Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

[Series] Stuck In Love -9-

$
0
0

Image

Title                   : Stuck In Love

Author               : soocyoung (@soocyoung)

Length               : Serial/On Writing

Genre                : Romance

Rating                : PG 16

Main cast           :

  • Choi Sooyoung
  • Cho Kyuhyun
  • Kris Wu

Other cast          : Find it :)

From Author       :

Annyeonghaseyo knigtdeul^^

Lama tak berjumpa.. hihi..

Ketemu lagi sama author soocyoung \^^/

Masih pada inget cerita sebelumnya kan? Aku gg perlu tulisin cerita sebelumnya yaaa.. kalo sempet dibaca aja lagi part sebelumnya, hehehehe.

 

By the way, sebaiknya knightdeul dan readers baca aja sendiri bagaimana awal cerita FF ini. Tentu saja, semua hal yang berhubungan sama nama sesuatu yang ada di FF ini adalah buatanku, kecuali tokoh dan beberapa lokasi tempatnya. Meskipun ada beberapa juga yang memang ada/real, tapi aku ubah sedikit demi kepentingan cerita.

So, happy reading ^^/

 

Sooyoung POV

Aku menarik napas panjang berusaha menenangkan diriku karena mendengar percakapan tidak menyenangkan dari tiga yeoja di dekatku. Seharusnya aku memang tidak perlu mendengarkannya lagi tapi suara mereka benar-benar terdengar jelas di telingaku. Aku kembali mengarahkan pandang ke arah yeoja-yeoja itu. Mereka masih membicarakan aku dan Kyuhyun dengan sangat bersemangat dan aku benar-benar tidak menyukai ini.

Aku kembali menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan. “Sepertinya lebih baik aku kembali ke ruangan saja,” kataku pada diri sendiri.

Dengan gerakan cepat aku membereskan kertas-kertas laporan yang aku bawa dan menutup laptopku. Tapi baru saja aku akan berdiri, ponselku bergetar di saku. Cepat-cepat aku mengambil benda itu, melihat nama yang tertera di layar ponsel, lalu menekan tombol jawabnya dan langsung menempelkannya ke telinga.

Eo, Eomma-“ kataku malas. “Waegeuraeyo?” tanyaku langsung sambil menatap kea rah jalanan dari jendela.

Aigoo, Sooyoung-ah! Kenapa kau selalu bertanya ada apa setiap kali Eomma meneleponmu?” sahut Eomma dengan nada heran. “Eomma hanya ongin memgobrol denganmu. Memangnya salah dengan itu? Kau bahkan belum menjenguk Eomma di rumah”

Ah, mianhaeyo Eomma. Aku sangat sibuk di sini. Aku memang berencana pulang ke Daejeon akhir pekan ini, tapi aku menerima banyak pekerjaan yang harus segera aku selesaikan”

Arra, arra. Eomma hanya ingin bertemu denganmu” kata Eomma.

Untuk beberapa detik aku diam dan memikirkan Eomma. Meskipun dia terkadang menyebalkan karena banyak melarangku melakukan sesuatu, tapi aku tahu dia melakukannya untuk kebaikanku juga.

“Sooyoung-ah?”

Eo? Ah… hmmm.. Eomma tenang saja, aku pasti akan pulang dan menghabiskan waktuku untuk mengobrol dengan Eomma,” kataku berusaha membuat Eomma tenang. “Hmm… begitu aku menyelesaikan semuanya disini, aku akan langsung ke Daejeon” Aku menambahkan.

Arraseo, uri ttal. Telepon Eomma dulu saat kau akan pulang, ne? Eomma akan menyiapkan makanan-makanan kesukaanmu” jawab Eomma, suaranya terdengar biasa kali ini.

Jinjjayo? Ah, aku jadi tidak sabaruntuk segera pulang-“

Eomma tertawa dan itu membuatku menyunggingkan senyum. Sudah lama sekali rasanya aku tidak mendengar suara tawa Eomma-ku. Tak aku sangka, ternyata aku uga sangat merindukan dia dan Daejeon.

“Baiklah kalau begitu. Sudah dulu. Jangan lupa untuk menjaga kesehatanmu,”

“Emm,”

Aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Mataku terpejam beberapa saat, membayangkan Eomma yang sedang meneleponku dirumah. Dia pasti sedang duduk di ruang keluarga kecil kami sambil meminum teh hangat di jam-jam seperti ini. Aku tersenyum kecil, lalu dengan perlahan aku kembali membuka mataku dan ternyata ada wajah seseorang yang begitu dekat dengan wajahku.

Oh, kamjjakiya!” seruku terkejut sambil memegangi dadaku. “Oppa!” dengusku kesal.

Kyuhyun terkekeh, lalu dia duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Kris. “Kau pasti sedang memikirkan aku sampai tersenyum seperti itu, bukan?”

“Memikirkanmu apanya?” gumamku masih kesal dengan apa yang dia lakukan. Aku menarik napas panjang, mencoba menghilangkan rasa terkejutku. “Ah!” seruku lagi karena teringat pada yeoja-yeoja itu. Aku menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan, tapi sudah tak ada siapapun di Coffee Shop ini. Hanya ada aku dan Kyuhyun sekarang.

Wae?” tanya Kyuhyun heran.

Aku memastikan lagi seluruh isi Coffee Shop yang memang sudah benar-benar kosong kemanapun mataku memandang sebelum kembali menoleh ke arah Kyuhyun. “Aniyo, amugeotdo Oppa” jawabku dengan nada bingung.

Kyuhyun mengerutkan keningnya, lalu dia mengikutiku menatap ke seluruh Coffee Shop. Dia tersenyum kecil, “Apa kau takut akan ada yang melihat kita disini?” tanyanya.

“Emm.. eo,”

Gokchonghajima. Tak akan ada orang yang menyempatkan diri datang ke sini saat jam kerja berakhir” katanya dengan tenang.

Aku menautkan kedua alisku, “J-Jam kerja sudah berakhir?”

Kyuhyun menganggukkan kepala, “Molla?” tanyanya sambil kembali mencodongkan badannya ke arahku. “Ini sudah berakhir lebih dari lima belas menit yang lalu,”

Mataku mengerjap beberapa kali sebelum kemudian menatap jam di tanganku. Kyuhyun benar! Jam kerja memang sudah berakhir lebih dari lima belas menit yang lalu dan aku sama sekali tidak tahu.

Mianhaeyo, aku-“ Kata-kataku terhenti karena tiba-tiba saja Kyuhyun menjitak dahiku. “Oppa! Appo!” protesku sambil menggosok-gosok dahiku yang benar-benar terasa sakit.

Kyuhyun mengabaikan protesku. Dia menyenderkan badannya di kursi lalu melipat tangannya di depan dada. “Apa kau tak tahu aku menunggumu di atas, huh? Kau meninggalkan tas-mu di atas, tak ada pesan dan bahkan aku meneleponmu saja tidak bisa. Neo jinjja!

Oppa, jangan berlebihan. Aku hanya keluar untuk membeli kopi” kataku masih memegangi dahi.

Ya! Itu bukan berlebihan. Aku khawatir kau-“ Kyuhyun tiba-tiba diam. Dia menatapku lama sekali, tanpa ekspresi apapun di wajahnya. “Aniya, amugeotdo-“ katanya kemudian.

Sepasang alisku saling bertaut sebagai ekspresi bertanya.

“Lupakan saja karena aku lupa mau mengatakan apa padamu,” kata Kyuhyun lagi menjawab ekspresiku itu. Dia melirik kertas di tanganku, “Apa yang sedang kau kerjakan itu? Boleh aku melihatnya?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.

“Ini hanya laporan yang pernah Oppa berikan dulu. Aku membawanya karena ada beberapa hal yang harus aku kerjakan dan membutuhkan laporan ini sebagai refrensi” jawabku beralasan. “Aku yakin Oppa tak akan tertarik untuk kembali melihatnya bukan?”

Kyuhyun menganggukkan kepalanya. “Eo, maja” katanya singkat. Dia memandangi jam tangannya. “Sekarang sudah malam, kajja ga

“Aku bisa pulang sendiri, Oppa. Bukankah Oppa berjanji untuk tidak mengantarkanku pulang lagi jika aku tak memintanya?” tolakku sambil mengingatkan perkataannya dulu. “Seolma…

Ya! Tidak bisakah kita pergi berkencan?”

Eo? Berkencan?”

Kyuhyun menganggukkan kepalanya dengan sangat bersemangat, “Kita bisa pergi ke Cheonggyecheon atau kemanapun tempat yang ingin kau kunjungi. Eotte?”

Aku diam sesaat dan berpikir.

