Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Beloved Moment Chapter 6

$
0
0

Annyeonghaseyoooo

Terima kasih karena reader udah mau setia menunggu saya update.

Fic ini tetap 17+ kan? Bisa dikira-kira berarti ya, apa yang bakal terjadi sama Sooyoung ? silahkan menebak-nebak chingudeul

Setiap pair ada bagiannya masing-masing. Jadi, porsinya disesuaikan dengan peran ya.

Okay! Gidaehaedo joha,Let’s Go!

Title : Beloved Moment / Chapter 6

Main Pair :Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun

Other Cast : YeYul, SiFany, YoonHae, and other

Rated : 21+ tapi ga terlalu +++++ (?)

Warning : OoC, typo bertebaran dimana-mana -terlihat maupun tersembunyi-, umur tidak sesuai, tema umum

Disclaimer : Cast milik dirinya sendiri (namun masih tanggung jawab orang tua dan dibawah naungan Tuhan), Super Junior dan SNSD teken kontrak sama SM Entertainment. Ff ini di post oleh Chovenna atas persetujuan dari penulisnya Babykim. Gomawo ^^ follow my twitter @ChoVenna

Thank you

Happy Reading ^^

.                                                                            

.

“Kyu…” lirih Sooyoung lemah.

Kyuhyun mentatap Sooyoung tetap dengan tatapan tajamnya. Tak menanggapi tatapan Sooyoung yang memohon. “Hentikan Kyu…”

Kyuhyun menghentikan pergerakannya. Walaupun matanya tetap menatap Sooyoung tajam. Sooyoung bernafas lega. Yeoja itu kembali menurunkan blusnya yang sempat Kyuhyun naikkan.

Namun tak beberapa lama, Sooyoung terbelalak. Tangan Kyuhyun bergerak untuk membuka kancing kemeja yang dipakai namja itu. Memperlihatkan dada milik sang lelaki.

“Kyu?”

Kyuhyun tersenyum miring. Tangannya kembali menggenggam erat kedua tangan Sooyoung. “Nikmati saja. Ne?”

Lalu namja itu mulai mencium bibirnya kembali. Sooyoung meringis. Ciuman Kyuhyun lebih kasar kini. Dengan lumatan, gigitan, dan hisapan yang semakin keras. Membuat Sooyoung melenguh tak nyaman. Ditambah dengan aroma alkohol yang tadi diminum namja itu.

Sooyoung menangis. Lagi. Yeoja itu berdoa, kalaulah memang dia harus berakhir seperti ini, beri dia kekuatan.

Sooyoung kembali melenguh saat tangan Kyuhyun mulai menjalari tubuh bagian depannya lagi. Meremas dadanya kuat dan mencium bibirnya kasar.

Tiba-tiba tubuh namja itu berhenti bergerak. Lalu terjatuh. Dengan bibir yang saling bersentuhan, menindih tubuh Sooyoung yang berada dibawahnya.

“Hei.”

Dengan mata yang masih mengabur, Sooyoung mendongak. Tubuhnya yang tadi menegang, kini mulai melemah. Lega.

Sooyoung tak tahu kapan Siwon dan Tiffany masuk dan kini berdiri disamping ranjang Kyuhyun. Siwon menarik lengan Kyuhyun dan menghempaskan namja itu ke tempat tidur. Membebaskan Sooyoung dari kukungan ketakutannya.

“Tiffany…” lirih Sooyoung lemah.

“Kau tak apa-apa kan Sooyoungie?” Tiffany duduk disisi ranjang dan mendudukkan tubuh Sooyoung. Saat itu pula Sooyoung langsung memeluk yeoja berkulit putih susu tersebut. Menangis tersedu-sedu dibahu sahabatnya.

“Shhh… Sudah tidak apa-apa Sooyoungie,” ucap Tiffany menenangkan. Diliriknya Siwon yang kini sedang memperbaiki pakaian Kyuhyun dan menyelimuti namja itu.

Siwon duduk disi lain Sooyoung dan menepuk kepala yeoja itu pelan. “Maaf kan dia ne?”

Sooyoung melepas pelukannya pada Tiffany dan mengangguk. Ditolehkannya kepala kebelakang dan mendapati Kyuhyun sudah tertidur. Tak lagi mengigau apalagi berbuat nekat seperti tadi. “Apa yang kau lakukan padanya?”

