Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

[Oneshot] Jealous

$
0
0

Jealousy

 

Judul   : Jealous

Penulis : Miichan

Genre  : Semi AU; Romance; Comedy

Jenis    : Fanfiction Oneshot

Rating : PG-15

Tokoh  :

-                      SNSD Sooyoung sebagai dirinya sendiri;

-                      Super Junior Kyuhyun sebagai dirinya sendiri;

-                      SNSD Taeyeon sebagai dirinya sendiri;

-                      Super Junior Sungmin sebagai dirinya sendiri.

Disclaimer       : well, cerita ini diambil dari sedikit bagian kehidupan Sooyoung dan Kyuhyun. Dengan modifikasi oleh imajinasi saya yang berlebihan. Saya nggak mengambil keuntungan apapun dari fanfiction yang saya buat, kecuali untuk hiburan semata.

Dan, Plagiat itu sampah.

Jealous

Cemburu itu menguras hati. Bikin emosi.

Pebruari 2012

“Manager Oppa sudah menghubungi teknisi dan mereka akan segera memperbaiki kerusakannya.”

“Berapa lama?”

“Entahlah, tapi akan kupastikan mereka bekerja dengan cepat.”

Gadis berpipi agak tembam itu terdiam beberapa saat. “Taeng, bisa tunda dulu perbaikannya dan dahulukan keluarkan aku dari sini?” dari nada bicaranya, jelas sekali gadis itu tengah merengek.

“Tidak,” ada jeda sejenak. “Entahlah, Syoo. Bisa bersabar sebentar?” gadis lain yang bicara melalui sambungan telepon itu melembutkan intonasinya, berharap si gadis pipi tembam tidak menjadi panik.

Sedang gadis yang dikhawatirkan malah melirik sekilas ke arah sudut di samping kirinya, di mana seorang pria tengah bersandar sembari menekuri game portabel dalam genggamannya.

Aku bisa bersabar, kalau saja bukan dia yang terjebak bersamaku dalam lift sialan ini!’ batin gadis itu sebelum melontarkan jawaban. “Tapi, Taeng, aku harus segera mengumpulkan paperku. Kau tahu, kan, dosen tua itu menyebalkan sekali? Kalau aku terlambat semenit saja, bisa bahaya nilaiku semester ini.”

Well, itu hanya alasan yang tujuh puluh persennya adalah dusta. Tapi, dusta itu penting di saat-saat seperti ini.

Terdengar helaan napas dari ujung telepon. “Baiklah, baiklah. Akan kuminta teknisinya mengeluarkanmu dulu. Secepatnya.”

“Jangan lama-lama!”

“Aku kan tadi bilang ‘secepatnya’. Sudah, bersabar saja, oke?”

Raut wajah si gadis tembam yang memang sudah kusut tampak semakin semrawut. “Oke,” jawabnya lemah.

Dan sambungan telepon pun terputus. Gadis itu kemudian melesakkan ponselnya ke dalam saku celana denim yang membalut kaki jenjangnya sebelum memerosotkan tubuh hingga duduk menekuk lutut dan bersandar di pojokan ruang berdimensi dua kali dua kali tiga setengah meter tersebut.

Sooyoung—nama gadis dengan ekspresi putus asa itu—mengecek arloji berlabel CC yang melingkari tangan kirinya, hadiah dari Siwon saat agensi mengadakan konser tur dunia di Paris beberapa bulan lalu. Gadis itu mendesah frustasi setelahnya, menyadari jika belum lewat lima menit sejak ia sadar benda balok berlapis metal itu berhenti bekerja sebagaimana mestinya.

Padahal, kurang dari sepuluh menit lalu Sooyoung senang bukan kepalang karena latihan hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya. Ia memiliki waktu setidaknya dua jam sebelum kuliah pertamanya dimulai, minus kurang lebih dua puluh menit perjalanan dari kantor agensi ini menuju kampusnya. Dan Sooyoung, tadinya, berencana menggunakan waktu luangnya untuk mengerjakan tugas matematika dasar dengan bantuan salah satu teman jeniusnya di kantin kampus, sembari menikmati beberapa porsi french fries dan milkshake. Tapi kenyataannya, sekarang ia malah terjebak dalam ruang sempit dengan dinding berlapis metal baja dan pintu berlapis yang tertutup rapat. Menyangkut di antara lantai empat dan tiga.

Memalukan sekali seandainya orang-orang mengetahui jika agensi sebesar SM Entertaiment yang selalu sukses mengorbitkan idol didikannya hingga dunia internasional memiliki lift bobrok seperti ini. Uang hasil kerja artis-artisnya dipakai apa saja, sih, selain menggaji pekerja?

Tangan Sooyoung terangkat menggusak-gusak kepalanya. Depresi memikirkan berapa lama ia akan mendekam di dalam sini. Belum lagi suara efek macam ‘Dorr!’, ‘Dezzing!’, ‘Bip-bip!’ dari benda laknat bernama PSP yang dimainkan pria yang juga terjebak bersamanya membuat Sooyoung makin frustasi. Terimakasih pada Taeyeon, karena leadernya itu tidak menyebutkan angka sebagai limit waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan gadis jangkung itu dari sini. Level frustasi Sooyoung meningkat lagi sepertinya, seperti level permainan yang dimainkan pria itu.

