepalanya dalam jarak aman.
“Apa?”
Ia tampak berbeda ketika sedang bersama Sooyoung dan ketika sedang sendiri. Ia tampak lebih gentle dan menjaga sikap dibanding jika ia sedang sendirian (dan Kyuhyun mengakui hal itu diam-diam). Sooyoung ikut menegakkan tubuhnya dan tersenyum.
“Aku ingin mengatakan sesuatu,” katanya dengan suara yang manis. Pal-ddak, pal-ddak, itu suara detak jantung Kyuhyun yang hampir seperti derap kuda berlari.
Sooyoung sering begini, berkata ia ingin mengatakan sesuatu. Kadang-kadang hal itu membuat Kyuhyun gila karena penasaran apa yang ingin dikatakan Sooyoung. Ia begitu takut jika pada suatu hari tiba-tiba Sooyoung mengatakan ia kecewa dengan perlakuan Kyuhyun dan ingin mencari lelaki lain.
Ia begitu takut sampai detak jantungnya seolah terasa di kepala. Ia begitu takut karena ia ingat betapa susahnya mendapatkan Sooyoung di awal, jadi ia tidak mau melepasnya begitu saja demi lelaki lain.
“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Kyuhyun. Sooyoung menumpukan dagunya pada punggung tangan sebelah kanan dan berkata perlahan sambil tetap menahan senyum manis.
“Kau terlihat makin tampan dengan potongan rambut pendek,”
Ah, itu.
Jika tadi Kyuhyun menegang, sekarang seluruh tubuhnya terasa mendapat obat penenang sampai seluruh saraf kakinya melemas. Tubuhnya terasa kosong karena rasa lega menguasainya dan sejenak kemudian ia baru sadar apa yang dikatakan Sooyoung.
Apa, tadi?
Rambutnya bagus?
Tahukah Sooyoung, Kyuhyun harus menunggu sampai tiga jam di salon terkenal hanya untuk mendapatkan lima belas menit potong rambut? Tahukah Sooyoung, Leeteuk sampai khawatir karena Kyuhyun tidak pulang-pulang dan ponselnya tertinggal di rumah?
Wow, gadis di depannya ini tahu bagaimana cara mengapresiasi.
“Well, trims.”
Kyuhyun yang tak biasa mengucapkan terimakasih. Kyuhyun yang sekarang telinganya memerah sampai pipi dan kepalanya menunduk, tak dapat menatap Sooyoung yang tertawa pelan karena tingkah Kyuhyun yang begitu lucu.
“Kyuhyun-a, kau tak perlu merasa malu! Bukankah kau sudah sering mendapat pujian semacam ini dari fansmu di kampus?”
Kyuhyun tak mampu menjawab, ia mengambil sehelai tisu dan bolpoin (yang entah kenapa bisa ada di saku celananya), lalu menuliskan beberapa kalimat di sehelai tisu putih itu dan memberikannya pada Sooyoung.
Sang gadis berambut panjang menerimanya sambil tersenyum heran.
Yang ditulis di tisu itu adalah, that’s because I’m in love with you and not with the others.
-k—y-
—When a man’s in love, he wants to stay by your side
“Tunggu sebentar, aku dipanggil Tiffany,” kata Sooyoung, ia berdiri dari sisi Kyuhyun yang langsung terasa kosong dan ia melangkah mendekati Tiffany yang ada di dekat air mancur. Kyuhyun diam saja sambil membenarkan kacamatanya, lalu mengira-ngira apa yang dikatakan Tiffany pada Sooyoung seraya memperhatikan mereka.
Lima menit kemudian gadis itu kembali dengan senyum lebar di wajahnya dan membuat Kyuhyun yang duduk dengan buku statistikanya terheran-heran.
“Ada apa, Young~?”
‘Young~’; panggilan sayang Kyuhyun pada gadisnya.
“Not a big deal, proposalku diterima oleh Jung-sonsaeng jadi aku tak perlu mengulang lagi. Padahal aku sudah mengulangnya tiga kali,” jawab Sooyoung. Kyuhyun tersenyum sambil menepuk pundak gadisnya.
“Kerja bagus, Choi Sooyoung.” kata Kyuhyun dan gadis yang sedang memakai bando putih itu mengerucutkan bibir.