“Siwon menekan salah satu titik syaraf Kyuhyun. Sebenarnya tidak terlalu berdampak apa-apa, seandainya dia tidak mabuk seperti itu,” jelas Tiffany.

Sooyoung bernafas lega dan memperbaiki pakaiannya. Yeoja itu terlalu shock untuk mengatakan apa-apa.

“Kuantar kau kekamarmu ne?”

.

.

Sejak malam itu, Sooyoung lebih sering berdiam diri. Diperlakukan seperti itu oleh seseorang yang mabuk, walaupun itu kenalanmu, cukup membuat yeoja itu shock. Sooyoung tak lagi datang ke aula untuk sarapan bersama.

Yeoja itu menghela nafasnya berat. Ditolehkannya kepala dan menatap Yuri yang sedang tertidur di pembaringan rumah sakit. Kini dia lebih sering mengunjungi Yuri dirumah sakit daripada harus berada diasrama. Berdekatan dengan Kyuhyun membuat dia panas dingin dan tak nyaman. Keadaan Yuri sendiri semakin membaik. Jika dia tak salah dengar, Yesung tadi mengatakan bahwa lusa Yuri sudah bisa pulang ke asrama.

Mata yeoja yang tadi terpejam itu perlahan membuka. Memperlihatkan sepasang mata bermanik coklat tua dibalik kelopak indahnya.

“Sudah bangun yul?”

Yuri menoleh kearah sumber suara dan mendapati Sooyoung duduk dan tersenyum disamping ranjangnya seraya mengelus pelan punggung tangannya. Yuri pun ikut tersenyum. “Kau disini Sooyoungie?”

Sooyoung mengangguk.

Yuri mengedarkan pandangannya dan merasakan ada seseorang yang pergi. “Dimana Yesung oppa?”

Sooyoung membantu Yuri untuk bersandar dikepala ranjang ketika yeoja itu bergerak bangun. “Dia menemui dokter. Kau tahu kan, lusa sudah bisa pulang?”

Yuri mengangguk. “Ya.”

Sooyoung mengambil segelas air putih dan membiarkan Yuri meminumnya habis.

“Kau terlihat sedih belakangan ini Sooyoungie. Apa terjadi sesuatu?” Yuri bertanya seraya mengelap pinggiran bibirnya yang basah karena air yang tadi diminumnya.

“Eh?” Sooyoung terkejut. Tak menyangka Yuri dapat membaca raut wajahnya.

Yuri mengangguk. “Ya. Kau terlihat sering murung. Ada yang mengganggu pikiranmu?”

Sooyoung menunduk. Mungkin menceritakan kejadian itu pada Yuri sedikit bisa mengurangi bebannya.

Yuri menganga tak percaya saat Sooyoung bercerita. Bahkan yeoja itu tak sanggup mengatakan apa-apa saat Sooyoung terdiam menunggu tanggapannya.

“Yuriie…”

Yuri gelagapan. “Kyuhyun melakukan itu padamu?!”

Sooyoung mengangguk.

“Oh, Sooyoungie,” direngkuhnya roommatenya kedalam dekapannya. “Aku mengerti kenapa kau sering diam belakangan ini.”

Sooyoung mengangguk. Menikmati pelukan sayang dari sahabat pertamanya yang nyaman.

“Kau tak apa-apa sekarang?” Yuri melepas pelukannya dan memandang mata Sooyoung dengan rasa kasihan.

“Aku tidak apa-apa. Hanya saja belum siap untuk bertemu dia.” Sooyoung tersenyum kecut.

Yuri mempoutkan bibirnya. Terlihat kesal. “Mungkin aku harus meminta Yesung oppa untuk mencabut peraturan tak jelas mengenai alkohol itu.”

Sooyoung diam tak menanggapi.

.

.

Kyuhyun merebahkan kepalanya diatas lipatan tangannya. Membaringkan tubuhnya direrumputan dibawah pohon ditaman asrama. Tampat favoritnya. Berada ditaman asrama disore hari memang menyenangkan. Sinar matahari harus berusaha keras untuk menembus jalinan dedaunan rimbun dari pohon-pohon besar disana.

Namja itu termenung. Tak mengerti dengan beberapa kejadian beberapa hari belakangan ini. Dimulai dari hangover parah saat pagi ketika malamnya berada diparty yang diadakan Jungmo. Kyuhyun membodohi diri sendiri saat itu. Sudah tahu tak kuat minum, dia nekat meminum banyak alkohol malam itu.