Demi Amber memakai rok rumbai-rumbai sambil menari hula-hula, dari sekian ratus orang yang berada di kantor agensi hari ini kenapa harus laki-laki itu yang terjebak dalam lift amcet bersamanya? Ini hari yang cerah, kan? Sooyoung tidak mendapat firasat tentang ini ketika bangun tidur tadi pagi.

‘Oke, Sooyoung, tenang… tidak apa-apa. Ini tidak akan lama.’ Well, setidaknya inner gadis itu tidak ikut-ikutan tertekan. ‘Tarik napas dalam-dalam, hembuskan…’ dan yah, Sooyoung menuruti bisikan batinnya; menghela napas lalu menghembuskannya. Terus begitu beberapa kali, diringi doa memohon keajaiban Tuhan agar pintu baja di hadapannya terbuka dan memberinya akses keluar dari lift butut ini. Dia anak yang baik, kan? Tuhan pasti mendengar doanya.

“Kalau kau terus melakukannya, aku yakin kita akan cepat mati keracunan karbon dioksida.”

Cih! Bersuara juga dia.’ Lirikan mata Sooyoung menyertai gumaman sinis dalam benaknya untuk satu-satunya makhluk hidup lain dalam ruang sempit itu. “Memangnya apa yang kulakukan? Sepertinya fatal sekali.”

Manusia bergender laki-laki itu tidak sedikitpun membagi fokus sepasan matanya dari PSP yang tengah ia mainkan. “Bernapas seperti tadi. Apa lagi?”

Sooyoung menyeringai tipis setelah terdiam sepersekian detik. “Dari yang pernah aku baca, manusia akan lebih cepat mati kekurangan oksigen daripada keracunan karbon dioksida saat terjebak di ruangan tertutup,” celotehnya kemudian. Ada kebanggaan tersendiri menyeruak di dadanya, merasa bangga karena ia pikir pengetahuannya melebihi pria yang terkenal cerdas itu.

“Nah, kau sendiri sudah tahu. Jadi, bernapas saja seperti biasa,” respon pria itu tanpa intonasi, dengan gaya bicara yang biasa dia gunakan sehari-hari.

Dahi gadis yang rambutnya diikat ekor kuda itu mengerut, nyaris membuat kedua ujung alis rapinya bertemu. Matanya tidak lagi mencuri-curi lihat pada pria berkulit pucat itu, melainkan kini melancarkan tatapan intens sarat akan ketidaksukaan. Rasa bangganya terpatahkan oleh kalimat yang ditangkap telinganya dengan makna: “Pengetahuanmu tidak akan berguna sama sekali jika kau tidak merealisasikannya, dasar bodoh!”

Seringai yang setadinya terbentuk kini pudar. Bibir Sooyoung merapat, tampak makin tipis. Sekarang batinnya ikut frustasi, berteriak-teriak emosi mengatai pria itu. Ya, hanya batinnya saja, karena Sooyoung terlalu gengsi untuk meneriaki bungsu Super Junior itu secara langsung. Setidaknya untuk saat ini.

Akhirnya, Sooyoung menyudahi tatapan mautnya pada Kyuhyun. Jika saja Sooyoung dianugerahi kekuatan super semacam dapat memancarkan sinar gamma intensitas tinggi dari sepasang mata jernihnya, tubuh pucat lelaki itu pasti sudah membentuk serpihan karbon sangat amat halus hingga dapat bersublimasi dan perlahan hilang tanpa sisa. Imajinasi yang bagus, ngomong-ngomong.

Tidak ada lagi yang bersuara kecuali si hitam kecil dalam genggaman Kyuhyun. Sooyoung memilih mengeluarkan diktat kuliahnya dari tas selempang yang tergeletak di sampingnya. Gadis itu pikir mencicil tugas kuliahnya jutaan kali lebih baik ketimbang mengurusi Cho Kyuhyun. Buang waktu, buang energi, tidak bermanfaat.

Kemudian, menit-menit pun berlalu dengan keduanya yang bergeming dalam kesibukan masing-masing. Tidak Sooyoung pedulikan suara dari PSP yang masih Kyuhyun mainkan. Telinganya sudah kelewat terbiasa menulikan diri untuk itu.

Terlalu fokus pada soal dalam lembaran bukunya, Sooyoung tidak menyadari jika sunyi kini mendominasi. Kyuhyun tidak lagi memainkan PSP, bahkan ia sudah duduk bersila di samping Sooyoung dengan jarak tidak sampai lima inchi.

“Sedang apa kau?”

Sooyoung menoleh dan seketika mendapat serangan jantung dadakan. Kaget mendapati Kyuhyun tengah menatapnya dalam zona merah. Artinya itu berbahaya.

“HYA! Menjauh dariku!” Sooyoung refleks mendorong dada Kyuhyun sekuat yang ia bisa hingga laki-laki itu terjungkal lumayan keras.

“Aduh! Kau ini kenapa, sih?” nada bicara Kyuhyun tidak terdengar ramah. Tapi bukannya dia memang seperti itu, ya?

Sooyoung mengacungkan mata pena tepat di depan wajah Kyuhyun. “Jangan coba-coba dekat denganku!”

Alis Kyuhyun terangkat. “Apa terjadi sesuatu dengan kepalamu, Sayang? Dari kemarin kau aneh sekali.”

Jawaban yang Kyuhyun dapat hanyalah dengusan sinis sebelum gadis itu kembali berkonsentrasi dengan bukunya.

‘Masih berani dia memanggilku begitu?! Cih!’ batin Sooyoung mencibir.