“Kalau kau tak mau ke Cheonggyecheon, bagaimana kalau kita makan malam bersama?” Kyuhyun kembali bersuara karena aku terus saja diam. “Yah, aku rasa itu juga sudah cukup untuk kita berkencan,”

Aku memandangi Kyuhyun lekat-lekat. Sepertinya dia benar-benar ingin mengajakku pergi berkencan. Terakhir kali aku pergi bersamanya adalah saat ke Lotte World dan aku benar-benar menikmati waktu bersamanya saat itu. Lagipula aku memang jarang sekali mengunjungi tempat-tempat tertentu bersama Kyuhyun karena baik aku maupun dia sama-sama sibuk di pekerjaan yang sama. Dan sekarang sepertinya kami memiliki sedikit waktu.

“Baiklah Oppa. Kita pergi ke Cheonggyecheon saja kalau begitu,” kataku pada akhirnya. “Pasti banyak Pojangmacha juga kan disekitar sana?” tanyaku sambil tersenyum kecil.

Kyuhyun menganggukkan kepala dengan antusias. “Tentu saja ada,” katanya menjawab pertanyaanku. “Emm, tapi tidak terlalu banyak”

“Tidak apa-apa. Kita bisa memakannya sambil berjalan-jalan di Cheonggyecheon dan menghabiskan waktu bersama disana”

“Kau benar-benar mau pergi ke sana ya?” tanya Kyuhyun sekali lagi.

Kali ini giliran aku yang menganggukkan kepala. “Emm,” jawabku. Aku mengambil laptop dan laporan-laporan di atas meja. “Aku ke atas dulu kalau begitu, Oppa. Tasku masih di atas dan aku harus membereskan mejaku juga sebelum pergi,” kataku sebelum Kyuhyun sempat bicara. “Oppa tunggu disi-“

Dwaesseo. Aku sudah membereskan mejamu dan tasmu juga sudah aku letakkan di dalam mobil. Jadi, kau tak perlu naik ke atas lagi” sambar Kyuhyun saat aku akan beranjak dari kursiku.

Aku memandangi Kyuhyun, dengan campuran tercengang dan bingung yang menjadi satu. Dia tersenyum kecil ke arahku, lalu beranjak dari kursinya. Dengan gerakan kepalanya dia mengajakku keluar dari Coffee Shop. Aku sempat diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengikuti Kyuhyun berjalan keluar dari Coffee Shop. Mungkin cara yang baik untuk menghilangkan pikiran-pikiran tidak menyenangkan tentang obrolan yeoja­-yeoja tadi adalah pergi berjalan-jalan bersama Kyuhyun.

Tanpa menunggu apapun, mobil Kyuhyun mulai melaju meninggalkan JinHan. Di jam-jam malam seperti ini, jalanan memang sangat ramai. Tidak jauh berbeda saat siang hari karena Seoul terkenal dengan kota yang tak pernah mati. Itu artinya baik siang maupun malam, tak ada jalanan di Seoul yang sepi dari kendaraan yang berlalu-lalang. Bahkan di jalan-jalan kecil sekalipun masih bisa ditemukan mobil yang melintas untuk mencari jalan lain yang lebih sepi meskipun hasilnya akan tetap sama.

Ah, sudah lama sekali rasanya tidak ke Cheonggyecheon” kata Kyuhyun tiba-tiba disela-sela mengemudinya. “Pasti sangat menyenangkan jika setiap hari setelah selesai bekerja aku bisa berjalan-jalan dengan yeojachingu-ku seperti ini,” katanya lagi sambil melirikku.

Aku tersenyum kecil, tapi menyembunyikannya dari Kyuhyun. “Apa Oppa benar-benar menginginkan itu?”

Kyuhyun menolehkan kepala ke arahku dengan cepat, “Tidak bolehkah?”

Aku diam sesaat karena teringat percakapan yang aku dengar di Coffee Shop tadi. “Aku akan memikirkannya,” kataku menjawab pertanyaan Kyuhyun.

Kyuhyun memperlihatkan senyum sambil mengangguk-angguk pelan. Mobilnya terus melaju sampai ke pusat kota dan kemudian berhenti di tepi jalan, bergabung dengan mobil-mobil lain yang sudah terlebih dahulu disana. Kyuhyun langsung mengajakku keluar dari mobil dan menghampiri Pojangmacha pertama yang kami lihat di dekat parkiran mobil. Itu adalah Pojangmacha Gimmahri (mie bihun yang digulung dengan rumput laut dan digoreng).

Gimmahri satu porsi, Ahjumma” kata Kyuhyun sambil mengangkat telunjuknya ke arah Ahjumma di balik Pojangmacha berwarna merah itu. “Oh, ada goguma goreng juga?”

Ne. Mandu juga ada,”

Kyuhyun menoleh padaku, “Kau mau yang mana jagiya?”

Mandu juseyo

Ne,”

Ahjumma itu segera menyiapkan pesanan kami. Tak lama kemudian, satu bungkus Gimmahri dan Mandu sudah ditangan kami. Setelah membayarnya, kamipun meninggalkan Pojangmacha itu dan mulai berjalan menyusuri taman kecil menuju Cheonggyecheon. Lampu-lampu di sekitar taman sudah mulai menyala, itu berarti air terjun buatan yang ada di tengah Cheonggyecheon juga sudah menyala. Aku sangat menyukai air terjun itu karena ada lampu-lampu yang sengaja di pasang disana. Meskipun tidak sebagus Banpo Bridge, tapi cukup lumayanlah untuk menikmatinya bersama keluarga atau orang spesial bagi kita.

“Sooyoung-ah, kau yakin hanya akan memakan ini saja?” tanya Kyuhyun yang mulai menggigit Gimmahri-nya. “Apa kita perlu mencari makanan yang lainnya?”

Aku menatap Gimmahri dan Mandu ditangan Kyuhyun secara bergantian. Lalu mengarahkan pandanganku ke sekeliling.”Itu, ada Tteok. Ah, sepertinya Baeksulki enak atau Tteokpokki panas”

Kajja,” ajak Kyuhyun langsung menarik tanganku untuk menghampiri Pojangmacha yang aku tunjuk tadi. “Semoga saja ada yang menjual kopi disana” tambahnya.

Aku berhenti melangkah, “Bagaimana jika aku membeli kopi dan Oppa membeli Baeksulki-nya?”

Kyuhyun mengibas-ngibaskan tangannya di udara. “Tidak. Kita pergi bersama saja,” katanya menolak ideku. “Kopi dulu kalau begitu. Lagipula Baeksulki bisa dibeli sambil kita berjalan-jalan ke arah itu”

Aku menghembuskan tawa singkat. “Baiklah. Aku rasa penjual kopinya ada disisi lain taman,” kataku dengan suara bergetar karena menahan tawa. Aku menunjuk ke kiriku, “Aku melihat orang-orang membawa kopi dari sana. Pasti ada menjual kopi atau minuman lain disekitar itu,” kataku lagi.

Kajja ga,” ajak Kyuhyun dengan tidak sabar.

Tangan Kyuhyun menggenggam tanganku dengan erat saat kami berjalan ke kedai kopi kecil di dekat patung batu tak berbentuk. Meskipun beberapa kali angin malam berhembus dan udara dingin datang, tapi aku masih merasakan kehangatan dalam genggaman Kyuhyun. Selama ini aku belum menemukan genggaman tangan sehangat ini selain genggaman tangan Kyuhyun dan itu benar-benar membuatku sangat nyaman. Rasanya seperti dia tak akan pernah melepaskan tanganku sampai kapanpun.

Setelah membeli dua gelas Macchiato hangat, aku dan Kyuhyun kembali menyusuri jalan yang sama menuju ke Cheonggyecheon yang terletak lebih bawah dari taman. Sepanjang perjalanan, kami berpapasan dengan banyak orang yang juga sedang menghabiskan waktu bersama orang spesial bagi mereka. Ada sepasangan namja dan yeoja yang sedang duduk di bangku taman dan saling bercengkerama dengan begitu seru. Ada juga yang sedang duduk di rumput dan tidak melakukan apa-apa. Bahkan saat kami akhirnya sampai di Cheonggyecheon, lebih banyak lagi sepasang kekasih disana meskipun sekedar duduk bersama di tepi sungai. Tanpa aku sadari, aku tersenyum kecil melihat pemandangan itu.