Lalu Sooyoung yang kini kembali menghindarinya. Kyuhyun heran sekali. Yeoja itu sama sekali tak pernah ada diaula lagi saat sarapan. Jikapun mereka bertemu berpapasan, Sooyoung akan memutar balik arah jalannya. Menghindari Kyuhyun. Pernah suatu kali Kyuhyun mengejar yeoja itu. Namun dnegan cepat yeoja itu menghilang dari pandangan matanya. Menelepon? Tak diangkat. Mengirimi pesan? Tak dibalas. Apa yang membuat Sooyoung kembali menghindarinya?

Hingga puncaknya adalah tadi siang. Yoona menerobos memasuki kamarnya dan mengamuk. Mengata-ngatai Kyuhyun bahwa namja itu memang brengsek. Kyuhyun tak heran dengan omongan kakak sepupunya itu. Kadang yeoja itu marah dengan cara mendiamkannya, namun tak jarang pula yeoja itu memarahinya dengan galak.

Kyuhyun mengelus lengan atas sebelah kanannya. Kakak sepupunya itu menyerangnya dengan ganas tadi. Memukul lengannya, dadanya, bahkan kepalanya. Dia sendiri? Hanya bisa memandangi sepupunya bingung. Satu kata yang diingatnya ketika tadi noonanya sebutkan saat mengamuk.

“Sooyoung.”

Kyuhyun yakin, ada sesuatu yang terjadi padanya dan Sooyoung. Tapi apa?

Drrtt drrtt drrtt

Masih dengan berbaring, Kyuhyun merogoh saku celana pendeknya dan mengambil handphonenya.

“Siapa ini?” gumamnya saat mendapati nomor asing yang menghubungi ponselnya.

“Yeoboseyo?”

“Ya. Cho Kyuhyun.” Terdengar suara berat seorang namja disana.

“Ne?”

“Apa kabarmu?”

“Nugu?”

Kyuhyun menjauhkan ponselnya saat suara tawa menggelegar yang memasuki gendang telinganya.

“Kau tak ingat aku?”

“Jika tak ada perlu denganku, aku tutup,” ucap Kyuhyun dingin. Namja itu malas berbasa basi.

“Ya ya ya. Kyuhyun! Jangan seperti itu pada hyungmu sendiri.”

Dahi Kyuhyun mengernyit. Hyung? Selama ini yang dianggapnya hyung hanyalah Yesung, Siwon dan Donghae. Oh, mungkin Jungmo juga. Tapi suara namja ini jelas bukan salah satu dari mereka.

“Aku tak kenal siapa kau.”

Kembali suara tawa itu terdengar. “Sombong sekali kau Kyuhyun-ah! Aku Jay.”

Seketika Kyuhyun menegang. Raut wajahnya berubah mengeras. Diapun segera mengubah posisi menjadi duduk. “Mau apa kau?”

“Mauku?”

.

.

Yuri pulang! Setelah seminggu lebih menjalani perawatan dirumah sakit, yeoja itu akhirnya kembali ke asrama dengan diantar kedua orang tuanya beserta ayah Yesung. Terlihat wajah bahagia Yuri saat kembali menapaki lantai gedung asramanya. Meskipun dia dan Yesung baru saja melewati masa-masa terberat sebagai remaja, Yuri tak menyerah. Itu semua menjadi pelajaran yang harus bisa dipahami olehnya dan Yesung sendiri.

Yuri membaringkan tubuhnya diranjang milik Yesung. Ya. Namja itu belum bisa membiarkan Yuri diluar pengawasannya. Jadilah beberapa hari -atau mungkin minggu- kedepan Yuri akan berada sementara dikamar besar milik namja sipit itu.

“Apa aku harus berdiam dikamar oppa?” Yeoja itu menutupi sebagian wajahnya dengan selimut. Sedikit merasa malu saat melihat namjanya yang sedang menyusun pakaian miliknya dilemari milik Yesung. Oh, wajah Yuri kini memerah. Baru saja Yesung memasuki pakaian dalamnya, bercampur dengan pakaian dalam milik namja itu. Orang tua mereka sudah pulang. Teman-teman mereka pun sudah kembali ke sekolah.

“Ya.” Yesung kembali membenahi pakaiannya dan Yuri. Diapun ikut menginap dirumah sakit menemani kekasihnya. “Kau akan berada disini untuk beberapa waktu.”

“Tapi kau kan harus sekolah juga oppa!”