“Hei, aku bertanya padamu, Choi!” dalam satu tarikan Kyuhyun mengambil alih buku di pangkuan Sooyoung.

“Ya! Kembalikan! Main saja dengan PSPmu sana!”

“Tidak!” dengan cekatan Kyuhyun menggerakkan tangannya ke sana-ke mari. Menghindari Sooyoung yang berusaha mengambil kembali benda bersampul Keroro itu—pasti kerjaan Joohyun.

“Ya! Cho Kyuhyun!”

Sekarang keduanya sudah berdiri berhadpaan dengan Kyuhyun yang mengacungkan diktat Sooyoung tinggi-tinggi dan Sooyoung yang berusaha meraihnya sampai berjinjit-jinjit. Namun, setiap kali Sooyoung nyaris menyentuh bukunya, maka dengan secepat kilat pula tangan Kyuhyun berkelit. Sooyoung bertambah kesal, dan Kyuhyun menikmati itu.

“Tsk! Sudahlah. Kalau kau mau, ambil saja buku itu!” akhirnya Sooyoung menyerah. Gadis dengan tinggi di atas rata-rata perempuan Asia itu sedang tidak berminat meladeni candaan dan kejailan Kyuhyun. Tidak sebelum dua puluh empat jam lewat ke belakang.

Kedua kalinya Sooyoung mengecek angka yang ditunjukkan arlojinya. Dua puluh enam menit, dan belum ada tanda-tanda lift kembali bekerja, atau minimal pintunya terbuka.

“Kau salah mengerjakannya, Choi sarang.”

Sooyoung menatap malas buku yang sudah terbuka di hadapannya.

“Soal matematika dasar seperti ini saja kau tidak bisa.”

Sooyoung melirik Kyuhyun sekilas, kemudian membalik tubuhnya menghadap dinding dan duduk memeluk kedua lututnya. Lagi-lagi innernya murka. Merutuki Kyuhyun habis-habisan. Sooyoung kesal padanya, tidakkah laki-laki itu merasakannya? Dan sekarang Kyuhyun malah membuat kekesalan Sooyoung berkali-kali lipat lebih besar lagi dengan mengatakan sesuatu yang melukai harga dirinya. Memangnya kenapa jika Sooyoung tidak bisa mengerjakan soal bilangan eksponen dan logaritma sialan itu? Salahkan saja matematika yang memaksa menjejalkan diri dalam mata kuliah yang harus ia kontrak semester ini. Toh Sooyoung ‘kan ambil jurusan teater bukan untuk belajar matematika.

“Choi sarang, menghadap kemari,” titah Kyuhyun.

“Tidak mau!” balas Sooyoung ketus. Lupa jika seharunya ia tidak perlu mengatakan apa-apa lagi pada pria itu karena tingkat kekesalannya sudah melewati tingginya menara Eiffel saat ini.

“Kemari, akan kuajari kau mengerjakannya.”

“Tidak usah! Menjauh dariku dan main game saja sana!”

“PSPku habis baterai. Ayolah… kau ini kenapa, sih?”

Sooyoung bergeming, berkonsentrasi merapal doa agar pintu lift segera terbuka.

“Soo…”

Tubuh Sooyoung menegang saat sepasang lengan melingkari bahunya dan sesuatu membebani bahu kanannya. Alarm dalam kepala Sooyoung berbunyi nyaring. Ini lebih dari sekedar bahaya.

“Kau marah padaku, hm?”

Jantung Sooyoung mulai bekerja melewati batas di mana dia bisa menoleransi detakannya. Sesuatu dalam perutnya ikut bereaksi, seperti berputar hingga memberi efek mulas yang berbeda saat suara baritone Kyuhyun terdengar berbisik pelan disertai napas pria itu yang mengenai sisi lehernya. Sooyoung bergidik dan Kyuhyun menyeringai puas.

Pabo! Menyingkar dariku! Baik, baik. Ajarkan aku mengerjakan soalnya!” tubuh Sooyoung menggeliat-geliat, berusaha agar terlepas dari dekapan Kyuhyun.

“Tidak, ah. Aku lebih suka seperti ini saja daripada berpusing-pusing mengajarimu,” sahut Kyuhyun santai, diakhiri dengan aksi mengecup leher gadisnya. Nah! Ia suka menggoda Sooyoung seperti ini.

Tapi sepertinya Kyuhyun lupa jika Sooyoung sudah terlalu lama bergaul dengannya. Tentu otak gadis itu tidak lagi polos, dan ia sudah mampu merangkai rencana untuk membalas Kyuhyun.

“ARGH! YA!” akhirnya rangkulan Kyuhyun terlepas setelah Sooyoung dengan rasa gemas dicampur kesal tingkat Dewa Zeus menggigit tangannya. Meski berbalut cardigan, gigitan Sooyoung terasa luar biasa sakit. Pasti berbekas.

Kyuhyun mengelus pelan bagian lengannya yang berdenyut-denyut. “Dasar barbar!”

“DAN KAU IBLIS HEMAFRODIT IDIOT KARENA MEMACARI GADIS BARBAR!” suara Sooyoung memantul di keempat sisi dinding metal hingga menghasilkan gaung dalam rentang waktu sepersekian sekon.

Lalu hening.

Kyuhyun terkejut, menatap syok pada Sooyoung yang sudah berdiri dengan dada turun-naik dalam tempo cepat. Tidak perlu analisis dua kali, Sooyoung marah padanya.

