Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Beloved Moment Chapther 4

$
0
0

MAAF PAKE BANGET NIH KALO UPDATENYA TERLALU LAMA CHINGUDEUL KARNA BERBAGAI MACAM ALASAN. TERIMA KASIH KOMENNYA DI PART SEBELUMNYA J

Okay! Gidaehaedo joha, Let’s Go!

Title : Beloved Moment / Chapter 4

Main Pair : Sooyoung dan Kyuhyun

Other Cast : YoonHae, YeYul, WonFany, and other

Rated : !7+ agak-agak ke 21+

Warning : OOC, typo bertebaran dimana-mana, umur tidak sesuai, tema umum

Disclaimer : Cast milik dirinya sendiri (namun masih tanggung jawab orang tua dan dibawah naungan Tuhan), Super Junior dan SNSD teken kontrak sama SM Entertainment. Saya hanya pinjam nama dan karakter. Ff ini dibuat oleh  Babykim dan telah d setujui dipublish ulang oleh Chovenna. Khamsa^^

Thank you

Happy reading ^^

.

.

Seharian terjebak disekolah dengan seluruh kegiatannya, disinilah Sooyoung sekarang. Berada dibawah shower yang mengalirkan air hangat ke tubuhnya. Mandi air hangat sebelum mengistirahatkan badan akan membuat tidurnya nyenyak malam ini. Yeoja itu mengambil sabun cair dari tempat peralatan mandinya. Sooyoung selalu meyukai sabun mandi beraroma fresh. Serasa membuat seluruh bebannya terangkat begitu saja dengan aroma dan sensasi sejuk dari dedaunan dan buah-buahan.

Setelah memakai piyama tidurnya, Sooyoung membuka pintu kamar mandi. Membayangkan kasur empuk yang sudah ditetesi aroma terapi beraroma lavender membuatnya yakin. Malam ini akan menjadi malam paling tenang yang dialaminya.

Namun harapannya pupus sudah saat melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi. Wajahnya memerah. Cepat-cepat dia mengambil handphone dan jaketnya, lalu keluar dari kamar. Menggeleng-gelengkan kepalanya sejenak sebelum melangkah dikoridor-koridor kamar yang sepi.

Sementar didalam kamar, Yuri terbaring pasrah dibawah namja yang kini sedang menjilati lehernya. Siapa lagi jika bukan Yesung. Yuri sudah akan tidur saat Yesung datang dan meminta jatah malamnya. Yuri bukannya tak melihat Sooyoung yang baru keluar dari kamar mandi. Namun dia tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya sedang dipenuhi lidah Yesung tadi.

“Oppaahh…”

.

.

“Ughh… Yesung itu.”

Sooyoung berjalan tanpa tujuan sambil mendengus kesal. Seharusnya dia merasa takut berjalan sendirian saat waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Namun rasa kesalnya pada Yesung sepertinya mengalahkan segalanya.

Sooyoung menolehkan kepalanya kekanan dan kiri. Sepi. Tentu saja. Asrama memiliki jam malam yang harus ditaati. Pukul 10 malam, seluruh penghuni asrama sudah harus ada dikamar masing-masing. Kecuali kau sudah mengantongi ijin kepala asrama. Mungkin pengecualian untuk Yesung. Kedudukan namja itu bahkan lebih tinggi dari kepala asrama.

Tanpa terasa Sooyoung sudah sampai dilantai 1. Koridor terbuka tanpa dinding dilantai 1 membuat Sooyoung merapatkan jaket dan memeluk lengannya sendiri.

“Kau!”

Sooyoung menoleh cepat kebelakang. “Mati aku!”

Seseorang berlari kecil kearah Sooyoung. Sooyoung diam ditempat tanpa mampu melakukan apapun. Ketahuan berjalan-jalan oleh penjaga asrama sudah membuat Sooyoung membayangkan hukuman apa yang akan diterimanya.

“Eh? Sooyoung?”

Sooyoung memicingkan matanya. Koridor lantai 1 lebih banyak diterangi oleh cahaya bulan. Tidak semua lampu dihidupkan. Sooyoung harus focus ekstra untuk mengetahui siapa orang yang memanggilnya. Orang yang ditebaknya sebagai penjaga asrama.

“Kyuhyun?”

Sooyoung menarik nafasnya lega. Bayangan hukuman menghilang sudah saat mengetahui bahwa orang itu adalah Kyuhyun.

“Sedang apa kau diluar begini? Ini sudah malam, kau tahu?” tanya Kyuhyun saat namja itu sudah sampai disisi Sooyoung.

“Aku tidak bisa ada dikamar.”

Kyuhyun menaikan alisnya bingung. “Tidak bisa? Wae?”

Sooyoung kembali berjalan menyusuri koridor lantai 1. “Ada Yesung dikamarku.”

“Yesung hyung? Apa yang dilakukannya disana?” Kyuhyun berjalan disamping Sooyoung. Matanya tak lepas memandangi Sooyoung yang menatap lurus kedepan.

“Kau tidak bisa menebak?”