Yesung menyimpan tas besar yang mereka gunakan kedalam lemari. “Aku sudah meminta izin pada Lee ahjussi. Beberapa guru juga akan sesekali datang kemari mengajarimu. Akupun akan mengajarimu supaya kau tak ketinggalan pelajaran.”

Yuri mencibir. “Ya. Lee ahjussi memang selalu mendukungmu. Aku heran, kenapa kita bisa mempunyai kepala sekolah seperti Lee Soo Man.”

Yesung tersenyum kecil. Lalu mendekati kekasihnya dan membelai rambutnya sayang. Yuri sempat merona mendapati senyum Yesung dan perlakuan lembut kekasihnya. “Karena dia itu pamanku.”

Yuri kembali merubah wajahnya menjadi kesal. “Lalu kenapa jika dia pamanmu?”

Yesung menggedikkan kedua bahunya. “Tentu saja dia harus mendukung keponakannya.”

Yuri menggerak-gerakkan bibirnya kesal. Tahu begini, sama saja seperti dia masih berada dirumah sakit.

“Jangan seperti itu.” Yesung mengecup singkat bibir yang sedang terpoutkan itu. “Aku harus memastikan kau baik-baik saja.”

“Aku baik-baik saja, oppa. Mungkin oppa yang sekarang sakit. Oppa semakin cerewet saja.”

Yesung menaikkan kedua alisnya. “Apa aku cerewet?”

Yuri mengangguk.

“Kau ingin aku seperti dulu lagi?”

Yuri berpikir seraya menatap dinding kamar didepan matanya. Seketika itu pula dia bergidik. Wajahnya berubah ngeri. Samurai yang pernah Yesung pakai saat mengamuk menggantung disana.

Yesung mengikuti arah pandang kekasihnya. Namja itu terkekeh kecil. Kembali dikecupnya bibir kekasihnya. “Aku tak akan seperti itu lagi.”

“Jeongmal?”

Yesung mengangguk . ”Sekarang, istirahatlah.”

.

.

Malam ini begitu sepi. Dan dingin. Namja itu berjalan pelan dikoridor-koridor gedung asrama. Waktu sudah menunjukkan jam malam dimana penghuni sudah harus berada dikamar. Namja berambut brunette itu menghela nafasnya. Masih diingatnya tadi siang, saat yeojanya mengantar yeoja teman sekamarnya yang kini berada dikamar hyungnya, yeojanya tetap menghindar darinya. Yeojanya tak sekalipun membiarkan mereka berdekatan ataupun berpandangan.

Namja itu terkekeh. Yeojanya? Pantaskah dia mengatakan itu? Mereka berdua bahkan bukan apa-apa. Hanya karena dia merasa begitu nyaman dengan yeoja itu, dia tak mau terjadi hal yang tak menyenangkan diantara mereka.

Namja itu mengeratkan jaketnya. Masih diingatnya saat mereka berdua berjalan bersama malam itu. Saling terbuka dan membicarakan banyak hal. Yang berakhir dengan tak terduga. Dia kehilangan kepercayaan dari yeojanya.

Namja itu tersentak. Langkahnya terhenti. Terakhir kali yeojanya menghindar darinya, karena perlakuannya yang sedikit melenceng. Mungkinkah kini yeojanya menghindar karena dia kembali seperti itu? Tapi kapan?

Tak perlu lama berpikir, namja itu memukul dahinya. Hanya satu jawaban yang memungkinkan. Saat dia mabuk. Ya. Saat dia hilang kesadaran.

Mengacak-acak rambut ikal coklatnya, namja itu berbalik. Berjalan cepat menuju ruang keamanan. Menemui penjaga asrama. Memberikan laporan malam rutin mengenai keadaan asrama dan sedikit urusan. Meminjam kunci sebuah kamar di asrama mereka.

.

.

ROOM 134

KWON YURI
CHOI SOOYOUNG

Cklek!

Pintu itu terbuka. Seseorang masuk dan kembali menutup pintu. Kamar itu gelap. Mungkin tidak terlalu gelap karena masih mendapat bias cahaya dari lampu koridor.

Sesosok tubuh berbaring disalah satu ranjang. Sedangkan ranjang lainnya terlihat kosong. Masih rapi tak tersentuh.