“Kau tahu, Sooyoung-ah, aku selalu menikmati suasana Cheonggyecheon setiap kali aku datang ke sini,” kata Kyuhyun saat kami berjalan ke pagar besi yang menghadap aliran sungai jernih di Cheonggyecheon. Dia membungkuk dan melipat kedua tangannya di atas pagar, memandangi aliran sungai yang sedang ramai dikunjungi orang. “Aku suka suasana tenang disini meskipun banyak orang yang datang dan kendaraan berlalu-lalang diatas, tapi semua itu tidak terasa karena suara aliran sungainya justru meredamnya”

“Mungkin itu juga yang dirasakan oleh orang-orang yang datang ke sini,” kataku sambil memandang pada orang-orang yang sedang bermain air di sungai. Beberapa orang lain tengah duduk-duduk santai di pinggiran liku-liku semen yang membatas sisi kanan-kiri aliran.

Kyuhyun menoleh padaku, “Apa kau juga merasakan hal yang sama?”

Aku menatap Kyuhyun lama, lalu menganggukkan kepala dengan perlahan. “Aku juga merasakan kehangatan disini,” kataku.

“Kehangatan?” tanya Kyuhyun dengan ekspresi bingung.

Aku mengangkat tanganku dan menggenggam tangan Kyuhyun yang masih terlipat di atas pagar. “Hangat bukan?”

Kyuhyun memandangi tanganku, lalu beralih padaku. Aku bisa merasakan tangannya meraih tanganku, berganti menjadi dia yang menggenggamku. Dia tersenyum, sangat tampan dimataku. Untuk beberapa saat kami hanya saling menatap dan berpegangan satu sama lain sambil menikmati air terjun warna-warni yang mulai menyala untuk beberapa menit. Orang-orang yang sebelumnya sedang bersantai di pinggiran sungai pun mengalihkan perhatiannya pada air terjun itu.

“Kau ingin berjalan-jalan lagi?” tanya Kyuhyun setelah kami diam cukup lama karena sama-sama menikmati suasana di Cheonggyecheon selama pertunjukkan singkat air terjun itu. “Ayo kita mencari tempat duduk di pinggiran sungai,” ajaknya sambil menunjuk ke arah sungai dibawah.

Jamkkamanyo Oppa,” kataku menahan untuk tidak meninggalkan tempat ini terlebih dahulu. Aku mendekat ke arah Kyuhyun, lalu mengecup pipinya dengan cepat karena ini adalah tempat umum. Aku sendiri berani melakukan ini karena kebetulan tempat dimana aku dan Kyuhyun berdiri cukup gelap dibandingkan tempat lain. “Itu untuk hari ini,” kataku lagi.

Kyuhyun memegangi pipinya. Dia tersenyum ke arahku, “Dan hari yang lainnya?” tanyanya usil.

Aku membalas tersenyum, “Lain kali,” jawabku sambil menarik tangan Kyuhyun untuk segera meninggalkan pagar.

Kami turun ke bawah, ke pinggiran sungai. Karena semua tempat penuh, kami memutuskan untuk berjalan-jalan sambil mencari tempat duduk. Meskipun hari bertambah malam, tapi tempat ini justru semakin ramai. Cheonggyecheon memang tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu malam seperti ini. Selain karena tak ada batasan waktu juga karena suasanya. Jadi, siapapun yang datang ke tempat ini akan bisa menikmatinya sampai puas. Dan sepertinya aku dan Kyuhyun pun begitu. Kami akan menikmati suasana di tempat ini sampai kami puas.

€

Kyuhyun POV

Annyeonghaseyo Jin Ahjussi. Jal jinaesseoyo?” sapaku saat pertama kali aku masuk ke Apartemen Sooyoung sore ini.

Jin Ahjussi yang sedang menatap sesuatu di balik mejanya mengangkat kepala dan memandangku sambil menyipitkan mata. Sesaat kemudian senyum ramah tersungging di wajahnya yang kelihatan tua. “Kyuhyun Kwajangnim!” serunya dengan semangat.

Aku tersenyum lebar, “Ahjussi, jangan memanggilku Kwajangnim disini. Cukup Kyuhyun saja,”

Ah, ne, ne” sahut Jin Ahjussi mengangguk-anggukkan kepalanya. “Menjemput Sooyoung-ssi?”

Ne. Dia di atas kan?” tanyaku.

Seakan paham dengan apa yang aku pikirkan, Jin Ahjussi tersenyum, “Aku tidak melihatnya keluar seharian ini, jadi dia pasti di atas di Apartemennya” katanya.

Aku memasang wajah senang. Sudah aku duga, jika hari libur seperti ini Sooyoung pasti memilih untuk berdiam diri di Apartemennya daripada harus keluar berjalan-jalan jika tak ada seseorang yang mengajaknya. Itu memang sudah menjadi kebiasaannya yang aku tahu. Entah apa yang dia lakukan, tapi jelas itu cukup menghabiskan waktu liburnya.

Geureom Ahjussi,” kataku kemudian sambil menganggukkan kepala sekali, lalu pergi meninggalkan meja Jin Ahjussi.

Aku masuk ke dalam lift yang pintunya langsung terbuka begitu aku menekan tombolnya. Kemudian saat lift berhenti di lantai tiga, akupun melangkah keluar. Dengan langkah lebar-lebar, aku berjalan menuju pintu Apartemen Sooyoung. Setelah menekan tombol password yang sempat Sooyoung berikan padaku, aku membuka pintu bercat cokelat itu, lalu masuk ke dalam.

Jagiya,” panggilku sambil melangkah ke ruang tengah Apartemen. “Sooyoung-ah,” Aku mengulang memanggil.

Eo, Oppa. Aku di dapur,” sahut Sooyoung dari arah kiriku. Tak lama kemudian dia datang dengan sebuah mangkuk besar di tangannya. Aku tercengang menatap penampilan Sooyoung kali ini, kaos tanpa lengan berwarna biru dan hot pants yang memamerkan kakinya yang panjang. “Waeyo? Kenapa memandangiku seperti itu?” tanyanya dengan ekspresi heran.

Aku menggelengkan kepala cepat. “Ani, amugeotdo” jawabku. Aku memalingkan wajahku ke arah TV yang menyala, lalu ke beberapa makanan ringan di atas meja. “Yah, ada bioskop pribadi disini ternyata,” kataku memilih duduk di atas sofa.

Sooyoung hanya tersenyum singkat, lalu mengikutiku duduk di sebelahku.

“Apa kau tidak bosan setiap kali berlibur hanya melakukan hal ini?” tanyaku ingin tahu. Aku mengangkat tanganku dan meletakkannya melingkat di bahu Sooyoung. “Dan kenapa kau sendiri? Biasanya kau bersama-“

“Kris,” sambar Sooyoung bahkan sebelum aku menyebut nama itu. Dia mengambil gelas minumannya di atas meja, “Dia pulang ke Daejeon pagi tadi karena hari libur seperti ini,”

“Kenapa kau tak ikut pulang ke Daejeon kalau begitu?”

Sooyoung menatapku lama. Aku sudah ada janji denganmu hari ini bukan?” tanyanya dengan satu alisnya yang terangkat. “Lagipula ini bukan weekend, hanya libur sehari di pertengahan minggu. Pasti sangat melelahkan jika harus pulang-pergi dari Seoul ke Daejeon lalu ke Seoul lagi,”

Aku tertawa geli, “Bukankah kau dulu melakukannya?”

Eo, dan itu benar-benar melelahkan” katanya tak membantah pertanyaanku. “Lagipula aku melakukannya karena Eomma yang melarangku untuk tinggal jauh darinya,” Sooyoung menambahkan.

Aku mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Mataku menatap film yang sedang Sooyoung tonton. Aku rasa itu sebuah film romantis karena aku perhatikan sejak aku masuk tadi, adegan yang ada di film itu hanyalah adegan-adegan antara dua orang.

“Jam berapa kau berjanji untuk menemui Yoona?” tanya Sooyoung tiba-tiba saat aku sedang menonton adegan pertengkaran antara dua orang namja.

Aku melirik Sooyoung yang juga sedang menonton sambil memakan cemilannya. “Jam 6 sore,” jawabku. “Aku sengaja memintanya bertemu di jam-jam seperti itu, sekalian kita makan malam. Eotte?”

Hmm, geurae. Pasti menyenangkan bisa makan bersama Hoobae-mu dulu,” ucap Sooyoung tanpa menatapku. “Apalagi jika ada… Ha Na-ssi, aku yakin-“

Ya! Kenapa kau berbicara seperti itu?” sambarku karena tiba-tiba Sooyoung membawa nama Ha Na. “Jika kau tak suka kita makan malam bersama Yoona, aku akan mengubah tempat pertemuan kita”

Sooyoung menoleh ke arahku, “Aniyo, bukan itu maksudku…” katanya. “Aku suka, tentu saja. Mengenal teman-temanmu lebih jauh, kenapa aku tidak suka? Lagipula kau sendiri yang berkata jika Yoona-ssi adalah Hoobae-mu saat kau kuliah dulu. Jadi kenapa aku tak suka pergi makan malam dengannya?”