Kyuhyun menggeleng, walau Sooyoung tak melihatnya. “Ani.”

“Meminta nafas cinta dari Yuriie.”

Kyuhyun terkekeh. “Aku pikir ada apa.”

“Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?” tanya Sooyoung heran. Kyuhyun mempunyai kamar sendiri. Dia tak perlu menghindari kejadian yang tak diinginkan seperti Sooyoung.

“Aku membantu penjaga asrama mengawasi keamanan. Kebanyakan murid takut jika aku sudah berjaga malam. Tak akan ada yang berani menyelinap keluar.”

“Oh yeah. Tentu saja tidak ada yang berani jika kau tak mau peluru menembus tubuhmu,” sindir Sooyoung.

Kyuhyun kembali terkekeh.

Sempat hening sesaat karena tak ada yang memulai percakapan. Sooyoung melirik jemarinya yang entah sejak kapan sudah ada didalam genggaman Kyuhyun. Perlahan dia mencoba melepaskan jemarinya satu persatu.

Kyuhyun yang sadar ada pergerakan kecil digenggamannya, menolehkan kepalanya pada Sooyoung. “Oh, ayolah.”

Sooyoung mengernyitkan dahi tak senang. “Kau sedang tidak butuh ditenangkan.”

“Tapi aku suka menggenggamnya.”

Sooyoung merasa risih. Seorang namja yang tak punya hubungan apa-apa denganmu, tiba-tiba menggenggam tanganmu begitu erat dan mengelusnya. “Lepas.”

“Tidak.”

“Aku tidak mau dekat-dekat denganmu lagi.”

Kyuhyun memutar kedua bola matanya dan melepas tangan Sooyoung. “Baiklah. Kalian wanita suka sekali mengancam.”

“Kalian pria suka sekali berbuat seenaknya.”

“Hei!” Kyuhyun berseru. “Aku tidak seperti itu.”

“Benarkah? Kau memaksaku mau digenggam olehmu.”

“Aku tidak memaksa.”

“Yakin? Kau berbuat semaumu.” Sooyoung berkacak pinggang.

Kyuhyun mengangkat kedua tangannya layaknya penjahat yang tertangkap basah. “Oke oke.”

Tangan-tangan itu kini tersembunyi didalam saku jaket masing-masing.

“Kyu.”

“Hm?”

“Apa Yesung memang seperti itu?”

“Apanya?”

“Sifatnya.”

“Yang mana?”

“Dia melakukannya dikamar saat ada aku.”

“Melakukan apa?”

“Kyuhyun!” seru Sooyoung frustasi. Yeoja itu menatap Kyuhyun kesal. Langkah mereka terhenti tiba-tiba.

“Aku memang tidak tahu!” bela Kyuhyun.

“Mereka bercinta!”

Mata Kyuhyun membulat. “Benarkah?”

Bahkan kini Sooyoung tak ragu lagi membicarakan hal yang dianggapnya tabu pada Kyuhyun.

“Memangnya dia seperti itu?” tanya Kyuhyun lagi. “Aku pikir kau sudah diluar kamar saat mereka melakukannya.”

Sooyoung menggeleng. “Tidak. Aku dikamar. Kau tidak tahu? Apa mereka tidak melakukannya saat ada kalian?”

“Aku tahu dia sering melakukannya. Tapi aku tidak tahu jika mereka melakukannya saat ada kau.”

“Mataku ternoda.”

“Berlebihan.”

Sooyoung mendelik. “Aku tidak menyukai adegan dewasa terjadi live didepanku.”

“Kau juga orang dewasa nona Choi.”

Sooyoung diam. Malas rasanya menanggapi perdebatannya dengan Kyuhyun. Namja itu terlalu banyak memiliki rangkaian kata-kata yang membuatnya tutup mulut. Kini mereka menaiki tangga menuju lantai 3. Malam sudah semakin larut dan dingin.

“Yesung hyung sangat mencintai Yuri noona.”

“Benarkah? Yuri sempat ragu.”

Kyuhyun mengangguk. “Penyampaian rasa cinta Yesung hyung berbeda.”

“Kau tahu dari mana?”

Kyuhyun menyentil pelan dahi Sooyoung. “Kami sejenis. Laki-laki. Bisa saling mengetahui dari gerak-geriknya.”

Sooyoung sempat mengaduh sambil mengusap dahinya. “Kau juga seperti itu jika mencintai seseorang?”

“Aku tidak tahu.”

“Kenapa?”

Kyuhyun kembali mencoba menggapai jemari Sooyoung. Namun terlambat karena Sooyoung sudah menyembunyikan jemarinya didalam saku jaket. Namja itu mendengus kesal. “Aku belum pernah merasakan mencintai seseorang.”

Sooyoung terkejut. Persepsinya bahwa Kyuhyun adalah namja yang kesepian benar-benar tepat. “Selama ini kau melakukannya tanpa rasa?”

“Apa lagi? Kau sudah menginterogasiku habis-habisan malam itu nona Choi.”