Namja itu melangkah makin dalam memasuki kamar. Lalu berjongkok disamping ranjang yang sedang ditiduri seseorang. Bisa diciumnya wangi lavender dari sana. Wangi yang diketahuinya sebagai aroma therapy yang membuat tenang. Namja itu tersenyum. Salah satu tangannya terangkat membelai rambut panjang halus dan tangan lainnya menggenggam salah satu tangan milik seseorang didepannya. Yeojanya.

Wajah yang sedang tertidur itu begitu damai. Begitu alami dan natural. Begitu cantik. Manis. Wajah lembut khas seorang wanita. Dan masih banyak kalimat agung yang dipikirkan namja itu mengenai wajah yeojanya. Hanya wajahnya. Jika sudah menyangkut kepribadian yeojanya, beribu-ribu kata pujian dan kekaguman yang bisa menggambarkan yeojanya.

Wajah namja itu mendekat. Mencium kening yeojanya lama. Menyalurkan permintaan maaf dan sayang yang belum sempat tersampaikan secara langsung. Masih bisa diingatnya, yeoja itu merona saat dia mengatakan bahwa yeojanya mirip sekali dengan ibunya. Dia yang sudah kehilangan sosok ibu juga ayah sejak beberapa bulan yang lalu, kembali menemukan gairah hidup dalam menyayangi seseorang sepenuh hati.

Diturunkannya wajah tampannya itu. Senyum terus melekat dibibir tebalnya. Matanya terpejam dan menempelkan kedua hidung mereka. Menyesap hembusan nafas yang baru saja yeojanya keluarkan. Hembusan nafas yeojanya adalah nafas baru baginya. Nafas baru untuk kelanjutan hidupnya.

Wajah itu sedikit bergerak miring. Mengecup pelan bibir yang terkatup itu. Butuh beberapa saat hingga namja itu melepaskan kecupannya lalu kembali menempelkan hidung dan kening mereka. Senyumnya merekah lebar ketika merasakan bahagia yang membuncah dari dalam dirinya. Ingin rasanya kedua lengannya merengkuh tubuh yang tertidur tenang itu. Mungkin setelah ini dia akan menduplikat kunci kamar yeojanya. Persis seperti apa yang dilakukan salah satu hyungnya pada yeoja milik hyungnya itu. Agar dia bisa masuk setiap malam dan memandang wajah tenang yeojanya yang sedang tertidur.

Menatap kembali wajah didepannya, namja itu sadar. Dia tak bisa lepas dari yeojanya.

.

.

“Yoona sangat marah padamu.”

Kyuhyun tak merespon apa yang baru saja Donghae ucapkan. Namja itu hanya berdiri diam dibalkon kamarnya.

“Kyuhyun.”

“Aku bisa apa hyung?”

Donghae menghela nafas berat. “Kau tahu kenapa dia marah padamu?”

Kyuhyun mengangguk. “Aku bisa menebaknya.”

“Kau sudah minta maaf?”

Kyuhyun menggeleng. “Sooyoung bahkan menghindariku.”

Menepuk bahu adiknya, Donghae berucap, “kau sudah dewasa. Jangan sampai salah melangkah. Lagi.”

Kyuhyun mengangguk. “Aku mengerti.”

Donghae berjalan keluar. Meninggalkan Kyuhyun entah dengan apa yang sedang dipikirkan namja itu.

Mata Kyuhyun terpejam kala sinar matahari sore menyinari balkon kamarnya. Inilah yang dilakukannya jika ingin menenangkan diri.

Drrtt drrtt drrtt

Masih dengan terpejam, Kyuhyun merogoh handphone yang ada disaku celana pendeknya.

Jay

“Dia lagi,” gumamnya kesal. Ingin rasanya menolak panggilan itu. Namun percakapan mereka ditelepon saat itu memberikan kesan penasaran akan kalimat gantung yang diucapkan namja bernama Jay itu.

“Ada apa?” ketus Kyuhyun.

“…”

“Aku tidak akan menjawab panggilanmu jika aku menghindarimu.”

“…”

“Ucapkan saja keperluanmu. Jangan terlalu lama berbasa-basi.”

“…”

“Bantuanku?”

“…”

“Aku tidak mau.” Suara Kyuhyun terdengar tegas.

“…”

Mendengar nama Yoona, rahang Kyuhyun mengeras. “Jangan sekalipun menyentuh noonaku.”

Tawa terdengar dari seberang. “…”

Namun bukan hanya Yoona, nama lain pun Jay ucapkan. Membuat Kyuhyun meremas keras pinggiran pagar balkonnya. “Aku. Akan. Membunuhmu. Jika. Kau. Menyentuh. Choi Sooyoung.”