Tapi kenapa? Ini bukan kali pertama Kyuhyun menggoda Sooyoung, dan gadis itu tidak pernah menampakkan emosi seperti sekarang sebelumnya.

Tidak sampai di situ kejutan yang Kyuhyun dapat, matanya bisa membelalak lebih lebar lagi ketika melihat sesuatu keluar dari mata jernih Sooyoung.

Hei! Hei! Kyuhyun tidak suka gadisnya menangis. Ada apa ini? Apa bercandanya keterlaluan?

Perlahan Kyuhyun berdiri tanpa melepaskan tatapannya dari Sooyoung yang mulai menunduk dengan bahu bergetar disertai suara isakan tertahan.

“Soo, kau kenapa?” Kyuhyun bertanya hati-hati.

“Kau yang kenapa, Bodoh!”

Oke, Kyuhyun bingung sekarang. Memangnya dia kenapa?

“Aku tidak kenapa-kenapa, aku baik-baik saja,” jawab Kyuhyun polos.

Harusnya Sooyoung yang menjawab. Perilakunya sejak kemarin aneh sekali. Seperti yang menghindari Kyuhyun, dan sekarang malah mengamuk-amuk. Sooyoung jadi seperti remaja labil saja kalau begitu.

“Dasar idiot! Pabo! Baka! Stupid! Autis!” akhirnya apa yang sedari tadi hanya Sooyoung teriakkan dalam kepalanya keluar juga. Lengkap dengan aksi memukuli bagian tubuh Kyuhyun manapun yang bisa dia pukul.

“Aish!” segera Kyuhyun menangkap pergelangan tangan Sooyoung. Ia mendorong tubuh ramping gadis itu merapat ke dinding dan mengurungnya. “Choi Sooyoung! Berhenti menangis! Tatap aku dan katakan dengan jelas ada apa!” tegas Kyuhyun. Ya, dia bisa jadi begitu tegas selain dari mengeluarkan kata-kata pedas atau kalimat-kalimat menggoda.

Sooyoung tidak merespon, tetap tertunduk.

“Choi Sooyoung…” Kyuhyun menekan nada bicaranya sebisa mungkin untuk tidak terdengar membentak. Dia tidak boleh terbawa emosi, tidak boleh. “Katakan sesuatu.”

Leher gadis itu bergerak saat menelan ludahnya. Ia memberanikan diri mendongak menatap Kyuhyun. Dengan suara yang bergetar disela isakannya, Sooyoung mengatakan sesuatu, “Sebenarnya kau anggap aku apa, hah?”

Kesekian kalinya dalam kurun waktu kurang dari satu jam Sooyoung membuat Kyuhyun heran. Wanita memang merepotkan. “Kau pacarku, tentu saja.”

“Lalu kenapa kau tidak mengatakannya?!”

“Mengatakan apa?”

Sooyoung menggeram. “Dasar bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh! Iblis idiot!”

“Hei, Soo, dengar!” Kyuhyun melepaskan cengkramannya pada tangan Sooyoung dan beralih mendongakkan kembali wajah gadis itu yang sudah basah karena air mata. Ia menatap lurus-lurus ke dalam hazel gadisnya yang agak memerah dan sembab. “Bagaimana aku bisa mengerti apa yang kau maksud jika kau tidak mengatakannya? Aku ini bukan cenayang dan pikiranmu sulit kutebak. Jadi, bisa akhiri semua ketidakjelasan ini dan katakan apa yang mau dengar dariku?” lanjut Kyuhyun dengan nada lebih lembut sembari mengusap air mata Sooyoung.

Hening beberapa saat. Kyuhyun menunggu dengan sabar.

Blind date.” Akhirnya Sooyoung bersuara lagi, lebih ketus meski suaranya lebih pelan.

Dahi Kyuhyun mengerut. “Blind date?”

Sooyoung mendengus lalu membuang tatapannya. Meskipun ia tadi mengata-ngatai Kyuhyun idiot dan bodoh, tapi Sooyoung tahu benar jika pria yang berstatus sebagai kekasihnya itu cukup pintar untuk mengerti apa yang baru saja ia katakan. Tapi kalau Kyuhyun masih tetap tidak mengerti, dunia harus menciptakan satu kata baru untuk menunjukkan keadaan ‘Lebih dari idiot’ sebagai predikat bagi Kyuhyun.

Blind date. Dua kata itu terus berputar di kepala Kyuhyun selama beberapa saat, lalu tiba-tiba salah satu sudut bibir pria itu terangkat. ‘Oh! Aku mengerti sekarang!’

“Oh, blind date. Kukira apa,” ujar Kyuhyun santai.

Ekor mata Sooyoung melirik sinis pada Kyuhyun. Batinnya lagi-lagi mengumpat kesal. Baru saja Sooyoung sadari jika ia telah menjatuhkan harga dirinya. Kyuhyun pasti berpikiran macam-macam.

“Ya! Apa-apaan senyummu itu?! Aku tidak cemburu!”

“O?” Kyuhyun memasang ekspresi pura-pura terkejut, padahal di benaknya ia sudah tertawa terpingkal-pingkal, berguling sambil memegangi perutnya. “Aku tidak bilang kau cemburu, Sayang.”

‘Sial!’ rutuk Sooyoung. “Biarpun kau tidak mengatakannya, aku tahu kau memikirkannya!”