Sooyoung menggaruk belakang kepalanya. “Ah ya. Kau hanya bermain-main saja.”

“Hm.”

“Apa Yoona dan Donghae juga seperti itu?”

“Tidak.”

“Tidak?”

“Tidak. Yoona noona sangat menjaga dirinya sendiri. Walaupun mereka sekamar, mereka tidak pernah melakukannya. Jika Donghae hyung tidak tahan, dia akan meminjam kamar mandiku dan menginap dikamarku. Noona tidak mengizinkan Donghae hyung mendekatinya.”

“Kamar mandi?”

“Bermain solo.”

Sooyoung mengusap pipinya. “Ah ya. Benar. Siwon dan Tiffany?”

“Mereka juga tidak. Yoona noona pernah bercerita. Siwon hyung akan tidur disofa jika dia berani menyentuh Tiffany noona berlebihan. Kau tahu kan Siwon hyung tidak pernah jauh dari Tiffany noona. Jadi tidak mungkin dia menginap dikamarku atau dikamar Yesung hyung saat dia menginginkannya.”

“Tiffany benar-benar wanita yang tangguh,” puji Sooyoung.

“Tiffany noona lebih memilih bertengkar dan mendiamkan Siwon hyung dibandingkan harus memuaskan nafsunya.”

“Aku setuju.”

“Mungkin Yuri noona juga masih terjaga kalau saja Yesung hyung tidak memperkosanya.”

Sooyoung menatap Kyuhyun yang tampak tenang bercerita. “Kau mengetahuinya?”

“Tentu saja. Yoona noona sering bercerita padaku.”

“Kasian sekali Yuri,” lirih Sooyoung. Kamar Sooyoung sudah terlihat beberapa meter kedepan.

 “Aku juga kadang-kadang ingin memperkosa seseorang.”

“Kyuhyun!” seru Sooyoung kaget. Tentu saja. Kyuhyun berbicara begitu frontal didepannya. Dipandangnya Kyuhyun yang berdiri didepannya. Aura namja itu kini berbeda.

Kyuhyun menyeringai dan mencolek dagu Sooyoung. “Mendengar mereka meneriakkan namaku dan menangis,” desisnya.

“Astaga!” Sooyoung menepis kasar tangan Kyuhyun. Foxy Sooyoung mulai memancarkan rasa takut.

“Membiarkanku bergerak liar diatas tubuh polos mereka.” Kini Kyuhyun memojokkan Sooyoung didinding koridor dan mendekapnya.

Sooyoung berusaha mendorong bahu Kyuhyun yang tegap itu. Tak disangkanya Kyuhyun berubah sifat secepat ini. Sepertinya beberapa menit yang lalu mereka masih mengobrol santai dan akrab.

“Merasakan juniorku berada dilorong sempit yang ooohhh…” desah Kyuhyun. Namja itu memposisikan bibirnya tepat ditelinga Sooyoung yang sedang menggeliat didekapannya, “… berdarah.”

“Kau gila!”

“Aku gila memikirkan kenikmatannya.” Lidah namja itu menjilati telinga Sooyoung.

“Kau sudah berjanji akan berubah!”

Gerakan lidah Kyuhyun terhenti. Tubuhnya menjauh dari Sooyoung yang ketakutan. Namja itu seperti tersadar. “Sooyoung…”

“Stop!” Sooyoung berjalan menjauhi Kyuhyun dan merentangkan kedua telapak tangannya kedepan. “Jangan mendekatiku.”

Kyuhyun ingin bergerak maju jika saja Sooyoung tidak mendelik. “Aku benar-benar tidak sadar apa yang aku ucapkan tadi.”

Sooyoung masih mengatur nafasnya yang tak teratur. Sungguh dia benar-benar terkejut. Sisi lain Kyuhyun terlihat kembali. Membuat Sooyoung semakin harus berhati-hati. Mungkin dia tidak akan berani berada didekat Kyuhyun dan berbicara senyaman tadi. Kyuhyun bisa berubah dari kucing manja menjadi srigala ganas secara tiba-tiba tanpa ada peringatan.

“Soo…”

“Aku akan melupakan apa yang baru saja kau ucapkan tadi. Dan anggap saja kita tak pernah kenal. Kau membuatku takut padamu.”

Sooyoung berlari meninggalkan Kyuhyun yang mematung di koridor. Namja itu merasa bersalah kini. Dia sudah menghilangkan kepercayaan Sooyoung padanya. Gumaman lirih namja itu terdengar. “Kau bodoh Cho Kyuhyun…”

.

.

Sooyoung menyandarkan punggungnya pada pintu kamar yang baru saja ditutupnya. Nafasnya masih menderu cepat. Jantungnya berdetak kencang. Hampir saja air matanya jatuh. Dia benar-benar tak habis fikir. Dia dan Kyuhyun baru saja kenal dan dekat beberapa hari belakangan ini. Apa Kyuhyun salah mengartikan kedekatan mereka. Sooyoung benar-benar takut. Seorang namja yang belum kau kenal lama melecehkanmu seperti tadi. Ingin rasanya Sooyoung menangis.