Panggilan itu terputus.

Bugh!

Kepalan tangan Kyuhyun memukul besi pagar didepannya dengan keras. Tak dipedulikannya rasa sakit yang menjalar tiba-tiba akibat kelakuannya itu. Matanya terpejam erat menahan emosi. Nama terakhir yang diucapkan Jay membuatnya tak bisa mengendalikan amarah. Dari mana namja itu tahu mengenai Sooyoung? Yeojanya?

Pusing memikirkan apa yang harus dilakukannya, Kyuhyun berjalan turun menuju taman asramanya. Berjalan-jalan di suasana sore yang tenang dan cerah mungkin bisa menghilangkan kekesalannya.

Dengan kedua tangan yang tersembunyi didalam saku celana pendeknya, Kyuhyun terlihat sangat mempesona. Beberapa kali nama namja itu dipanggil oleh beberapa yeoja yang sedang bersantai bersama ditaman asrama mereka. Kebanyakan adalah teman kencan Kyuhyun dulu. Menatap Kyuhyun dengan tatapan menggoda dan mengharap. Namun Kyuhyun hanya menanggapinya dengan menaikkan sedikit salah satu sudut bibirnya. Sudah tak berminat dengan yeoja-yeoja itu. Tentu saja. Dia sudah punya yeojanya.

Langkah kakinya berjalan menuju tempat favoritnya. Pohon besar yang ditanam dipojok taman. Tempatnya untuk sekedar berbaring dan memejamkan mata menikmati ketenangan.

Matanya memicing saat mendapati sudah ada orang lain yang menempati rerumputan dibawah pohon favoritnya. Orang itu tertidur miring. Beberapa buku dan sebuah tas ransel tergeletak didekatnya.

Dengan menebak-nebak, Kyuhyun berjalan pelan. Penghuni asrama tahu bahwa disana adalah tempatnya. Tempat milik seorang Cho Kyuhyun. Tak pernah ada penghuni yang mengambil alih tempat itu. Kecuali satu kemungkinan. Orang baru.

Berjongkok didepan tubuh yang tertidur itu, Kyuhyun tersenyum.

“Sooyoung.”

Namja itu ikut membaringkan tubuhnya. Mengambil posisi kesukaannya. Menempelkan hidung mereka berdua dan menggenggam salah satu tangan Sooyoung. Matanya ikut terpejam.

Cukup lama mereka berbaring berdampingan. Kyuhyun tak tidur. Dia tak bisa tidur. Hanya sekedar mencari ketenangan batin dengan menatap wajah yeojanya. Sooyoungnya.

Kyuhyun paham betul dengan Sooyoung yang menghindarinya. Namun Kyuhyun tak bisa memaksa Sooyoung untuk kembali menerimanya berada disamping yeoja itu. Dengan sedikit tak rela, Kyuhyun bangkit dari pembaringannya sebelum Sooyoung terbangun.

Pluk

Sebuah benda yang dibawa Kyuhyun terjatuh. FN Five Seven. Pistol favoritnya itu terjatuh dari belakang celana tempat Kyuhyun menyimpannya. Menimang-nimang benda itu sebentar, Kyuhyun memantapkan pemikirannya. Diletakkannya pistol itu disisi Sooyoung. Merobek salah satu kertas dari buku milik yeojanya, Kyuhyun meninggalkan pesan. Lalu namja itu berlalu.

.

.

Sooyoung berjalan bolak balik dikamarnya. Sesekali berhenti dan memandangi benda yang baru saja ditemukannya tadi sore. Benda hitam yang kini tergeletak diatas meja nakas disamping tempat tidurnya. Bersamaan dengan secarik kertas berisi pesan dari seseorang yang dia tahu pasti. Kyuhyun.

Simpan ini. Untuk berjaga-jaga.

Sooyoung memijat pelipisnya pelan. Bagaimana bisa namja itu meninggalkan benda itu padanya? Sooyoung merasa dirinya tak memerlukan senjata itu. Untuk apa? Apa nyawanya terancam? Tidak kan?

Malam semakin larut. Berniat menutup tirai jendela kamarnya, Sooyoung berjalan kearah jendela. Tak sengaja matanya menatap lantai 4. Saat itulah Sooyoung melihatnya.

Kyuhyun berdiri dibalkon kamarnya. Memandang lurus kearahnya. Sooyoung terdiam. Saling bertatapan.