Melihat gambaran mimik wajah Sooyoung saat ini, Kyuhyun tidak bisa untuk tetap menyimpan tawanya di dalam hati. Sooyoung benar-benar membuatnya merasa tehibur, dengan mata agak bengkak dan agak merah, hidung dan kedua pipi tembamnya yang merona, juga bibir tipis merah sedikit mengerucut dan kening mengernyit. Ajaibnya, Kyuhyun tetap menganggap jika Sooyoung sangat cantik meskipun habis menangis begitu. Dan ia tahu, ia telah jatuh cinta lagi pada gadis di hadapannya ini.

“Berhenti tertawa!” Sooyoung menginjak kaki Kyuhyun tanpa ampun.

“Aduh!” dan tawa menggelegar Kyuhyun digantikan ringisan anak anjing. “Choi sarang, kalau kau tidak cemburu, kenapa sampai mengabaikanku, hm?”

“Karena kau menyebalkan! Kalau kau menganggapku pacarmu, kenapa tidak mengatakan soal blind date itu padaku? Kau takut aku melarangmu, begitu? Kau takut aku mengacaukan pekerjaanmu? Atau kau memang tidak menganggapku sama sekali?” semuanya mengalir begitu saja dari bibir Sooyoung, cepat dan sarat emosi.

Kyuhyun dapat menangkapnya dengan baik, dan ia hanya tersenyum tenang mendengar kata-kata gadis jangkung itu. Ia menghela napas dalam-dalam sebelum memberikan jawaban.

“Oke, aku minta maaf karena tidak memberitahumu soal ini. Bukan karena aku tidak menganggapmu, tapi karena kita memang sudah terbiasa seperti ini, kan?”

Kini giliran Sooyoung yang dibuat kebingungan mencerna kata-kata Kyuhyun.

“Ayo duduk.” Kyuhyun menarik Sooyoung agar duduk berhadapan dengannya. “Kita sudah terbiasa untuk tidak membahas pekerjaan masing-masing, kan? Kau sendiri yang mengatakannya dulu. Kita hanya perlu saling mengabari jika tidak bisa bertemu, tanpa perlu membicarakan detil apa yang kita kerjakan. Karena kita saling memercayai, bukan?”

Laki-laki itu jelas tidak ikut tersulut emosinya. Kyuhyun mengerti di bagian mana benang yang menyambungkannya dengan Sooyoung terjalin dengan tidak benar, dan ia berusaha memperbaikinya perlahan-lahan supaya tidak semakin kusut.

Dalam hati Sooyoung membenarkan. Awal mereka berkomitmen sebagai pasangan, keduanya sepakat untuk tidak membahas secara detil pekerjaan masing-masing. Toh keduanya sudah sama-sama mengerti. Keduanya bekerja di bidang yang sama, dan sudah tahu hal-hal seperti apa saja yang mungkin akan mereka lakukan.

“Tapi, kan… ini berbeda.” Sooyoung masih belum puas dengan jawaban Kyuhyun. Tapi setidaknya nada bicaranya tidak lagi sarat emosi.

“Berbeda apanya?”

“Kau akan… kencan dengan gadis lain. Setidaknya kau memberitahu aku. Menyebalkan sekali mengetahuinya dari orang lain. Seperti mendapat kabar kau selingkuh, tahu!”

“Kau tahu dari siapa? Internet?”

Sooyoung menggeleng. “Kemarin aku dan Yoona sarapan bersama Key dan—”

“Key?” potong Kyuhyun dan Sooyoung mengangguk. Yeah, lelaki satu itu memang sangat cerewet dan penggosip ulung untuk ukuran laki-laki, Kyuhyun seharusnya tidak heran dengan itu.

“Tapi bukan berarti aku cemburu, loh, ya!” sambar Sooyoung cepat-cepat.

Kyuhyun hanya menyeringai dan menatap Sooyoung nyaris tidak berkedip. Seolah-olah berkata: “Aku tahu segalanya, Choi sarang.”

“Oh, baik!” Sooyoung memutar bolamatanya. “Aku juga kesal karena tahu kau akan bebas berkencan dengan gadis lain di muka umum tanpa takut itu akan memengaruhi karirmu. Berbeda jika kita yang ketahuan berkencan,” terangnya. Tapi melihat seringai Kyuhyun yang malah semakin lebar, Sooyoung dengan segera menambahkan, “Tapi itu bukan berarti aku cemburu!”

“Itu hanya variety show.”

“Tetap saja namanya kencan!”

“Dengan skrip rekaan, direkam, untuk hiburan, dan aku dibayar.”

Sooyoung terdiam sejenak. “Tapi, kan…”

“Astaga! Apa lagi? Kau tidak percaya padaku? Dengar, ini akan seperti drama musikalku. Aku hanya akan berakting, tidak benar-benar berkencan.”

“Bukan begitu. Haya saja—”

“Demi Tuhan! Kau mau kucium, ya?”

Mata Sooyoung membelalak. Secara spontan ia mendorong punggungnya ke belakang untuk membuat jarak dengan Kyuhyun dan menutup bibirnya memakai telapak tangan.

Kyuhyun lagi-lagi dibuat tidak bisa menahan tawanya melihat kepolosan Sooyoung. Berapa umur gadis itu sekarang? Dia bukan lagi anak SMP.

“Hahaha… sekarang aku tahu bagaimana cara membuatmu berhenti bicara.”

“Ish! Sialan kau!” Sooyoung menendang kaki Kyuhyun.