“Sooyoungie…”

Panggilan lirih Yuri membuat Sooyoung tersadar bahwa dia tak sendirian dikamar itu. Sooyoung mengedarkan pandangannya dikamar mereka yang sudah gelap karena lampunya dimatikan. Yesung sudah tidak ada. Yuri sendiri sedang terduduk diatas ranjangnya.

“Kau kenapa?” tanya Yuri.

Sooyoung mengatur nafasnya. “Tak ada apa-apa Yuriie.”

“Kau yakin?”

Sooyoung mengangguk dan berjalan menuju ranjangnya setelah menyimpan jaketnya. “Ya.”

“Aku minta maaf atas yang tadi. Aku sendiri tidak tahu jika Yesung akan datang malam ini,” sesal Yuri. Sooyoung yang sudah berbaring diranjangnya menatap Yuri yang kini menunduk. “Gwaenchana Yuriie. Mungkin aku akan terbiasa nantinya.”

“Gomawo Sooyoungie.”

“Ne.” Sooyoung membalikkan tubuhnya menghadap dinding.

“Hiks…”

Oh, tidak. Sooyoung cepat bangkit dan menuju ranjang Yuri. Yuri masih menunduk seperti tadi. “Yuriie, gwaenchana. Aku tidak apa-apa.”

Yuri menghapus air matanya. “Aku benar-benar merasa tak enak padamu.”

“Gwaenchana Yuriie.”

Yuri lantas memeluk Sooyoung yang terduduk disampingnya. “Sooyoungie…”

“Ne?”

“Aku tidak mau selalu melakukan ‘itu’. Hiks… A-aku tidak mau hamil.”

Sooyoung menghela nafasnya. Tentu saja dia mengerti. Yuri tak sanggup menolak permintaan Yesung jika tak mau namja itu mengamuk. Namun Yuri pun tak mau jika terus menerus harus melayani kekasihnya.

“Yul…”

“Hiks… Aku merasa bersalah pada diriku sendiri Sooyoungie. Hiks… Tubuhku sudah ‘kotor’.”

Inilah yang membuat Sooyoung tak sanggup untuk meminta pindah kamar pada kepala asrama walaupun hal itu tak mungkin terlaksana. Yuri selalu menangis setelah melakukan ‘itu’ dengan Yesung. Sooyoung tak sanggup meninggalkan Yuri yang terlalu rapuh.

Yuri makin membenamkan wajah dan tubuhnya dalam dekapan Sooyoung. Isakannya semakin mengencang. Sooyoung tak bisa melakukan apa-apa selain mengelus punggung roommate-nya.

“A-hiks… Aku harus bagaimana Sooyoungie… Hiks… Aku tak mau seperti ini terus…”

Ingin rasanya Sooyoung ikut menangis seperti Yuri. Sebagai sesama wanita, tentu Sooyoung tahu bagaimana rasanya.

“Jangan tinggalkan aku Sooyoungie…”

Sooyoung mengangguk. “Aku tidak akan meninggalkanmu.”

Malam ini, kedua yeoja satu kamar itu mengistirahatkan badannya diatas ranjang Yuri sambil saling berpelukan. Yuri masih terisak. Sesekali Sooyoung membelai lembut rambut Yuri yang berbaring disampingnya untuk menenangkannya. Memposisikan diri sebagai seorang kakak bagi adiknya. Berharap semua masalah yang mereka alami punya jalan keluar nantinya.

.

.

“Kau mau kemana Sooyoungie?” Yuri memandang bingung pada Sooyoung yang mengambil navigasi yang berbeda dari langkahnya dan Yesung.

“Kau tidak mau sarapan satu meja dengan kami lagi?” tanya Yuri. Yeoja itu masih betah memandangi Sooyoung yang sedang menyunggingkan senyum miris.

“Err…,” Sooyoung menoleh pada meja  yang biasanya mereka gunakan untuk sarapan. Sudah ada Yoona dan Donghae, Tiffany dan Siwon, serta Kyuhyun disana. Ya. Cho Kyuhyun.

“Aku ada urusan dengan Jungmo, yuri-ah,” ucap Sooyoung ragu.

“Jungmo?” mata Yuri menelisik keseluruh aula makan yang nampak ramai pagi itu. “Tak ada Jungmo disini.”

Sooyoung ikut mengedarkan pandangannya. Dan memang tak terlihat seorang Kim Jungmo disana. Sooyoung mengutuk Jungmo yang bisa-bisanya absen dari sarapan pagi ini. Padahal biasanya namja itu berisik bermain gitar dimanapun berada bersama gengnya.

“I-itu…”

“Kau mencurigakan.” Dengan cepat Yuri menarik tangan Sooyoung yang bebas dari pegangan nampannya. Bibir yeoja itu membentuk pout lucu. Wajahnya tertekuk kesal. “Jangan menyembunyikan sesuatu dariku.”