“Lalu kenapa kau membawa nama Ha Na?” tanyaku hati-hati. “Kau tahu kan, aku tak mau membicarakan apapun tentangnya,” kataku mencoba membuat Sooyoung mengerti karena aku benar-benar tak mau membuatnya merasa tidak nyaman jika aku membahas masalah Ha Na.

Sooyoung diam. Cukup lama. Sampai aku khawatir jangan-jangan aku baru saja menyinggungnya. Tapi sebelum aku kembali bicara, dia bersuara. “Mianhaeyo. Aku pikir Ha Na-ssi juga Hoobae-mu, sama seperti Yoona-ssi. Jadi, aku rasa emm.. aku tak salah jika… mengenalnya juga,” katanya ragu pada kalimat terakhirnya.

“Dia tak ada disini lagi. Itu melegakan,” kataku datar. “Sooyoung-ah, dengar. Aku mengajakmu untuk menemui Yoona, karena aku berniat mengenalkanmu sebagai yeojachingu-ku di depannya. Aku ingin dia tahu, kau adalah yeoja yang paling spesial di hatiku sekarang,”

Oppa,”

Aku tersenyum singkat, “Jangan meminta maaf padaku,” kataku mengerti apa yang ingin Sooyoung katakan dari ekspresinya. “Hanya mengenalnya saja sebagai teman kuliahku. Arrasseo?”

Tak ada respon dari Sooyoung. Aku tahu dia pasti sedang menikmati film itu karena dia bahkan tak menoleh ke arahku sama sekali. Seperti itulah yeoja, jika sudah menemukan sesuatu yang benar-benar dia sukai pasti akan melupakan hal yang lainnya untuk sesaat. Aku memilih untuk membiarkannya saja dan ikut menonton meskipun aku sama sekali tak mengerti cerita dari film itu.

Eomma­-ya!!” pekik Sooyoung sambil menutup mulutnya. Dia beringsut ke dekatku, lalu memutar kepalanya ke bahuku.

Keningku berkerut dengan tindakan Sooyoung ini. Aku penasaran dengan apa yang terjadi, jadi aku mengalihkan perhatianku dari Sooyoung ke TV. Tapi yang aku lihat hanya wajah seorang namja yang sedang menangis di atas tempat tidurnya. Lalu apa yang membuatnya terkejut sampai menutupi wajahnya dengan bahuku?

Wae? Bukankah itu film romantis?” tanyaku heran.

Sooyoung mengangkat wajahnya kembali, “Emma tertabrak truk dan… aigoo, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya,”

“Meninggal maksudmu?”

Sooyoung mengangguk. “Uh, eotteoke?”

Aku tersenyum lalu mengacak rambut Sooyoung dengan pelan saat dia mulai melanjutkan menonton. Dia benar-benar terbawa dalam film itu dan aku tak mau menganggunya dengan mengajaknya mengobrol. Cukup duduk disampingnya dan menggenggam tangannya seperti saat ini saja sudah membuatku senang. Dan sepanjang sisa film itu, aku justru terus memandangi Sooyoung. Melihat berbagai ekspresinya saat si namja itu mengobrol dengan seorang anak perempuan kecil yang juga anaknya.

“Ahhh, aku tidak menyesal menonton film ini” kata Sooyoung setelah film itu selesai. “Kris pasti menyukainya. Dia harus menonton ini,” gumamnya pelan.

Aku diam saja.

Sooyoung menoleh ke arahku, “Kita pergi sekarang, Oppa?”

Aku melirik jam tanganku, lalu menganggukkan kepala. “Bersiap-siaplah. Aku menunggumu disini,” kataku sambil menyingkirkan tanganku dari bahu Sooyoung.

Sooyoung beranjak dari duduknya dan berbicara padaku. “Baiklah kalau begitu. Gidaryeo,” katanya sebelum melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Selepas pintu kamar Sooyoung menutup, aku langsung mengambil film yang baru saja dia tonton. “One Day” kataku membaca judul film itu. Aku memang tak begitu menyukai film-film semacam ini, tapi kenapa dia tak menawariku untuk menonton film ini juga? Aku pasti akan menontonnya jika Sooyoung merekomendasikannya padaku sekalipun film itu sangat membosankan bagiku.

Suara pintu kembali terdengar dan Sooyoung keluar dari kamarnya. Lagi-lagi aku terpesona dengan penampilan Sooyoung kali ini. Dia memakai celana jeans hitam yang dipadu dengan blouse biru bermotif bunga. Sebuah kalung etnik melingkar di lehernya dengan manis. Kakinya semakin terlihat jenjang dan ramping dengan wedges yang tidak terlalu tinggi berwarna hitam. Benar-benar penampilan yang simple tapi terkesan glamour.

Oppa,” panggil Sooyoung dengan tatapan bingungnya. Satu alisnya terangkat tinggi, “Kenapa melihatku seperti itu? Apa ada yang salah?”

Mataku mengerjap beberapa kali, tersadar dari lamunan singkatku. “Ani, neo yeuppeuda,”

Eo?”

Aku mengangguk lalu tersenyum, “Yeuppeuda,” ulangku seraya berdiri dari tempat dudukku dan menghampiri Sooyoung. Aku mengecup bibir Sooyoung, “Kau memang selalu cantik di mataku,” kataku kemudian.

Oppa-ya! Kau membuatku malu,” kata Sooyoung sambil memegangi pipinya yang merona. “Dan juga, jangan menciumku tiba-tiba seperti itu lagi”

“Kau juga melakukannya di Cheonggyecheon,”

“Itu… itu…” Sooyoung tiba-tiba menjadi gugup. Dia melirik jam tanganku, “Sebaiknya kita pergi Oppa, aku rasa-“ katanya sebagai gantinya.

Aku terkekeh geli, “Baiklah, kajja” ucapku membalikkan badan terlebih dahulu dari Sooyoung. “Aku tak menyangka kau masih tersipu malu dan berubah gugup seperti itu jika aku menciummu,”

Sooyoung menghembuskan napas panjang pelan, tapi dia tak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandangiku lekat-lekat, lalu melangkah bersamaku keluar dari Apartemennya. Meskipun dia terus diam, tapi sudut bibirnya tak bisa menahan senyum. Aku bahkan masih bisa melihat senyumnya saat mobilku mulai melaju di jalanan Seoul yang sangat padat di hari libur seperti ini.

€

Sooyoung POV

Saat turun dari mobil hitam Kyuhyun, mataku langsung menatap sebuah bangunan tradisional yang terletak tidak jauh dari mobil Kyuhyun terparkir. Tembok pagar tinggi mengelilingi bangunan utamanya dan ada papan kayu bertuliskan Seokparang di depan pintu gerbang masuknya. Tanpa bertanya pada Kyuhyun, aku sudah tahu jika tempat ini adalah sebuah restoran tradisional yang sangat terkenal di Seoul. Aku pernah masuk ke restoran-restoran tradisional Korea yang ada di Daejeon, tapi menurutku restoran inilah yang benar-benar tradisional dilihat dari segi bangunannya.

Kajja,” kata Kyuhyun sambil berjalan dengan sebelah tangan menenteng jaketnya.

Aku mengikuti Kyuhyun dari belakang. Sekali lagi aku menatap ke sekeliling restoran yang benar-benar menarik perhatianku. Di halaman depannya terdapat sebuah taman mewah dengan undakan-undakan bukit kecil yang berwarna hijau. Ada patung-patung batu yang dipajang di sekitar taman dengan begitu cantik. Melihat bagaimana penataan taman itu, membuatku teringat taman-taman pada masa kerajaan Georyeo.

“Saat aku memperkenalkanmu pada Yoona, buatlah dirimu senyaman mungkin, Sooyoung-ah” kata Kyuhyun. “Aku sangat yakin kau akan menyukai dia, begitu pula sebaliknya”

Jinjja?” tanyaku tanpa menoleh ke arah Kyuhyun.

Kyuhyun menganggukkan kepalanya, “Lihat saja. Setelah Yoona tahu kau adalah yeojachingu-ku, kalian pasti akan cepat akrab nanti”

“Ne,” jawabku sambil tersenyum ke arahnya, lalu mengaitkan tanganku ke lengannya.

Gerbang masuk ke dalam restoran dihiasi ukiran-ukiran burung. Dua orang pelayan, yeoja dan namja berdiri di depan pintu masuk. Mereka memakai Hanbok dengan sebuah pita dijepit di dada kiri. Mereka tersenyum ramah ke arah kami lalu mempersilahkan kami masuk. Seorang pelayan lain dengan Hanbok berbeda sudah menunggu untuk mengantarkan kami ke meja yang kosong dan langsung meminta kami untuk mengikutinya.