“Iya sih, kau kan pintar, jadi kalau membuat proposal tidak harus mengulang,”
“Tapi yang kupelajari itu susah,”
Sooyoung melirik buku paket yang dibawa Kyuhyun, terbuka di halaman dua puluh enam dan menampilkan macam tabel statistika. “Nah, yang kau pelajari susah. Tapi kau tidak perlu mengulang. Berarti kau pintar, kan?”
Kyuhyun mengangkat alis, menyadari kalimatnya tadi begitu aneh. “Benar juga, ya.”
Sooyoung hanya tertawa kecil seiring mereka berdua terdiam. Kadang-kadang mereka masih sedikit awkward, tapi Sooyoung dengan segala tingkahnya akan membuat waktu di antara mereka terisi. Lihat, apa yang hendak dilakukannya. Ia mengeluarkan stopwatch.
“Aku bosan. Aku ingin menantangmu. Kau harus menghitung sampai tiga puluh detik tanpa melihat stopwatch, dan stopwatch ini akan mulai menghitung bersamaan dengan saat kau mulai menghitung,”
“Ah, permainan itu, aku pernah memainkannya dengan Shindong-hyung. Nanti hasil perhitunganku akan dicocokkan dengan stopwatch itu kan? Jika hasil akhirku sama dengan di stopwatch, kau mau memberiku apa?” tanya Kyuhyun. Sooyoung terdiam sebentar, lalu melihat sekeliling.
“Kubelikan bubble tea, bagaimana? Tapi aku tidak yakin kau bisa. Kukira permainan ini gampang, tapi saat aku sudah menghitung sampai tiga puluh detik, di stopwatch masih dua puluh enam detik.” jawab Sooyoung, ia mengernyit dan di wajahnya masih tertera bingung.
“Baiklah, aku terima,” kata Kyuhyun, terdengar percaya diri. Sooyoung tersenyum, lalu memberi aba-aba.
“Shi…. jak!”
Kyuhyun mulai menghitung bersamaan dengan Sooyoung menekan tombol mulai pada stopwatch birunya.
“Dua puluh tujuh… Dua puluh delapan… Dua puluh sembilan… Tiga puluh!” seru Kyuhyun, dan Sooyoung langsung menekan tombol stop. Mata gadis itu membulat sempurna selama beberapa milidetik dan ia tersenyum lebar—senyum tidak percaya.
“Wah… Daebak! Kyuhyun-a, kenapa kau bisa pas?” tanya Sooyoung, seraya menunjukkan angka di stopwatch yang bertuliskan tiga puluh.
“Mollayo~” Kyuhyun hanya mengangkat bahu sambil tersenyum. Enam menit kemudian Sooyoung datang membawa dua bubble tea, rasa coklat dan oreo. Kyuhyun memilih rasa coklat dan ia meminumnya langsung.
“Jinjja, Kyuhyun-a, kenapa kau bisa?” tanya Sooyoung lagi, wajahnya masih diliputi ketidakpercayaan. Kyuhyun mengunyah jellynya lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Sooyoung.
“Kau tahu, saat aku bermain dengan Shindong-hyung, aku juga salah terus. Tapi di sini aku mencocokkannya dengan detak jantungku sendiri. Dan detak jantungku yang paling pas kecepatannya dengan detik adalah ketika aku ada di sisimu.” bisik Kyuhyun.
Sooyoung terdiam.
“Maka dari itu aku ingin selalu berada di sisimu. Because I’m in love with you,”
-k—y-
—There’s so much he wants to do for you
Tidak ada alasan bagi Kyuhyun untuk berkutat dengan alat-alat yang ada di dapur.
“Kecuali itu berhubungan dengan gadis tinggi yang suka makan bernama Choi Sooyoung, yang sangat kebetulan sekali, merupakan keponakanku.” kata Ryeowook malas. Ia memandang datar Kyuhyun yang baru saja menjatuhkan tepung ke lantai.
“Wookie-ya, ayo bantu aku. Sebentar lagi selesai.”
“Selesai dari mana coba?” ceplos Ryeowook, tapi suaranya lebih ke menggumam jadi Kyuhyun tidak mendengarnya. Ryeowook mengira-ngira akan menjadi seperti apakah dapurnya nanti.