Sooyoung hanya pasrah saat Yuri membawanya kemeja biasa tempat mereka sarapan. Yeoja itu menghindari mata Kyuhyun yang Sooyoung tahu sedang menatapnya tajam.

Sedikit menganalisis, Sooyoung mempercepat jalannya dan mengambil tempat tepat disamping Siwon. Mengacuhkan pandangan mata Siwon yang menatapnya aneh. Jelas saja. Sooyoung dan Siwon tak begitu dekat. Sooyoung tak perduli. Menurutnya, duduk disamping Siwon lebih baik dibanding harus duduk dikursi kosong didepan Kyuhyun. Sooyoung mulai memakan sarapannya dengan tenang setelah Yuri yang menyusul duduk disamping Sooyoung diikuti Yesung. Merasa akan terlindungi dengan Yuri dikiri dan Siwon dikanannya.

Kyuhyun mengacuhkan kenyataan bahwa kini Sooyoung menghindarinya. Tetap saja namja itu menikmati sarapannya meski ada rasa yang ganjil dihatinya.

.

.

“Sooyoungie, pelan-pelan. Yang dijari telunjuk kurang rata.”

“Kau bawel sekali Dara-ah.”

Yeoja yang sooyoung panggil Dara itu hanya menyunggingkan cengiran manja dibibirnya. “Kan tadi kau yang bersedia memasangkan nail polish dijariku.”

“Iya iya. Sekarang diamlah. Tanganmu bergerak terus.”

Istirahat siang yang lumayan lama Sooyoung gunakan untuk berada dikelas. Berbincang dan bergosip bersama beberapa classmatenya. Makan siang? Oh, tentu sudah. Sekolahnya memiliki kebijakan untuk memberikan waktu istirahat siang lebih lama.

“Soo…”

“Hm?” Sooyoung menoleh kebelakang saat suara merdu seorang yeoja memanggilnya. Yeoja berambut pirang panjang yang baru saja memasuki kelas dan duduk menyandar pada meja Sooyoung. Park Bom.

“Kau mau saja meladeni anak manja itu,” tunjuk Bom pada Dara yang kini sedang meniup-niup nail polish polesan Sooyoung.

Dara menjulurkan lidahnya. “Sooyoung lebih baik dibandingkan kau, Bom.”

Sooyoung tertawa. Sedangkan bom kini mendengus kesal. “Oh, ya? Jangan salahkan aku jika tiba-tiba pintu kamar terkunci dan kau tak bisa masuk.”

Dara menoleh pada Sooyoung. “Kau lihat sendiri Sooyoungie? Bahkan dia tega mengunci roommatenya diluar. Oh, aku lebih baik pindah kamar bersama Minzy saja,” keluh Dara.

“Kalian berdua ini, selalu saja bertengkar. Selalu mengatakan tidak suka satu sama lain. Tapi entah kenapa kalian betah berbagi kamar dan berbagi meja dikelas selama 3 tahun,” Sooyoung geleng-geleng kepala.

“Itu karena anak manja itu merengek padaku. Minzy sudah nyaman berbagi kamar bersama Chaerin. Lalu jika tidak sebangku denganku, dia pasti sudah sebangku dengan Jungmo.” Bom mengipasi lehernya dengan buku tipis yang diambilnya dari atas meja Sooyoung.

“Dan aku tidak suka itu,” lanjut Dara. Yeoja itu kini melirik Jungmo yang sedang berdiri didepan pintu kelas. Bukan rahasia lagi. Namja pecicilan itu memang menyukai Dara sejak mereka kelas 1. Sooyoung yang notabene anak baru pun tak luput dari gossip itu.

“Itu artinya kalian saling mengisi,” tanggap sooyoung.

“Dengan terpaksa,” ucap Bom.

“Aku setuju.” Dara ikut bicara.

“Terserah kalian saja.” Sooyoung pasrah.

Obrolan mereka kembali didominasi dengan pertengkaran Dara dan Bom, sampai akhirnya Bom menyenggol bahu Sooyoung pelan. “Soo.”

“Hm?”

“Orang itu, kenapa melihatmu terus?”

Sooyoung mengangkat kepalanya dari buku yang sejak tadi menjadi fokus matanya. “Siapa?”

“Itu.” Bom menunjuk pintu kelas. Sooyoung mengikuti arah telunjuk Sooyoung dan sedikit kaget.

Didepan pintu, Jungmo kini tak sendiri. Ada Yuri dan Yesung, serta Kyuhyun. Ah, namja itu lagi. Sooyoung cepat-cepat mengalihkan pandangannya kembali pada buku. “Entahlah. Aku tak kenal.”

“Hei,” Dara memukul pelan bahu Sooyoung. “Tiap pagi kami melihatmu duduk berbagi meja saat sarapan dengan mereka. Bagaimana mungkin kau tidak mengenalnya.”

Sooyoung tetap membaca novelnya seakan acuh pada apa yang baru saja mereka bicarakan. “Biarkan saja.”