Saat kami masuk ke dalam restoran, kesan pertamaku tempat ini lebih mirip sebuah mansion atau villa pribadi pada jaman Georyeo. Itu bisa dilihat dari hiasan-hiasan bercorak Korea-Cina yang tertempel di dinding-dindingnya. Selain itu juga terdapat lukisan-lukisan potret di sepanjang lorong restoran. Sebuah lagu tradisional diputar diseluruh penjuru restoran, menambah citra sejarah di dalamnya. Aku rasa hampir semua yang ada di restoran ini dari segi arsitekturnya kaya akan sejarah dan seni karena tak ada barang-barang modern satupun di dalamnya.

“Kita ke atas,” kata Kyuhyun saat pelayan yang mengantarkan kami menaiki tangga di balik dinding panjang yang penuh dengan lukisan. “Di atas lebih menyenangkan karena kita bisa melihat taman yang ada di depan itu,”

Aku menganggukkan kepala, “Aku suka suasana restoran ini, Oppa. Benar-benar klasik dan penuh sejarah,”

Kyuhyun tersenyum kecil, lalu menoleh ke arahku. “Semua yang ada disini merupakan bagian dari masa lalu Korea. Karena restoran ini menempati bagian asli vila mantan Pangeran Heungson Daewogun,” jelas Kyuhyun sambil menunjuk ke arah sebuah lukisan potret di dinding tangga. “Ini dia lukisan Pangeran Heungson Daewogun,” katanya lagi.

Aku menatapnya lekat-lekat, lalu kembali berjalan mengikuti Kyuhyun sampai masuk ke dalam sebuah ruangan yang tidak jauh berbeda dengan ruangan-ruangan lain di restoran ini. Kyuhyun duduk di tempat yang pelayan tadi tunjukkan, akupun mengikutinya. Ada lebih banyak orang di lantai dua restoran dan kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing serta orang-orang berjas seperti Kyuhyun. Mungkin restoran ini memang lebih ditujukan untuk orang-orang yang punya banyak uang dan wisawatan-wisatawan asing.

“Apa hanya ini restoran yang bergaya klasik seperti ini di Seoul?” tanyaku mengabaikan orang-orang yang sedang mengobrol di dekat pagar kayu. “Aku pernah datang ke Insadong, tapi aku rasa tidak ada yang sangat klasik atau mendekati klasik. Kebanyakan sudah dipengaruhi unsur modern, meskipun itu dari hal-hal yang kecil”

Kyuhyun mengangguk, “Hanya Seokparang saja yang masih murni tradisional, sementara yang lainnya seperti yang kau tahu sendiri. Selain itu, menu disin-”

Perkataan Kyuhyun terpotong karena pelayan yang tadi mengantarkan kami kembali datang. Tapi dia tidak sendirian, ada seorang yeoja cantik dengan mantel merah panjang di belakangnya. Yeoja itu Yoona. Dia tersenyum ramah ke arah Kyuhyun, lalu ke arahku dan duduk di depan Kyuhyun.

Mianhaeyo, aku terlambat” kata Yoona melepas mantelnya. “Aku harus melakukan sesuatu terlebih dahulu, tapi kemudian aku melihat Oppa keluar dari mobil,”

“Kalau begitu kau tidak terlambat karena aku juga baru datang,” jawab Kyuhyun dengan santai. “Lagipula kami juga belum memesan makanan sama sekali” Dia menambahkan.

Yoona menganggukkan kepalanya. Dia melirikku sebelum kembali menatap Kyuhyun. “Omong-omong, kenapa Oppa memilih restoran ini? Sangat jauh dari kesan Oppa kan?”

Kyuhyun tersenyum kecil, tapi dia tak mengatakan apa-apa untuk menanggapi perkataan Yoona. Pelayan berbeda datang, kali ini dia memberikan daftar menu kepada kami. Setelah mencatat pesanan kami, pelayan itupun pergi.

“Kau sibuk apa sekarang, Yoona-ya?” tanya Kyuhyun memecah keheningan selepas pelayan itu pergi. “Bukankah terakhir kali kau berkata akan kembali meneruskan kuliahmu di Dongguk?”

Cepat-cepat Yoona mengalihkan pandangannya dariku ke Kyuhyun. “Eh, oh… itu, emm, majayo Oppa. Aku masih kuliah di Dongguk dan hampir menyelesaikannya” katanya. Lalu dia kembali beralih padaku. Dia mengamati wajahku, lama sekali. Seperti sedang memutar otak untuk mengingat-ingat sesuatu.

“Oh, aku lupa-“ kata Kyuhyun yang sepertinya menyadari tatapan Yoona padaku. “Ini Choi Sooyoung. Seperti yang sudah aku kenalkan padamu saat kita bertemu di JinHan, dia adalah Sekretarisku. Tapi dia juga-“

Suara dering telepon terdengar sebelum Kyuhyun menyelesaikan kalimatnya. Itu suara dering ponsel Yoona. Diapun mengambil ponsel berwarna pink-nya dengan tidak sabaran. Tapi kemudian dia tersenyum lebar saat memandangi layar ponselnya lalu dia mendekatkannya ke telinga.

Jamkkamanyo,” kata Yoona berbicara pada Kyuhyun sebelum dia berbalik memunggungi kami.

Kyuhyun menolehkan kepala ke arahku, lalu dia tersenyum kecil. “Seperti itulah dia,” katanya pelan. “Ah, kau tidak memesan banyak makanan bukan?”

Waeyo?”

“Aku memasan Subok (menu tradisional yang berisi lauk pauk dalam lima piring). Itu sangat cukup untuk kita bertiga sebenarnya,”

Aku diam sesaat, “Gokchonghajima,” kataku singkat.

Yoona kembali membalikkan badannya. Dia meletakkan ponselnya, lalu melipat tangannya di atas meja. “Oppa, aku mengajak seseorang” kata Yoona dengan sangat bersemangat. “Dia sudah disini dan mungkin sebentar lagi akan bergabung dengan kita,”

Kedua alis Kyuhyun terangkat, “Seseorang? Nu..gu?”

Oppa pasti senang,” kata Yoona.

Aku diam di tempatku dan memperhatikan ekspresi Kyuhyun yang terlihat sangat penasaran. Kyuhyun baru akan membuka mulutnya kembali, seorang pelayan datang membawakan pesanan kami. Dia menanyakan tentang kelengkapan pesanan dan Kyuhyun menjawabnya dengan angukkan sebagai isyarat bahwa pesanan kami telah lengkap. Lalu pelayan itupun pergi.

Ya, Yoona-ya. Siapa yang akan datang?” tanya Kyuhyun lagi dengan nada yang lebih penasaran lagi.

Aku menatap Yoona. Dia kelihatan senang sekali melihat wajah Kyuhyun yang penasaran. Senyumnya lebar seperti sedang menonton film yang bagus. Dalam hati aku mulai khawatir. Apa seseorang yang akan datang itu benar-benar membuat Kyuhyun senang? Tapi siapa? Apa jangan-jangan..

Annyeong Yoona-ya,” sapa seorang yeoja tiba-tiba.

Baik aku, Kyuhyun, maupun Yoona langsung menolehkan kepala. Mata Kyuhyun melebar dan terlihat sangat terkejut melihat yeoja yang baru datang itu. Dia sangat cantik. Rambut hitam panjangnya di bentuk dengan gaya elegan. Dia tinggi, dengan penampilan yang sangat berkelas. Mantel pink pucatnya tampak sangat feminin di tubuh itu. Dia sangat anggun.

“Ha Na,” gumam Kyuhyun terus memandangi yeoja itu.

Yoona langsung beranjak dari tempat duduknya, “Ha Na-ya!” katanya sambil memeluk Ha Na.

Satu degupan keras di jantungku membuatku sulit bernapas. Aku tak pernah membayangkan akan bertemu dengan yeoja yang pernah menjadi seorang yeoja yang spesial di hatinya. Aku menundukkan kepala, lalu menarik napas beberapa kali untuk menenangkan diriku sendiri.

“Ha Na, lihat! Siapa yang sedang bersamaku,”

Oh, eh..Kyu..hyun Oppa,” ucap Ha Na terbata-bata begitu melihat Kyuhyun yang masih memandanginya. “Yoona-ya, jamkkaman-“ Dia menarik tangan Yoona menjauh dari meja kami.

Aku tak mengalihkan pandanganku dari gelas minumanku. Jantungku masih berdebar dan aku juga mulai merasakan keringat dingin di tanganku. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba aku merasa ketakutan seperti ini. Rasanya terlalu cepat terjadi bagiku sehari ini. Aku bahkan belum bisa menghilangkan perasaan tentang percakapan yeoja-yeoja di JinHan dan sekarang aku harus merasakan sesuatu hal yang lain. Aku mendesah panjang tapi tetap memilih untuk diam.