“Aw! Ya! Kenapa kau tidak pernah bersikap manis pada pacarmu yang tampan ini?” sepertinya Kyuhyun memang cocok menjadi aktor karena kini ia sudah memasang tampang minta dikasihani yang lumayan meyakinkan.

“Mimpi saja sana!”

“Kalau kau begini terus, aku benar-benar akan selingkuh.” Ekspresi Kyuhyun berubah menjadi serius dan nada bicaranya tidak lagi terdengar menggoda.

Sooyoung mencibir meremehkan. “Memangnya kau bisa?”

Wajah datar Kyuhyun tidak bisa bertahan lama ternyata. Dia malah merebahkan tubuhnya dan menggunakan paha Sooyoung sebagai bantalan kepala. “Entahlah. Kalaupun bisa, aku tidak yakin jika aku bisa benar-benar tidak menatapmu,” gumamnya pelan, namun cukup keras untuk didengar Sooyoung, membuat senyum lembut tersungging di bibir gadis itu.

“Aku lega semuanya baik-baik saja.” Kelopak mata Kyuhyun perlahan tertutup.

“Aku juga,” balas Sooyoung sembari mengelus rambut jabrig cokelat kemerahan Kyuhyun yang terasa halus menggelitik telapak tangannya.

“Soo…”

“Hm?”

“Mungkin ke depannya masalah seperti ini akan datang lagi, mungkin lebih besar dari ini. Dan kalau itu terjadi, kita harus membicarakannya baik-baik. Kalaupun kita saling berteriak pada akhirnya, tetaplah ingat jika aku berteriak bukan karena aku membencimu, tapi karena aku tidak mau kehilangan dirimu.”

“Ya, aku akan mengingatnya.”

Mata Kyuhyun kembali terbuka. Mendapati Sooyoung setengah menunduk menatapinya. Figur wanita itu kelewat sempurna di mata Kyuhyun sampai ia selalu kehilangan kata-kata untuk menjelaskannya. Dan dari semua bagian yang sempurna itu, Kyuhyun sangat menyukai sepasang mata kecokelatan yang kini membalas pandangannya.

“Soo…”

“Ya?”

Kyuhyun mengangkat tangan kanannya. “Ini masih sakit, loh.” Dia mengusap pelan bekas gigitan Sooyoung.

Kyuhyun bisa memastikan pipi gadis itu merona lagi. Sooyoung dengan segera menggumamkan kata maaf, ditambahi sedikit pembelaan diri dengan mengatakan jika Kyuhyun tidak bertingkah menyebalkan tentu saja ia tidak akan menggigit lengannya. Ya, tentu saja. Wanita punya seribu cara untuk membalikkan keadaan jika itu menyangkut ‘siapa yang salah’.

Laki-laki itu menghela napas berat dan dalam sebelum mengerling jail. “Sebenarnya, sih, aku tidak keberatan sama sekali kau menggigitku. Tapi tentu saja tidak sekeras tadi dan di tempat yang berbeda.”

Perlu lebih dari tiga detik bagi Sooyoung untuk mencerna kalimat yang Kyuhyun ucapkan. Begitu mengerti maksudnya, Sooyoung terlambat untuk menjitak, menggeplak, mencubit, atau apapun tindak aniaya lainnya karena Kyuhyun bergerak terlalu cepat untuk menegakkan tubuhnya, menarik tengkuk gadis itu dan memberi satu ciuman panjang.

Cukup panjang sampai lift akhirnya bergerak turun ke lantai tiga dan pintunya terbuka. Cukup panjang sampai seseorang perlu menginterupsi mereka.

“Apa aku harus meminta teknisi agar membuat liftnya kembali macet?”

Sooyoung mendorong Kyuhyun menjauh. Tersenyum malu pada gadis yang tengah bersedekap di depan lift.

“Hai, Taeyeon!” Kyuhyun melambaikan tangan kanannya sambil menyeringai tanpa dosa.

Gadis itu memutar bolamatanya. “Liftnya punya cctv, kalau kalian lupa.”

“Hah?!” Sooyoung refleks berdiri lalu tanpa ampun menjambak rambut Kyuhyun yang masih terduduk. “Hya! Dasar bodoh! Bodoh! Bodoh!”

“Aiya! Ya! Lepas! Choi! Ya!”

Taeyeon mendengus. “Seharusnya teknisi-teknisi itu tidak usah memperbaiki liftnya. Mereka selalu membuat sakit kepala, lebih baik jika mereka terjebak di sana.”

*

Setahun kemudian, Juli 2013

“CHOI SOOYOUNG!!!”

Tidak, teriakan itu bukan di sebuah konser tur dunia SNSD, bukan juga di acara musik di mana SNSD tampil dengan lagu baru atraktifnya. Teriakan itu juga bukan dari dalam asrama sembilan gadis cantik yang digilai banyak kaum Adam. Teriakan itu bahkan kemungkinan besar tidak akan di dengar oleh si pemilik nama, mengingat Choi Sooyoung sendiri tidak terlihat wujudnya dalam jarak jangkauan teriakan itu.

Tapi teriakan itu berhasil membuat gempar tiga orang lainnya yang mengisi asrama. Donghae, Hyukjae dan Sungmin terjungkal dari ranjang masing-masing karena mimpi indah mereka dirusak teriakan empat oktaf. Demi Tuhan! Ini tengah malam!