Bom mendengus. Dara memutar kedua bola matanya. Kembali dua yeoja itu melirik Kyuhyun yang tengah berbincang disana. Dan gumaman kembali terdengar. “Dia memang melihat Sooyoung.”

.

.

Sooyoung berjalan sendirian dikoridor kelas. Baru saja 15 menit mengikuti pelajaran, kantong kemihnya mendesak ingin segera dikeluarkan. Terpaksa dia izin pada Park sonsaeng jika tak mau mennaggung malu kencing dicelana.

Sedikit berlari, Sooyoung sudah bisa melihat  tulisan toilet diujung koridor.

Cklek!

Dari 2 pintu toilet, salah satunya terbuka. ‘Oh, tidak,’ batin Sooyoung.

Seorang namja berambut brunette baru saja keluar dari toilet. Dari postur tubuhnya, Sooyoung yakin. Namja itu adalah dia. Ingin rasanya Sooyoung berbalik dan menaiki tangga. Menggunakan toilet dilantai atas. Namun panggilan alam semakin keras. Terpaksa Sooyoung mempercepat langkahnya dan menunduk.

Greb!

“Eh?”

“Kau mau kemana?”

Bass itu menggema ditelinga Sooyoung. Sooyoung berusaha melapaskan lengannya yang dicekal si pemilik suara. Namun mata itu seperti menuntut jawaban. Sooyoung mendesah pasrah. “Toilet. Tentu saja.”

Namja itu, Kyuhyun, melepaskan pegangannya dan memasukkan kedua tangannya disaku celana seragam. “Aku tunggu.”

Sooyoung tak menjawab apapun. Dia hanya ingin segera menyelesaikan urusannya dan kembali kekelas. Masa bodoh namja itu menunggunya diluar.

Tak lama, setelah merapikan sedikit penampilannya, Sooyoung keluar toilet dan berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya dengan langkah biasa. Mengacuhkan namja tinggi yang berjalan disampingnya.

“Kau menghindariku?” Bass itu kembali terdengar.

“Kau siapa?”

Kyuhyun mengernyit. Yeoja ini benar-benar melakukan apa yang diucapkannya. “Ini tidak lucu Sooyoung.”

Langkah Sooyoung terhenti. “Aku tidak akan banyak bicara. Seharusnya kau memikirkan dulu apa yang akan kau ucap dan lakukan. Kau tahu akau sama sekali tidak menyukai perbuatanmu padaku malam itu.”

“Aku minta maaf.”

“Kau membuatku takut berada dekat-dekat denganmu, Kyu.” Sooyoung kembali berjalan dan membuka pintu kelasnya. Sama sekali tak memperdulikan pandangan bersalah yang ditujukan padanya.

.

.

Pasangan kekasih itu sedang menyusuri jalanan setapak taman asrama mereka. Sore ini begitu teduh. Sedikit dingin juga. Sang yeoja mengeratkan cardigannya dengan sebelah tangan. Sedangkan tangan lainnya ada digenggaman kekasihnya.

“Oppa.”

“Hm?”

“Bolehkah aku jujur padamu?”

Langkah keduanya terhenti. Kekasih yeoja itu, Yesung, memutar tubuh kekasihnya, Yuri, menjadi saling berhadapan. “Ada apa?”

Yuri mengedarkan pandangan. Selain menghindari tatapan Yesung, yeoja itu juga merasa tak enak bicara sambil berdiri seperti ini. Ditariknya pelan tangan Yesung kearah bangku taman yang ada didekatnya. Matanya memicing sebentar memperhatikan keadaan. Sebenarnya suasana sore ini sangat cocok bagi Yuri untuk mencurahkan hatinya, jika saja Jungmo dan gengnya tidak sedang mengamen berkeliling menggoda penghuni asrama putri yang duduk-duduk dibawah pohon.

Mengabaikan kebisingan dipunggungnya, Yuri duduk berdampingan bersama Yesung. Yeoja itu masih gelisah. Memikirkan kata-kata yang pas agar tidak menyinggung perasaan kekasihnya. Yesung sendiri masih memusatkan pandangannya pada Yuri. Sayup-sayup kebisingan dari genjrengan gitar Jungmo menjauh. Diganti dengan suara gemericik air dari air mancur berukuran kecil yang menjadi pusat taman asrama yang lumayan besar itu.

“Ada apa?” Yesung mengulang pertanyaannya.

“Emmhh… Itu…”

Lama Yuri tak melanjutkan kalimatnya. Membuat Yesung penasaran walau tak terlihat ekspresi apapun diwajah tampannya. “Ya?”

“Oppa, kau tahu kan kita masih belajar untuk saling mencintai?” Yeoja itu kini menggenggam kedua jemari kekasihnya. Hatinya sudah mantap. Jika tidak cepat dibicarakan, masalah ini akan membayanginya terus.

Yesung mengangguk. Masih menunggu kalimat lain yang akan keluar dari bibir tipis kekasihnya.

“A-aku merasa kita… Kau… Aku… Bi-bisakah…” Yuri terbata. Nyalinya tiba-tiba ciut melihat tatapan Yesung yang begitu mengintimidasi.