‘Kau menghindariku lagi?’

‘Kau yang membuatku seperti itu.’

‘Aku minta maaf.’

‘Kau membuatku takut padamu. Lagi.’

‘Lupakan saja masalah itu. Kau makan dengan baik? Aku tak pernah melihatmu diaula saat sarapan. Makan siang dan makan malam pun kau jarang ada.’

‘Aku makan bersama Yuri dikamar Yesung. Ada Yesung juga disana.’

‘Tidurmu nyenyak?’

‘Ya.’

‘Syukurlah. Jaga dirimu.’

Entah kenapa, dengan bertatapan seperti itu Sooyoung merasa mereka sudah saling mengutarakan apa yang masing-masing mereka rasakan. Cepat Sooyoung menutup tirai jendelanya. Bergidik dengan apa yang baru saja hinggap dipikirannya. Dikiranya mereka berdua bisa bertelepati, eh?

“Aku bisa gila.”

.

.

Berkali-kali Sooyoung memimpikan hal yang sama dalam tidur malamnya. Yeoja itu mengernyitkan kening. Dia tahu dia sedang tidur sekarang. Namun kenapa rasanya sangat nyata?

Bibir sedikit dingin yang kenyal itu menyentuh bibirnya. Ehm, ya, mencium. Walaupun hanya saling menempelkan bibir. Sooyoung menikmatinya. Dia akui itu. Rasanya nyaman. Membuat dadanya membuncah karena detak jantung yang tak beraturan.

Ingin menikmati mimpinya, Sooyoung menggerakkan sedikit bibirnya. Namun, bibir yang menciumnya malah diam tak merespon. Membuat Sooyoung kembali berpikir, bahwa ini bukanlah mimpi yang menyenangkan.

Tapi beberapa detik setelahnya, Sooyoung bisa merasakan. Bibir itu bergerak. Walaupun sangat pelan. Meski begitu, Sooyoung kembali menggerakkan bibirnya. Mencoba mengimbangi pergerakan pelan dari lawannya.

Ciuman manis itu kini terlepas. Sooyoung tersenyum senang dan bahagia dalam tidurnya. Malam ini, dan malam-malam lainnya, mimpinya sangat indah.

.

.

“Apa kolom yang ini juga harus diisi, Kim ssonsaeng?”

Sooyoung mendongak bertanya pada guru cantik yang duduk didepannya. Gurunya itu sengaja memanggilnya disaat jam pelajaran terakhir yang kebetulan diisi oleh guru itu sendiri. Meninggalkan murid-murid, teman sekelas Sooyoung, dengan belasan soal matematika sedangkan Sooyoung sendiri malah diculik oleh gurunya sendiri.

Kim Haneul mengangguk. “Ya. Itu harus diisi. Form aplikasi ini untuk melengkapi datamu, Choi Sooyoung.”

Sooyoung mengangguk patuh. “Baiklah.”

Ruang guru itu sepi. Tentu saja. Sebagian besar guru sedang mengajar pelajaran yang diampunya dikelas-kelas. Sedangkan beberapa guru lain entah kemana dengan urusan pekerjaannya masing-masing. Hanya ada seorang guru pria yang Sooyoung kenal sebagai Jung ssonsaeng yang duduk dimeja kerjanya. Sedangkan Kim ssonsaeng, dan dirinya sendiri duduk saling berhadapan disofa yang ada diruang guru tersebut.

Tok tok tok

Kim ssonsaeng menoleh kearah pintu. Begitu pula Sooyoung. Tiga orang namja berpakaian jaket hitam berdiri didepan pintu. Jung ssonsaeng bergegas bangkit dan menghampiri.

“Selamat siang,” sapa Jung ssonsaeng ramah seraya membungkukkan badannya. Sikap sopan dan hormat seorang tenaga pengajar.

Namja yang berdiri paling depan membalas salam guru muda itu. “Selamat siang. Kami detektif kepolisian. Bisa bertemu dengan kepala sekolah Lee?”

Dahi Sooyoung mengernyit. Begitu pula Kim ssonsaeng dan Jung ssonsaeng. Polisi?

Jung ssonsaeng tetap berusaha senang. “Tentu saja. Mari saya antarkan.”

Jung ssonsaeng mengajak ketiga polisi itu untuk masuk kedalam ruang guru. Ruang kepala sekolah memang ada didalam ruang guru. Membuat kepala sekolah bisa memantau dengan langsung pekerjaan bawahannya.