Yoona dan Ha Na kembali lagi ke meja kami. Meskipun awalnya terlihat ragu, Ha Na pun duduk disamping Yoona. Saat lebih dekat dengan Ha Na, aku baru bisa melihat wajahnya dengan lebih jelas. Dia memiliki mata yang indah, tidak terlalu sipit seperti kebanyakan orang Korea. Wajahnya juga seputih susu. Tidak mengherankan banyak orang yang akan menyukainya bahkan saat pertama kali bertemu dengannya. Aku terus memandangi Ha Na dan tersentak kaget karena dia membalas tatapanku. Segaris senyuman langsung tersungging di wajah cantiknya saat mata kami bertemu.

Mianhaeyo Oppa, aku tak memberitahu Oppa sebelumnya,” kata Yoona memulai pembicaraan. Dia menoleh ke arah Ha Na, “Mian, aku juga tak mengatakannya padamu,”

Kyuhyun diam saja.

Aku melihat Ha Na melirik Kyuhyun yang lebih tertarik mengaduk-aduk makanannya, tapi dia terlihat tidak tertarik untuk memakannya. “Gwenchana Yoona-ya,” kata Ha Na dengan suaranya yang sangat lembut.

“Kyuhyun Oppa,” Yoona mencoba mengalihkan perhatian Kyuhyun dari piring makanannya. “Kenapa diam saja?” godanya.

Pegangan di sumpit Kyuhyun semakin kuat, lalu dia mendongakkan kepalanya menatap Yoona dan Ha Na secara begantian. “Tak ada yang perlu aku katakan,” kata Kyuhyun sambil tersenyum singkat.

Yoona diam sesaat. Matanya berpindah ke arahku dan kembali ke Kyuhyun. “Ah, benar. Tadi Oppa belum selesai berbicara karena terpotong suara ponselku. Bagaimana jika Oppa melanjutkan perkataan Oppa itu?”

“Perkataanku yang mana?”

Oppa sedang mengenalkan yeoja yang datang bersama Oppa,” sahut Yoona tanpa menatap siapapun. “Meskipun aku sudah tahu dan pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi Ha Na belum tahu. Dan sepertinya juga Oppa ingin mengatakan sesuatu yang lain” Dia melanjutkan.

Kyuhyun melirikku sesaat sebelum dia bergerak di kursinya untuk membuat duduknya lebih nyaman. Bisa aku rasakan ketegangan dia kali ini dari caranya menatapku. Aku tahu, ini bukanlah situasi yang menyenangkan bagi Kyuhyun. Lagipula dia tak bisa menyalahkan Yoona begitu saja karena mengajak Ha Na, karena Yoona pun tak tahu jika Kyuhyun akan mengajakku.

Kyuhyun berdehem, lalu dia meletakkan sumpitnya kembali di tempatnya semula. Dia menatap Yoona dan Ha Na sesaat sebelum beralih padaku. “Baiklah kalau begitu,” kata Kyuhyun sambil menarik napas singkat. “Yeoja disebelahku… namanya Choi Sooyoung,” kata Kyuhyun lagi. Matanya tak pernah lepas dariku saat berbicara.

Tak ada respon baik dari Yoona maupun Ha Na. Sepertinya mereka membiarkan Kyuhyun untuk terus mengenalkanku kepada mereka.

“Dia… dia adalah yeo-“

Yeodongsaeng,” sambarku dengan cepat. Kyuhyun menatapku tajam dan aku mengabaikannya dengan tersenyum ke arah dua yeoja di depanku. “Annyeonghaseyo, joneun Choi Sooyoung imnida,” sapaku dengan menganggukkan kepala sedikit.

Annyeonghaseyo, Jung Ha Na imnida

“Im Yoona imnida,

Kyuhyun masih terus menatapku dengan tajam. Dia sama sekali tak mengalihkan pandangannya dariku bahkan di depan Yoona dan Ha Na. Aku sendiri tak tahu kenapa aku bisa memotong perkataan Kyuhyun dan berbicara seperti itu. Hanya saja aku merasa jika aku harus menghilangkan ketegangan di wajah Kyuhyun yang semakin terlihat jelas. Dan mengatakan bahwa jika aku adalah yeojachingu-nya, itu pasti akan semakin menambah ketegangan. Selain itu, aku juga sangat yakin suasana disini akan berubah menjadi tidak nyaman dan canggung.

Bangapseumnida,” kataku kembali melemparkan senyum.

Yoona mengerutkan keningnya. Dia terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu dan kemudian memiringkan wajahnya untuk berbicara lagi. “Keundae… Bukankah Kyuhyun Oppa mengenalkanmu sebagai Sekretarisnya? Dan sejak kapan dia memiliki yeodongsaeng?”

“Sooyoung memang Sekretarisku, Yoona-ya.. tapi dia bukan yeodongsaeng-ku” jawab Kyuhyun dengan tidak sabar.

Geuraesseo?”

“Aku bukan yeodongsaeng seperti yang mungkin kau pikirkan, Yoona-ssi. Selama bekerja di JinHan sebagai Sekretarisnya, Kwajangnim memang sudah seperti Oppa bagiku… emm..” Aku membuka mulut sebelum Kyuhyun. “lebih seperti Sunbae tepatnya,” tambahku.

Ah, tapi kenapa yeodongsaeng? Itu terkesan kalian memiliki ikatan darah atau semacam itu. Kenapa tidak sunbae-hoobae saja?”

“Itu..”

Kyuhyun tiba-tiba menggebrak meja, membuatku, Yoona dan Ha Na terkejut. Aku menatap Kyuhyun yang terlihat menahan kesalnya. Dia menundukkan kepalanya untuk beberapa saat lalu detik berikutnya dia kembali mengangkat kepalanya. Dia menatapku lama sebelum berpaling ke arah Yoona dan Ha Na.

Mian Yoona-ya, Ha Na-ya. Aku dan Sooyoung harus pergi karena mendadak salah satu anak perusahaan meminta bertemu,” kata Kyuhyun berusaha berbicara dengan nada biasa. “Aku baru saja mendapat pesan dari Changmin dan harus segera menemuinya untuk membahas masalah kecil itu,” katanya lagi sambil menunjukkan ponselnya.

Aku diam saja.

“Tapi ini hari libur kan, Oppa?” tanya Yoona dengan ekspresi bingung.

Kyuhyun mengabaikan Yoona dan justru menoleh ke arahku untuk berbicara, “Kajja, Sooyoung-ah” ajak Kyuhyun tanpa menunggu respon dari siapapun. Dia beranjak dari duduknya terlebih dahulu dariku. “Mian karena belum mengobrol banyak dengan kalian. Tapi aku senang melihat kalian lagi setelah sekian lama. Geureom-

Kyuhyun meninggalkan meja kami terlebih dahulu. Mau tak mau akupun berpamitan pada Yoona dan Ha Na yang masih terlihat terkejut dan juga bingung dengan sikap aneh Kyuhyun. Aku menyusulnya yang sudah sampai di taman Seokparang, tapi kemudian dia berdiri diam menungguku. Setelah aku berhasil berada di tepat disampingnya, tanpa berbicara apapun padaku dia langsung melangkah menuju mobilnya di parkiran.

Oppa,” kataku begitu berada di dalam mobil Kyuhyun.

Tak ada respon dari Kyuhyun. Dia justru menyalakan mesin mobilnya dan langsung menancap gas tanpa mengucapkan satu patah katapun padaku. Ekspresinya masih terlihat kesal, bahkan dia sama sekali tak menoleh ke arahku dan terus berkonsentrasi pada jalanan di depannya. Kyuhyun semakin menambah kecepatan mobilnya, membuatku mengangkat sebelah alis. Lalu dia menghentikan mobilnya dengan kasar di dekat jembatan yang tidak banyak dilewati mobil. Meskipun aku sangat ingin bertanya dimana tempat ini, tapi aku lebih memilih untuk tetap diam.

“Kenapa kau memperkenalkan dirimu seperti itu di depan mereka?” tanya Kyuhyun memulai pembicaraan. “Kau tahu, aku berniat akan memperkenalkanmu sebagai yeoja-ku, bukan yeodongsaeng-ku!”

Mianhaeyo,”

“Bukankah kau sendiri yang meminta untuk dikenalkan sebagai yeojachingu­-ku di depan Yoona?! Tapi kenapa tiba-tiba kau justru berkata seperti itu?! Apa maksudmu melakukannya?!” bentak Kyuhyun tak bisa menahan lagi emosinya.