Ketiganya memburu ruang tengah seperti dikejar hantu, menemukan anggota termuda dari Super Junior sedang mondar-mandir dengan wajah yang nyaris berasap. Donghae baru saja akan bertanya apa yang terjadi, namun Sungmin sudah lebih dulu menunjuk layar televisi yang menayangkan adegan manis penutup drama. Donghae mengenali dua orang itu tentu saja. Dan dengan segera ia menyumpahi Kyuhyun sambil kembali masuk ke dalam kamarnya, begitu juga Hyukjae.

Sungmin menggeleng pelan menatapi adik kesayangannya itu. Kyuhyun yang sedang cemburu sangat berbahaya. Sungmin akan menghubungi Sooyoung segera dan memberi gadis itu nasihat untuk tidak begitu saja menerima tawaran pekerjaan yang datang padanya.

“Aku lihat dramanya.” Kyuhyun mengatakannya dengan datar begitu teleponnya diangkat, kontras dengan wajahnya yang menunjukkan ia bisa meledak kapan saja.

“Oh? Kau lihat? Hari ini episode terakhirnya. Apa kau menonton dari awal?” suara Sooyoung terdengar antusias.

“Ya.” Tapi jawaban Kyuhyun tetap datar, dan dingin.

“Benarkah? Lalu, menurutmu bagaimana aktingku?”

“Buruk.”

“Apa?! Ya!”

“Kenapa kau tidak bilang padaku kalau ada adegan ciumannya, hah?!”

Nah, Cho Kyuhyun sudah mulai.

“Kau… cemburu?” jika Sooyoung ada di hadapannya saat ini, Kyuhyun pasti bisa melihat dengan jelas bagaimana gadis itu meniru seringainya dengan baik sekali.

Kyuhyun menggeram. “Tentu saja aku cemburu! Kau pikir laki-laki mana yang tidak cemburu saat pacarnya berciuman dengan laki-laki lain, hah?!”

“Wah, kau jujur sekali.”

“Kau tahu bukan itu yang ingin kudengar! Kenapa kau tidak memberitahuku?”

Suara Sooyoung terdengar lebih pelan dan lembut. “Karena aku tahu kau akan percaya padaku, seperti aku yang percaya padamu.”

Bibir Kyuhyun sudah terbuka untuk mendebat, tapi kemudian menutup kembali setelah kepalanya berhasil memproses kata-kata Sooyoung. Emosi memang seringkali membuat otak bekerja dengan lambat.

“Kau percaya padaku, kan?” suarang gadis itu terdengar lagi.

Kyuhyun menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia membawa tubuhnya ke sofa dan duduk di sana. Perlahan kepalanya tidak lagi terasa mendidih.

“Sepertinya kita harus memperbaiki kesepakatan kita,” ujar Kyuhyun lemah. “Apapun yang akan kau kerjakan, kau tetap harus memberitahuku. Aku tidak bisa selalu dikejutkan dengan tiba-tiba seperti ini.”

“Apa… tidak apa-apa? Maksudku, apa kau nanti akan mengerti jika hal-hal seperti ini ada lagi? Ini pekerjaan—”

“Ya, ya. Aku tahu,” Kyuhyun menyela. “Pekerjaan ini memang menguras hati. Kau mengingatkanku untuk cepat-cepat pensiun.”

Terdengar kekehan pelan Sooyoung di ujung telepon. “Baik, aku akan memberitahumu apapun yang kukerjakan. Kau juga harus melakukannya. Meskipun kupikir akan lebih mudah dengan cukup saling memercayai.”

“Aku percaya padamu.”

“Aku tahu.”

Mata Kyuhyun terpejam sesaat ketika ia mengusap wajahnya perlahan. Ia sadar ia sudah meneriaki gadis itu, dan bagusnya Sooyoung tidak balas meneriakinya. Mungkin mood gadis itu sedang dalam keadaan baik. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Sooyoung tidak bersabar dan ikut-ikutan meninggikan suara.

“Soo, maafkan aku,” bisik Kyuhyun.

“Untuk apa?”

Kyuhyun mengusap wajahnya sekali lagi. “Meneriakimu.”

“Tidak apa-apa. Aku selalu mengingat kata-katamu, jika kau meneriakiku, bukan karena kau membenciku tapi…”

‘Karena aku takut kehilanganmu,’ Kyuhyun ikut mengatakannya dalam hati. Tersenyum bangga karena gadis itu mengingat dengan baik apa yang ia katakan, padahal ia tahu ingatan gadis itu tidak terlalu bagus. Tapi senyum di bibir Kyuhyun tidak berkembang dengan lama, ketika sebuah pertanyaan melintas di kepalanya, alisnya kembali menukik tajam.

“Choi sarang, berapa kali kau melakukan NG pada adegan itu?”

“Eh?” suara Sooyoung terdengar kikuk. Membicarakan adegan ciumanmu dengan orang lain pada pacarmu tentu bukan topik yang nyaman untuk dibahas. “Eung… mungkin sepuluh atau sebelas—”

“Kau menciumnya sebelas kali?!”

“Iya—aduh, maksudku tidak. Itu karena aku gugup.”

“Dan kau yang selalu memulai untuk menciumnya?”

Sooyoung mendengus pelan. Kenapa harus membahasnya, sih? Ia saja tidak pernah menanyakan berapa kali Kyuhyun mencium lawan mainnya di drama musikal, atau menanyakan berapa kali Kyuhyun menggerayangi penari latar untuk lagu Club No. 1 di konser Super Show. Ia jadi kesal, hingga terbersit ide untuk membalas Kyuhyun.