Sooyoung memandang Kim ssonsaeng. Guru matematika itu terus mengikuti pergerakan polisi-polisi itu dan Jung ssonsaeng. Hingga Jung ssonsaeng kembali keluar setelah mengantarkan tamu keruang kepala sekolah dan kembali kemeja kerjanya.

“Ada apa, Yun?” Kim ssonsaeng bertanya dengan memanggi nama depan Jung ssonsaeng.

Jung ssonsaeng menggeleng. “Entahlah.”

Kim ssonsaeng mengalihkan pandangannya pada Sooyoung yang masih terdiam. “Sooyoung-ah, bisa kau menyelesaikan mengisi form dengan cepat?”

Sooyoung mengangguk. Paham akan situasi yang dialami diruang guru. “Saya usahakan, Kim ssaeng.”

Cklek!

Kepala sekolah Lee berjalan keluar dari ruangannya. Wajahnya terlihat khawatir. “Yunho, bisa panggilkan Cho Kyuhyun?”

.

.

Sooyoung menegang. Perlu beberapa detik baginya untuk berpikir. Menyerap informasi yang baru saja diterima dan menganalisisnya. Impuls otaknya sempat terhenti saat menyambung beberapa informasi yang ada. Cho Kyuhyun dan polisi? Oh, hanya pemikiran negative yang ada dibenak Sooyoung.

Namja itu baru saja memasuki ruang guru bersama Jung ssonsaeng. Sempat saling menatap dan mengacak pelan rambut Sooyoung kala namja itu melewatinya sebelum memasuki ruang kepala sekolah. Sentuhan yang mampu membuat Sooyoung merona. Mengesampingkan kekhawatirannya pada namjanya. Eh, namjanya?

Tak lama, pintu ruang guru kembali terbuka. Kini terlihat Yesung yang memasuki ruangan. Tanpa banyak bicara, namja itu hanya menganguk sebentar pada Kim dan Jung ssonsaeng. Lalu menyempatkan diri tersenyum kecil pada Sooyoung dan melesat masuk keruang kepala sekolah.

Setelahnya, berturut-turut Siwon, Tiffany, Yoona beserta Donghae yang memasuki ruang kepala sekolah. Oh, Sooyoung hampir gila. Tak dapat dipungkirinya, dia tak tenang melihat sahabat-sahabatnya berwajah cemas seperti itu. Bolehkah dia ikut masuk kesana?

Pintu ruang kepala sekolah itu akhirnya terbuka. Sooyoung beserta kedua gurunya reflex berdiri.

Tubuh Sooyoung melemah. Dari ruang itu, Cho Kyuhyun berjalan keluar didampingi ketiga polisi. Namja itu menyunggingkan senyumnya. Menggerakkan bibirnya tanpa suara yang dibalas dengan anggukan Sooyoung. ‘Aku akan segera kembali.’

Yoona berjalan menghampirinya Sooyoung. Kedua gurunya sudah masuk kedalam ruang kepala sekolah. Berempat bersama Yesung dan kepala sekolah Lee, entah apa yang mereka diskusikan.

Siwon dan Tiffany yang sooyoung pikir akan ikut menghampirinya, malah berjalan cepat menyusul Kyuhyun dan polisi-polisi itu. Wajah mereka terlihat tegang dan gusar.

“Apa yang terjadi?” Sooyoung menghadap Yoona dan Donghae yang duduk didepannya. Kedua orang itu tak menjawab. Donghae terlihat murung. Sedangkan Yoona memijat pelipisnya.

“yoong? Pergi kemana Siwon dan Tiffany?”

Yoona menghela nafasnya berat. “Mereka berdua akan mendampingi Kyuhyun. Sebagai saksi.”

“Apa maksudmu mendampingi? Saksi apa? Apa yang Kyuhyun lakukan?” Sooyoung mulai tak sabar.

Yoona menoleh menatap Donghae yang masih terdiam. “Hae?”

Donghae menoleh. Saling bertatapan lama dengan Yoona sebelum berucap, “hubungi ayahmu. Katakan Kyuhyun dikantor polisi.”

.

To Be Continue

Yeah ! TBC hehehehe

Chap 6! Bagaimana? Memuaskan tidak?

Yey yey yey. Ada Jay disitu. Anggaplah Jay ini hanya OC ya? Bukan TRAX. Oke oke?Terserah kalian maunya Jay yang mana chingudeul :D



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>