Oppa,”

“Aku tahu suasana di dalam tadi benar-benar tidak menyenangkan, dan harus kuakui aku memang terkejut melihat Ha Na disana. Aku sempat tak tahu harus bagaimana bersikap dan saat aku tahu apa yang harus aku lakukan, kau justru membuatnya berantakan”

Aku menundukkan kepala dan memilih untuk tidak menjawab. Seandainya pun aku mengatakan alasan kenapa aku melakukan itu kepada Kyuhyun, dia pasti tidak mau menerimanya. Karena jujur saja, aku sempat melihat ekspresi senang di wajah Kyuhyun saat melihat Ha Na dan bagaimana matanya berbinar seperti sangat merindukannya. Aku hanya ingin memberikan kesempatan kepada Kyuhyun untuk mengobrol dengan nyaman bersama Ha Na dan Yoona tanpa ada beban aku di sampingnya.

“Aku akan mengantarmu pulang,” kata Kyuhyun tiba-tiba dengan suaranya yang datar.

Eo,”

Kyuhyun kembali menyalakan mesin mobilnya, lalu mulai meninggalkan jembatan itu. Selama perjalanan ke Apartemenku, tak ada obrolan di antara kami. Meskipun beberapa kali aku melirik ke arah Kyuhyun yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari jalanan, tapi aku memilih untuk tetap diam. Kyuhyun pun tak pernah semarah ini padaku selain saat kejadian bersama Kris dulu. Dan diam adalah sikap terbaik yang harus aku lakukan untuk sekarang ini.

€

Kyuhyun POV

Aku menyeder pada dinding kaca Iris Fitness yang berada di distrik Seocho. Sebelah kakiku aku biarkan berselonjor. Di atas satu lututku yang tertekuk, satu tanganku bertumpu, menggenggam erat ponsel yang belum lama sambungannya terputus. Di tanganku yang lain, menggantung sebuah cincin yang sengaja aku jadikan kalung agar tidak cepat hilang. Hiasan setengah hati dipasang sempurna di tengah cincin itu.

Mataku memandangi cincin itu lama. Ini cincin yang sama dengan milik Ha Na, karena cincin ini adalah sebuah cincin pasangan. Hiasan setengah hati yang ada di cincinku juga ada di cincin Ha Na. Jika kedua cincin itu disatukan akan menjadi sebuah hati yang penuh. Dulu aku membelinya sebagai cincin pertunanganku dengan Ha na. Alasan aku membeli cincin ini karena aku ingin selalu bersama Ha Na karena dengan begitu hati kami menjadi bersatu, seperti halnya hiasan yang ada pada cincin. Selain itu cincin ini juga sebagai pengingat bahwa setengah hatiku ada pada Ha Na, begitupula sebaliknya.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Changmin masuk ke dalam. Dia meletakkan tas nya lalu berjalan ke arah kamar mandi. Langkahnya berhenti saat melihatku duduk di lantai.

Oh, Kyuhyun! Sedang apa kau disini?” katanya dengan sebelah alisnya naik tinggi. Dia melirik jam dinding, “Kau tak pernah datang ke sini untuk bermain Squash sejak 6 bulan yang lalu,”

Aku tidak menjawab. Tanganku kembali memainkan ponsel, memencet-mencet tombolnya tanpa tujuan.

Changmin ikut duduk disebelahku sambil menghela napas panjang. “Waegeurae?” tanyanya dengan intonasi yang berbeda. Dia menengadah, “Apa ini ada hubungannya dengan Sooyoung-ssi lagi?”

Aku diam sesaat, lalu meletakkan ponselku dan mengalihkan perhatianku pada Changmin. “Bukan dia,” jawabku dengan suara pelan.

”Bukan Choi Sooyoung-ssi?” tanya Changmin heran seraya menoleh. Ekspresinya kelihatan bingung sekaligus tidak percaya. “Biasanya yeoja itu yang membuatmu seperti ini, tumben sekali”

Gambaran wajah Ha Na kembali terlintas. Sesosok yeoja yang sangat sulit aku lupakan sekalipun aku sudah memiliki yeoja lain sebagai penggantinya. Jung Ha Na sangat istimewa dan sempurna, seperti sesosok dewi yang terlalu mustahil ada di dunia ini. Tapi aku tak bisa menjaganya dan harus kehilangannya karena sebuah kesalahan kecil yang seharusnya tidak aku lakukan.

“Kalau bukan Sooyoung-ssi, siapa yang membuatmu gelisah seperti ini?” tanya Changmin lagi masih dengan ekspresi wajah penasaran. Lalu tiba-tiba dia bergerak dan mendekat ke arahku, “Jangan katakan kau bermain mata di belakang Sooyoung-ssi seperti yang kau lakukan saat bersama Ha Na!” serunya.

Aku langsung menatap Changmin dengan tajam saat dia menyebut nama yeoja yang memang sedang aku pikirkan itu. Dia sepertinya menyadari tatapanku karena dia berubah menjadi salah tingkah dan ekspresinya terlihat bersalah.

Mian,” katanya kemudian. “Aku tak bermaksud menyinggung masalah itu dan membuatmu memikirkan-“

Gwenchana-“ sambarku memotong perkataan Changmin. Aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan. “Kau tahu, aku memang sedang memikirkan Ha Na,”

Changmin memperlihatkan ekspresi terkejut padaku.

“Aku bertemu dengan Ha Na lagi,” ucapku hampir seperti bergumam. Kilasan pertemuanku dengan Ha Na di Seokparang kembali muncul di kepalaku. Dia masih sama, tak berubah sama sekali. Masih sama cantik dan mengagumkan seperti Ha Na yang selama ini aku kenal. “Dulu, saat aku dan dia berpisah, dia tidak ingin bertemu denganku lagi dan memutus seluruh hubungan kami. Bahkan dia sampai mengganti nomor telepon dan pindah entah kemana. Aku sangat mengerti alasan dia melakukan itu adalah karena dia kecewa padaku. Tapi sekarang, setelah beberapa tahun berlalu, setelah aku benar-benar sudah melupakan perasaanku, melupakan semua hal tentangnya dan apa yang aku lakukan padanya, dia kembali”

“Kapan kau bertemu dengan Ha Na?”

“Dua hari yang lalu di Seokparang,” kataku sambil menatap ponsel di tanganku.

“Dan Sooyoung-ssi? Apa dia tahu?”

Aku mengangguk, “Eo, dia tahu” jawabku singkat.

Changmin mendesah, lalu dia meluruskan kakinya dan menyenderkan kepala ke dinding. “Bagaimana Sooyoung-ssi? Apa dia juga mengenali Ha Na?”

“Dia bahkan ada bersamaku saat aku bertemu dengan Ha Na,” jawabku kembali mengingat ekspresi Sooyoung saat Ha Na muncul di depannya.

Meskipun saat itu Sooyoung terlihat terus tersenyum baik di depanku maupun Ha Na dan Yoona, tapi aku tahu dia merasa gugup dan tidak tenang. Sebenarnya aku benar-benar berniat untuk mengenalkannya sebagai yeodongsaeng-ku di depan dua yeoja itu tapi dia sendiri justru mengacukannya. Aku sendiri tak tahu kenapa dia mengatakan hal yang jauh dari pikiranku.

“Aku bisa membayangkan bagaimana tidak menyenangkannya situasi saat itu,” kata Changmin menyadarkanku dari ingatan itu. “Apa yang terjadi kemudian?” tanyanya mencari tahu.

Aku mengangkat bahu, tak mau mengatakan bagaimana Sooyoung justru mengenalkan diri sebagai yeodongsaeng-ku bukan yeojachingu-ku. Jika mengingat hal itu, aku benar-benar merasa sangat kesal sendiri. Terakhir kali aku bertengkar dengannya karena itu dan sampai sekarang pun aku sama sekali tak menghubunginya, begitu pula sebaliknya. Mungkin kami memang membutuhkan waktu untuk mendinginkan kepala dari situasi itu.

“Ayo bermain,” ajakku mencoba mengakhiri pembicaraan dengan Changmin. Aku memasukkan ponselku ke dalam tas, lalu mengambil raket Squash yang tak pernah aku sentuh lama. “Yah, semoga saja kemampuanku tidak menghilang karena lama tak memainkannya” gumamku sambil bersiap-siap.

Changmin tertawa dan dia mengikutiku beranjak dari tempatnya semula. “Aku pasti bisa mengalahkanmu kali ini, Kyuhyun-ah” katanya mengambil raket di dekatnya. “Aku bahkan berhasil mengalahkan Jun Ki hyung dua hari yang lalu” Dia menambahkan.

“Jun Ki hyung? Jinjja?”

“Skor tipis, tapi aku mengalahkannya” katanya sambil berjalan ke arena Squash.