“Lalu ini bagaimana?” tanya Kyuhyun. Semua bahan sudah tercampur di wadah bulat seperti mangkuk tapi khusus untuk di-mixer.
“Sekarang coba nyalakan mixer-nya. Hati-hati, Cho Kyuhyuuuun—!” belum selesai Ryeowook berkata, Kyuhyun sudah mengotori bagian depan apron hijau yang dipakainya dengan tepung-tepung yang beterbangan karena mixer dinyalakan terlalu kencang dan Kyuhyun menaruh ujung mixer-nya di tepung yang masih mengambang.
Ryewook merasa keriput di wajahnya akan bertambah beberapa kali lipat karena mengurusi bocah evil ini.
“Hehehe, maaf,”
Dan bocah ini hanya menampakkan cengirannya yang sama sekali tidak membuat sakit di hati Ryeowook terobati. Demi apapun, ini dapur kesayangan Ryeowook! Ini dapur yang telah menjadi asisten Ryeowook dalam memasak segala macam makanan!
“Dapur yang malang,” gumamnya, lalu ia menilik wajah Kyuhyun yang di sana-sini juga tertutup tepung. “Pelan-pelan, Kyuhyun. Kau harus sabar.”
“Kau juga harus sabar, Ryeowookie.” sahut Leeteuk yang dari tadi merekam apa yang mereka lakukan. Kata Kyuhyun, ini adalah pengalaman yang patut diabadikan. Jadi ia memaksa Leeteuk untuk merekam kegiatan ini dengan imbalan kripik kentang ukuran jumbo yang sangat Leeteuk sukai.
“Trims, Teuki-hyung.” jawab Ryeowook, terdengar sarkastik tapi Leeteuk hanya tertawa.
Setelah beberapa menit yang melelahkan hati dan pikiran, akhirnya adonan (yang Ryeowook tidak yakin hasilnya) itu dimasukkan ke loyang berbentuk bulat, dan Ryeowook membuka oven, lalu berseru pada Kyuhyun agar adonannya dimasukkan ke oven. Si lelaki berambut ikal itu dengan sabarnya membawa loyang, dan memasukkannya dengan hati-hati ke oven berwarna putih itu.
“Akhirnyaaaaaa~” teriak Ryeowook. Leeteuk hanya tertawa mendengarnya, lalu ia menekan tombol pause pada kameranya, dan duduk di sebelah Ryeowook yang melepas sapu tangan tebalnya.
Kyuhyun menatapnya sambil meminum air mineral. “Ini masih harus dihias, kan?”
Ryeowook merasa hidupnya seperti tinggal satu detik lagi setelah mendengar itu. “Oh iya. Astaga.” gumamnya malas, lalu memejamkan mata. Kyuhyun hanya menampakkan cengiran tampannya sambil menepuk pundak Ryeowook.
“Tenang, aku akan mengerjakannya!” seru Kyuhyun. Ryeowook menatapnya, di matanya tersirat rasa tidak percaya yang begitu besar.
“Kau mau Sooyoung makan kue hancur? Lagipula sejak kapan Cho Kyuhyun punya bakat di bidang memasak?” tanya Ryeowook, lebih ke sindiran agar Kyuhyun tidak pernah merepotinya lagi setelah ini.
“Yah, tentu saja since I’m in love.” jawab Kyuhyun. Ryeowook mengernyit, rasanya orang-orang di dunia aneh ini semakin aneh juga baginya.
-k—y
—When I’m in love, I want to give everything in my life to you
Sooyoung terkena demam tinggi sampai harus dirawat di rumah sakit.
Dan Kyuhyun paniknya luar biasa.
“Sudahlah, Kyuhyun, tidurlah.” suruh Sooyoung. Ini sudah hari ketiga gadis tinggi itu menetap di rumah sakit dan kondisinya makin membaik. Bahkan rencananya besok pagi infus sudah akan dilepas dari tangan kirinya.
“Tidak, nanti jika terjadi apa-apa bagaimana?” tanya Kyuhyun, yang duduk di sisi tempat tidur Sooyoung sambil mengelus tangan kanan gadisnya. Lelaki itu keras kepala sekali, bahkan sejak Sooyoung masuk rumah sakit sampai sekarang, ia terus menunggui sampai hanya tidur empat jam dalam tiga hari ini.