Yesung merubah posisinya. Mendekati kekasihnya dan mendekapnya erat. Menciumi rambut halus dan panjang yang selalu dirindukannya. “Bicara saja.”

Yuri tak kuat mendapatkan perlakuan Yesung yang begitu manis. Yeoja itu terisak. Disatu sisi, sifat lembut Yesung yang hanya ditunjukkan pada saat mereka sedang berdua membuatnya merasa nyaman. Namun peringai kekasihnya yang kadang suka lepas kendali dan emosi, menjadi tantangan tersendiri baginya.

Yesung tak banyak berbuat. Namja itu mengeratkan dekapannya. Tak diperdulikannya beberapa siswi melihat mereka dari kejauhan. Namja bermata sipit ini bahkan melihat kamera dari balik rumpun tanaman. Yesung berani bersumpah. Rambut coklat kehitaman itu adalah milik Kim Jungmo. Classmatenya itu memang benar-benar jahil. Sepertinya Yesung harus membuat perhitungan pada namja itu.

Perlahan isakan Yuri mereda. Yeoja itu masih melingkarkan lengannya dipinggang Yesung. “Oppa…”

“Hm?”

“Bisakah kita berhenti melakukan ‘itu’?”

“‘Itu’?”

“Ne. ‘Itu’.”

“Aku tak mengerti.” Tentu saja. Namja tidak akan mengerti jika kau tidak mengatakan maksudmu sesungguhnya. Mereka tidak mengerti kata kiasan yang kau pakai.

“Aku takut hamil oppa.”

Yesung tersentak. Namja itu melepas dekapannya. Ditatapnya manik mata Yuri yang kini sayu. “Aku menyakitimu?”

Yuri menggeleng. “Aku belum siap hamil oppa.”

“Apa kau hamil sekarang?”

Yuri memainkan jemarinya gelisah. Menghindari tatapan Yesung dengan menunduk. “Itu…”

“Kau hamil?” desak Yesung.

Yuri semakin menundukkan wajahnya. “A-aku tidak tahu…” lirihnya.

“Maksudmu?”

Yuri yakin. Inilah kali pertamanya Yesung menginterogasinya dengan banyak pertanyaan. Namja itu lebih sering mengajukan perintah dibandingkan bertanya keinginan Yuri. “A-aku berharap tidak.”

“Tapi?”

“Aku telat 1 minggu.”

“Kau serius? Kita selalu memakai pengaman.”

“Itu bukan jaminan oppa.” Yuri kini memandang Yesung kembali. Kesal rasanya melihat wajah Yesung yang tanpa ekspresi. Seperti tak ada respon pada masalah yang dialaminya.

Yesung terdiam. Matanya tetap terpaku pada mata Yuri. Yuri tahu, namja itu sedang berpikir.

Lama tak ada tanggapan dari kekasihnya, Yuri beranjak. Meninggalkan Yesung yang masih terdiam tanpa ada niat untuk mencegahnya pergi.

.

.

Sooyoung gelisah diatas ranjangnya. Matanya berulang kali memeriksa handphone. Diliriknya ranjang sebelah yang masih kosong. Terakhir kali dia melihat Yuri adalah saat makan siang. Terang saja Sooyoung gelisah. Yuri akan selalu menghubunginya jika dia memilih bersama Yesung saat pulang sekolah. Kali ini? Tak ada satupun telpon dan pesan dari roommatenya itu.

Kejadian dimana Yuri menangis dan mengadukan ketakutannya menjadi alasan lain kegelisahan Sooyoung. Yeoja itu merasa, ada sesuatu yang disembunyikan Yuri dibalik ketakutannya.

Merasa semakin gelisah dalam pembaringannya, Sooyoung beranjak dan membuka tirai jendela kamarnya. Seketika yeoja itu menegang. Diatas sana… Bentuk tubuh itu… Walaupun langit gelap dan hanya diterangi cahaya bulan, Sooyoung yakin.

“Yuri!”

.

.

“Hiks… Eomma… Maafkan aku…”

Yuri mengusap air mata dipipinya. Tangannya menggenggam sebuah benda kecil berbentuk persegi panjang berwarna putih. Ada warna lain yang mencolok di benda itu. Dua garis berwarna merah terang.

Rambut panjangnya berkibar. Yeoja itu memejamkan mata dan memantapkan hatinya. Kaki kirinya terangkat. Namun hati kecil yeoja itu berteriak. Membuatnya urung dan kembali menapakkan kakinya dilantai.

“Haruskah…?” lirihnya pelan.

.

.

Duk duk duk!

“Yesung!”

Duk duk!

“Yesung! KELUAR!”

Cklek!

Sooyoung menarik tangannya yang sedari tadi menggedor pintu kamar Yesung.

Walaupun tanpa bicara dan ekspresi, anggap saja namja itu kebingungan melihat Sooyoung yang terlihat gelisah dengan air mata dikedua pipinya.

“Yuri!”

Kantuk dilarut malam namja itu menghilang. Satu kata yang membuatnya terjaga sempurna.