Aku mengikuti Changmin masuk ke arena Squash. Tanpa menunggu apapun lagi, kami pun memulai permainan. Dulu Changmin tak pernah bisa mengalahkanku dalam olahraga ini tapi sekarang jauh berbeda. Dia memang jauh lebih tangguh melihat dari caranya dia bermain dan pukulan-pukulannya yang kencang. Aku masih bisa menyusul skor nya sedikit demi sedikit meskipun aku jauh tertinggal di belakangnya. Dan pada akhirnya Changmin-lah yang menang karena aku benar-benar kehabisan tenaga bahkan sebelum permainan selesai. Aku menyerah dan membiarkan dia menyelesaikannya sendiri.

Eodiya?” tanya Changmin masih terus bermain. Suaranya terdengar bersahutan dengan napasnya, “Kau tak mau menyelesaikannya?” Dia kembali bertanya tanpa menoleh ke arahku dan terus fokus pada permainannya.

“Tidak. Kau bermain sendiri saja,” jawabku sambil melangkah keluar dari ruangan.

Changmin tak menyahut. Suara dering ponsel membuatku bergegas menghampiri tas ku. Aku mengambilnya dan memeriksa nama yang tertera di layar. Aku sempat berpikir untuk mengabaikannya, tapi rasanya tidak pantas aku mengabaikan panggilan dari yeojachingu-ku sendiri. Aku menghela napas singkat, lalu menjawab panggilan itu.

Oppa,” Dalam suaranya yang lembut itu terselip keraguan yang samar. Seolah dia ingin menangis. “Apa Oppa masih marah padaku?”

Aku kembali menghela napas, tapi tak mengatakan apa-apa untuk menjawab Sooyoung.

Oppa, mianhaeyo,” Suara Sooyoung lebih pelan dari sebelumnya. “Jal mottesseo. Aku tak bermaksud membuat Oppa marah”

“Aku tidak marah,” potongku berusaha tidak mengingat kejadian itu. “Waktu itu aku hanya kesal karena kau justru berbohong di depan mereka padahal kau tahu sendiri alasan aku mengajakmu adalah untuk mengenalkanmu sebagai yeojachingu-ku”

Arraseoyo,”

Aku melanjutkan, “Aku memang tak tahu jika Yoona akan mengajaknya. Seandainya aku tahu sebelumnya, lebih baik aku tak menemuinya”

Sooyoung diam sesaat. Lalu saat aku kembali akan berbicara, dia bersuara. “Apa Oppa benar-benar sudah tak memiliki perasaan apapun pada Ha Na?”

Aku memejamkan mata sambil menarik napas panjang. Itu adalah sebuah pertanyaan yang bahkan tak pernah aku pikirkan untuk ditanyakan oleh yeoja yang berhasil menggantikan posisi Ha Na di hatiku. Aku sendiri tak tahu apakah aku masih mencintai Ha Na atau rasa cinta itu sendiri sudah benar-benar hilang. Satu hal yang pasti, aku tak mau melakukan kesalahan yang sama dengan menyakiti yeoja yang saat ini benar-benar aku cintai.

“Tidak,” kataku setelah diam beberapa saat. “Hubunganku dengan Ha Na sudah lama berakhir dan kau tahu itu”

Sooyoung tak menanggapiku lama, begitu pula aku yang memilih untuk menunggunya berbicara. Tak ada satupun dari kami yang bicara. Aku membalikkan badan untuk melihat permainan squash Changmin. Suara dentuman bola ke dinding samar-samar terdengar dari dalam ruangan yang tertutup. Aku mendesah, lalu duduk di kursi besi panjang yang ada di dekat pintu.

“Kau tahu, Oppa” Sooyoung tiba-tiba bersuara. “Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan karena kau mendiamkanku dua hari ini. Rasanya seperti aku telah kehilangan sesuatu dan aku tak tahu harus mencarinya dimana”

Aku tersenyum kecil. “Jeongmal?”

Eo,”

“Kalau begitu… hmm.. ayo kita bertemu saja, Sooyoung-ah” sambarku cepat. Aku melirik Changmin yang sudah menghentikan permainannya. “Aku akan menjemputmu di Apartemen, lalu kita pergi menghabiskan waktu bersama. Eotte?”

Oh, emm… Oppa, sebenarnya aku sedang tidak di Apartemen” sahut Sooyoung menanggapiku. Dia diam sejenak seperti menunggu responku, tapi karena aku tak mengatakan apa-apa, dia kembali membuka mulutnya. “Aku… di rumahmu sekarang” katanya lagi.

“Di rumahku? Tapi apa yang kau lakukan di rumahku?”

“Mencarimu, tentu saja” jawab Sooyoung tanpa ragu sedikitpun. “Ahjumma di rumahmu berkata kau pergi sejak pagi jadi yah… aku meneleponmu untuk memastikan kau baik-baik saja”

Aku terkekeh, tapi tidak lama. “Kenapa aku tidak baik-baik saja?” tanyaku penasaran.

“Yah, kau tahu Oppa. Sejak Ha Na muncul, aku berpikir tentangmu. Maksudku, coba pikirkan. Mungkin saja kau tidak baik-baik saja dan kau ingin melakukan sesuatu yang… yang tidak aku harapkan” katanya terdengar gugup.

Aku memindahkan ponsel ke telinga satunya dan menatap Changmin yang sekarang berada di sampingku. Dia sedang mengelap keringatnya dengan handuk putihnya dan segera meneguk sebotol air mineral yang ada di dalam tas nya. Dia sepertinya tidak begitu peduli denganku. Karena setelah meneguk habis minumnya, dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. “Jadi, kau mengkhawatirkanku?” tanyaku kembali beralih pada Sooyoung.

“Tentu saja,”

“Sooyoung-ah, dengar. Kau tak perlu mengkhawatirkanku karena justru akulah yang mengkhawatirkanmu. Kau pasti sangat terganggu dengan kemunculan Ha Na, dan Yoona. Aku minta maaf karena membuatmu merasa tidak nyaman,” kataku berusaha agar tak ada masalah apapun menyangkut Ha Na diantara aku dan Sooyoung. “Aku akan segera pulang. Kau tunggu aku disana dan kita bisa membicarakannya setelah kita bertemu” Aku melanjutkan.

“Baiklah. Gidaryeo,”

“Em,” Aku menutup sambungan telepon dan memasukkan ponselku ke dalam tas.

Aku menghela napas panjang, lalu berdiri dari dudukku dan berjalan menuju pintu yang membuka ke kamar ganti berukuran besar. Kamar ganti itu dilengkapi dengan kamar mandi dengan bath tub-nya, dan juga shower. Sebuah cermin besar ada di dekat wetafel. Beberapa handuk ditumpuk rapi di lemari terbuka di samping pintu. Aku cepat mandi dan mengganti pakaian olahragaku dengan pakaianku yang lain. Setelah memastikan diri di cermin besar itu, akupun bergegas keluar dari kamar ganti dan mendapati Changmin juga sudah mengganti pakaiannya.

“Kyuhyun-ah, bagaimana kalau kita pergi makan bersama? Sudah lama sekali kita-“

Mian, Changmin-ah” sambarku dengan cepat. “Aku harus segera pulang. Sooyoung menungguku di rumah dan aku tak mau membuatnya lebih lama menungguku” kataku melanjutkan.

Ah, kau sudah berbicara lagi dengan Sooyoung-ssi?”

Eo,” jawabku singkat.

Arraseo, kau harus cepat pulang kalau begitu” katanya sambil tersenyum kecil. “Pasti banyak yang akan kalian bicarakan,” gumamnya kemudian.

Aku mengangguk pelan. Changmin mengajakku untuk keluar bersama dan mau tak mau aku mengikuti ajakannya. Dia tak mengatakan apa-apa lagi dan langsung berjalan menuju mobilnya dengan lambaian singkat tangannya. Aku mendengus kecil, lalu berbalik menuju mobilku sendiri. Meskipun Changmin terlihat tidak peduli, tapi aku tahu dia sangat peduli padaku. Dia bahkan lebih dari sekedar sepupu bagiku, mengingat bagaimana sikapnya dari dulu. Aku benar-benar beruntung memiliki Changmin dan juga Sooyoung. Ah, benar! Sooyoung. Aku harus segera pulang dan banyak menjelaskan padanya tentang Ha Na.

-TBC-

 

Well, Jangan lupa komentarnya knightdeul ^^

Mianhaeyo (lagi)ya kalo aku lama banget post part ini, jeongmal mianhaeyo knightdeul..

Gomawo buat readers yang udah mau baca dan komentar di FF ini..

Kritik-sarannya juga boleh buat next chap-nya..

Aku usahain untuk segera posting kelanjutan FF ini..

Gomawo #bow

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>