“Ya, seperti yang kau lihat. Aku harus menarik Jonghyuk sunbaenim lalu menciumnya dengan agres—”

“YA! Siapa yang mengajarimu melakukan itu, HAH?!” wajah Kyuhyun yang pucat sudah kembali berubah warna jadi merah muda, seperti yang terlalu banyak ditaburi perona pipi.

“Kau.”

“Apa?!”

“Yang mengajariku melakukan itu. Kau, siapa lagi?”

Lagi-lagi Kyuhyun dibuat kehabisan kata-kata. Sooyoung berhasil membalasnya.

Tapi tentu saja Kyuhyun tidak akan begitu saja dijuluki si lidah tajam jika ia tidak bisa membalas ucapan Sooyoung. Dan pengecualian untuk gadis itu, bukan kalimat tajam sarat sarkasme yang akan Kyuhyun lontarkan.

“Ya, kau benar, Sayang. Kau seharusnya berterimakasih padaku.”

Mendengar itu, Kyuhyun yakin Sooyoung kini tengah memutar bolamatanya dan mengatakan sesuatu seperti ‘Yang benar saja!’.

“Ngomong-ngomong, aku juga bukan hanya seorang God kisser, loh. Aku bisa mengajarimu yang lain juga. Asramamu sedang kosong tidak? Atau kau mau kujemput kemari? Kupikir hyungku tidak akan protes mendengar suara-suara—”

“Iblis mesum!”

“Aku belum selesai, Choi sarang. Apanya yang mesum dari bermain monopoli? Hyungku tidak akan marah hanya karena mendengar suara dadu dikocok.” Kyuhyun menyeringai puas. Dapat dibayangkan gadisnya itu tengah merona menahan malu, ia bahkan bisa mendengar umpatan-umpatannya.

“Sialan kau!”

“Aku juga mencintamu, Sayang.”

Kyuhyun tertawa keras setelah Sooyoung menutup teleponnya tanpa mengatakan apa-apa lagi selain menggeram emosi. Selalu berakhir seperti ini. Ia akan menggoda gadis itu dan pacarnya itu akan melarikan diri karena malu. Ia selalu suka kegiatan ini, terlebih lagi jika ia dan Sooyoung berhadapan secara langsung. Kyuhyun akan mengantisipasi untuk melihat kilatan-kilatan malu dan kesal dari mata gadis itu.

Plak!

Tawa Kyuhyun berhenti begitu satu geplakan mendarat di puncak kepalanya. Saat mendongak, ia menemukan Sungmin dengan piyama merah muda menusuk mata tengah berkacak pinggang.

“Ya, Lee Sungmin! Neo micheoso!” umpat Kyuhyun sembari mengusap puncak kepalanya.

“Ini tengah malam, kau berteriak kesetanan, lalu tertawa-tawa sendiri. Menurutmu, siapa yang gila?” balas Sungmin tajam. “Kembali ke kamarmu dan jangan buat keributan sebelum jam delapan pagi!”

Kyuhyun mendesis kesal sebelum beranjak ke kamarnya sendiri.

Sungmin menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mulai setuju dengan pendapat orang-orang jika cinta adalah masalah kejiwaan yang serius. Ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri hal itu menimpa Kyuhyun, dan tinggal menunggu sampai ia sendiri yang mengalaminya.

Sungmin bergidik. “Setidaknya, jika aku jatuh cinta, aku tidak akan berteriak karena cemburu di tengah malam lalu sepuluh menit kemudian tertawa-tawa kegirangan.”

Well, Lee Sungmin, siapa yang tahu, kan?

KKEUT!

^^

 

 

Catatan :

Halo, ini miichan ^^

sebenernya ini FF lama, sekitar Agustus tahun lalu selesai saya buat. Saya pernah kirim juga ke KSI, tapi kayaknya waktu itu ada satu dan lain hal jadi ff ini ngga sempet di posting, dan saya lupa terus mau konfirmasi. Ff ini juga udah saya posting di blog pribadi saya, beberapa mungkin ada yang udah baca, tp saya yakin sebagian besarnya belum. Jadi saya memutuskan buat ngirim lagi ff ini ke KSI. Semoga kali ini bisa diposting, ya. Hhehe

Eh, sebelumnya, ada yg bingung gak sama blind date-nya Kyu? Itu loh waktu WGMnya Leeteuk, Kyu kan ikut blind date gitu sama ming, hyuk, hae. Emang udah lama banget timelinenya, tapi apa daya idenya telat muncul, dan suka aja ngebayangin soo cemburu. Apalagi panggilan ‘Choi sarang’, kyaaa~ ngebayangin kyu manggil soo begitu *fainted*

Yang mau ngobrol-ngobrol soal kepenulisan, spazzing tentang Kyu atau Suju atau Luhan atau Minseok, atau ngobrol-ngobrol random sampe belajar bahasa Prancis, bisa ajak saya lewat twitter atau facebook. Beberapa udah ada yang menyapa saya, dan saya seneng banget punya banyak temen baru ^^

Sekali lagi, makasih banyak yaaaaa~ seneng banget tau kalau tulisan saya ada yg baca. Hehehe…

Sampai nanti.

 

Sincerely,

Miichan

 

p.s. saya selalu nyelipin beberapa pesan di tiap tulisan saya, semoga bisa sampai ke kamu semua yang baca, ya ^^

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>