“Atap!”

Tanpa menunggu aba-aba, secepat kilat Yesung berlari melewati Sooyoung. Menaiki tangga menuju atap yang ada dilantai teratas gedung ini.

“Ada apa?” Tiffany yang terbangun membuka pintu kamarnya dan bertanya pada Sooyoung yang baru saja melewati kamarnya tergesa-gesa. “Sooyoung ada apa?”

Sooyoung berhenti. Tangisan yeoja itu mengeras. Tak hanya Tiffany, penghuni kamar dikoridor lantai 4 terlihat sedang mengucek mata dan keluar dari kamarnya masing-masing.

“Tiffany…” Sooyoung makin terisak. “Yuri…” Sooyoung kembali berjalan. Ah, tidak. Yeoja itu kini berlari. Gebrakan pintu atap membuatnya yakin bahwa Yesung kini sudah ada diatas.

Tiffany berjalan bingung menyusul Sooyoung. Saling berpandangan dengan Yoona dan Donghae yang juga bingung. Siwon menarik tangan Tiffany dan mengajaknya berlari. Menyusul Kyuhyun yang tanpa banyak tanya sudah ada disisi Sooyoung.

Sooyoung terpaku didepan pintu atap. Benar apa yang dilihatnya tadi. Lutut yeoja itu melemas. Begitu pula dengan beberapa orang dibelakangnya. Menatap apa yang terjadi didepan mereka tak percaya. “Yuri…”

Diatap gedung asrama mereka, Yuri berdiri dipinggir atap. Satu gerakan ceroboh saja, tubuh yeoja itu bisa mendarat ditanah 4 lantai dibawah mereka. Yesung berlutut ditengah lantai. Suasana hening. Hanya isakan lirih yang sesekali terdengar.

“Oppa…” Suara Yuri terdengar. Suaranya tak berubah. Tetap ceria seperti biasa. Memanggil Yesung dengan manja. “Aku hamil.”

Sooyoung menutup mulutnya tak percaya dengan sebelah tangan. Sedangkan sebelah tangan lainnya terasa digenggam erat oleh telapak tangan lebar yang begitu familiar dengan tangannya.

Yesung berdiri dan mencoba melangkah. “Baby…”

“Jangan mendekat oppa. Oppa mendekat, aku juga akan melangkah. Ke udara.”

Yesung terhenti. “Jangan seperti ini ”

Yuri menggeleng. “Aku takut oppa.”

“Jika kau takut, ada oppa disini.”

“Tapi oppa sumber ketakutanku.”

Hening kembali. Yesung tak lagi berkata-kata.

“Aku benar kan?” lirih Yuri.

“Oppa akan bertanggung jawab.”

Yuri menggeleng. “Oppa tidak mencintaiku.”

“Kenapa kau berkata seperti itu?”

“Oppa tidak pernah mengungkapkannya.”

Yesung berlutut kembali. 6 orang dibelakangnya hanya diam. Tak mau mengganggu moment keduanya sekalipun dalam situasi menegangkan.

“Hiks…”

Selain Yesung, ketujuh orang yang ada dilantai atap terpana. Benarkah Yesung menangis?

“Maafkan oppa…”

Yuri yang terpana kembali tersadar. Kembali yeoja itu menggeleng. “Terlambat oppa.”

“Oppa mencintaimu.”

“Oppa bohong. Hanya karena aku sedang diposisi seperti ini, oppa mengatakan oppa mencintaiku.”

“Tapi oppa benar-benar mencintaimu.”

“Aku tak percaya.” Yuri mengangkat sebelah kakinya.

“Yul!”

“Ya Tuhan Yuri. Turunlah. Kita bicarakan baik-baik.” Sooyoung maju dan mencoba membujuk.

“Sooyoungie…”

“Ne Yul. Kau memintaku untuk tidak meninggalkanmu. Tapi kenapa kau malah berencana meninggalkanku?”

“Aku tidak meninggalkanmu.”

“Lalu ini apa?!” Sooyoung meledak.

Yuri berjongkok dipinggiran. Posisi yang lebih berbahaya. Berat badannya menjadi semakin condong kearah udara bebas. “Jangan membentakku.”

Isakan Yuri terdengar. Yeoja itu membenamkan kepalanya diantara lutut. Menggoyang-goyangkan badannya sebentar sebelum gravitasi tanah mengambil alih.

“Yuri!”

To Be Continue

.

.

Yeah!

Chap 4! Makin aneh ya? Kaya sinetron ya? Aku disini mau menunjukkan sudut pandangku pada sex bebas.Kenapa saya beberapa kali menyebut nama Jungmo? Entah kenapa, saya merasa ingin memberikan peran berbeda pada Jungmo. Seringkali saya membaca ff, dimana Jungmo kadang menjadi orang ketiga. Jadi, karakter tengil seorang Kim Jungmo yang saya kedepankan disini. Walopun aslinya saya sama sekali ga tau Jungmo itu orangnya seperti apa. Haha :D



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>