“Aduh, bahkan wajahmu sudah pucat begitu. Tidurlah, walaupun didekatku seperti ini. Aku akan membangunkanmu jika aku merasakan sesuatu,” kata Sooyoung. Kyuhyun menghela nafas, ia mengakui jika tubuhnya lelah dan—sangat—butuh tidur, tapi ia tak bisa menghilangkan rasa khawatirnya.
“Baiklah, tapi janji akan membangunkanku,” jawab Kyuhyun. Sooyoung hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu membiarkan Kyuhyun menumpukan lengannya di atas tempat tidur Sooyoung dan menyenderkan kepalanya di antara lengan. Matanya mulai terpejam dan tidak membutuhkan waktu lama ia sudah terlelap.
Kyuhyun tampak seperti anak kecil ketika tidur dan Sooyoung tak dapat berpikir apalagi selain lelaki itu kelihatan imut. Ia memutuskan mencium kening Kyuhyun sekilas dan setelah itu ia berpikir.
Sooyoung sendiri bingung, kenapa Kyuhyun begitu mengkhawatirkannya. Padahal Kyuhyun tidak perlu memaksakan diri, apalagi—Sooyoung pikir—ia hanya terkena demam. Jika dipikir-pikir lagipun, ini hanya contoh kecil yang membuktikan Kyuhyun adalah kekasih yang perhatian.
Tambahkan lagi, setiap pagi di rumah sakit ini Kyuhyun membelikan Sooyoung roti lapis—yang sangat Sooyoung sukai, dan kebetulan tokonya ada di depan rumah sakit ini—dan sekotak besar susu yang bisa Sooyoung habiskan sehari.
Wah. Tiffany dan seluruh teman Sooyoung pasti iri jika gadis itu menceritakan apa saja yang dilakukan Kyuhyun untuknya.
Kenapa ya, Kyuhyun sampai serela itu? Sooyoung mulai berpikir lagi. Mungkinkah ia memang orang yang seperti itu? Atau—
—ah, ini flashback saat mereka baru tiga bulan menjadi kekasih. Pagi-pagi sekali saat Sooyoung terbangun di hari ulang tahunnya, ia langsung menemukan bertumpuk-tumpuk kado yang jumlahnya sama dengan umur barunya. Mayoritas memang hanya berisi makanan, tapi Sooyoung begitu menghargai karena semuanya adalah hadiah dari Kyuhyun.
“Kenapa kau melakukan ini?” tanya Sooyoung saat itu. Kyuhyun mengangkat bahu sambil mengemut lolipop coklatnya.
“Tidak tahu. Pokoknya lelaki yang sedang jatuh cinta itu ingin memberikan apapun ke kekasihnya—”
—with just one expectation, your heart—
“—dengan satu harapan, ia bisa membuatmu bahagia. Agar hatimu senang.” jawab Kyuhyun. Saat itu rambutnya masih agak panjang dan ia masih sangat kekanakan.
Sooyoung membulatkan mata, ketika itu ia masih tidak tahu soal ini-itu dalam sebuah hubungan antara lawan jenis. Tidak tahu rasa apa yang menghantam hatinya kala itu.
“Wow, trims, Kyuhyunie.” gumamnya, terdengar serak.
Ia tidak tahu kenapa tiba-tiba setelah itu pandangannya mengabur dan air mata mengalir melewati pipinya yang masih mengandung lemak bayi; tembam. Sooyoung sesenggukan dengan Kyuhyun disampingnya bertanya-tanya apakah ada yang salah dari semua yang ia lakukan hari itu.
-k—y-
—When a man’s in love
Ketika lelaki sedang jatuh cinta, ia bisa berubah seratus delapan puluh derajat dari yang biasanya. Namun, ia juga bisa benar-benar menjadi seorang ‘lelaki’.
-END-
Author’s note :
Halo-halo. Soal ff kemarin, Just The Way You Are, itu emang liriknya salah, maaf banget. Saya sih cuma ngikutin yang ada di google dan kebetulan dapet yang salah-___-. Maaf sekali lagi *bows*. Yang Kyuhyun nyanyiin di awal ff ini itu lagunya SJ yang Snow White. Terus permainan pake stopwatch itu terinspirasi dari animenya Detective Conan yang judulnya The Private Eyes’ Requirem
Give me comment ok!
