Oleh : Mooi_D
Genre : Young Adult, Fantasy, Historycal Romance (16)
Story Begin……………..
POHON KEABADIAN, orang yang menyebutnya begitu. Usianya yang ratusan tahun menyimpan banyak misteri. Salah satunya apa saja yang sudah dialami pohon itu dihidupnya. Bagaikan suatu rumpun kehidupan, pohon tersebut tetaplah dijaga dan didampingi keberadaannya. SUPRANATURAL. Itulah sebutan kebanyakan orang tentang pohon keabadian yang terletak di Hutan Baneasa atau Hutan Bucium, dekat Kota Cluj-Napoca. Sânziana. Tak banyak orang yang tahu siapa sosok yang menjaga hutan tersebut. Tetapi beberapa pemangku adat tempat tersebut meyakini Sânziana-lah yang menjaga hutan suci mereka dari jamahan nafsu duniawi manusia tak berprasaan.
Sânziana adalah nama peri yang disegani dan hidup di dalam budaya tutur masyarakat Romania. Secara etimologi, kata sfânt berarti santa, suci, dan zâna berarti peri. Bahkan di dalam beragam bentuk dan persepsi, sosok Sânziene dihormati dengan sebuah festival yang ditujukan kepadanya. Banyak orang yang tak meyakini akan keberadaannya, namun satu kunci yang wajib digenggam adalah mereka-lah yang menyebabkan pohon keabadian itu tetap abadi…
&
Swedia,1881
Festival Sanziana
Keramaian pasar tradisional tampak terlihat disudut-sudut tempat tersebut. Mereka menyebutnya rezeki tanggal 24 Juni. Masyarakat di sebelah barat Gunung Carpathia dan beberapa wilayah Romania lainnya mereka merayakan hari Sânziene pada 24 Juni setiap tahunnya. Festival tersebut menyerupai perayaan budaya pertengahan musim panas, di Swedia. Semua orang, baik kalangan anak kecil, remaja, dewasa hingga manula berbaur menyiapkan festival ini. Walaupun beberapa golongan mencibir tindakan ini, toh hingga sekarang mereka masih hidup tentram berdampingan dengan festival ini. Tak ayal perayaan seperti ini juga menimbulkan beberapa keuntungan bagi para penyamun dan penggertak peminta upeti.
“Aku harus mencuri sesuatu, perutku teramat sakit karena lapar. Aish, bagaimana mungkin peduduk kota merayakan festival untuk sesuatu yang tak pernah mereka jumpai. Kenapa tak mereka bagikan saja karung-karung berisi gandum, dan bahan makanan kepada penduduk miskin.”
Sudah menjadi rahasia umum di dunia yang indah ini bahwa Damian Marcuss dari Cluj-Napoca, Duke of Gravenhurst keempat, dan Baroonet kesembilan, adalah pemuda bejat yang radikal dan terkenal jagoan dalam hal-hal yang tidak popular. Marcuss menyadari kalau masyarakat memandangnya sebagai salah satu sosok karismatik tapi controversial. Dia berusaha sebaik mungkin membenarkan kesan itu. Akan tetapi, terkadang seorang pria harus melanjutkan hidupnya dan menaklukkan tantangan lain.
“Tiba-tiba aku lapar,” Marcuss menyeruakkan pikiran anehnya,
“Anda bisa pulang tuan.” Sebenarnya tidak ada unsure pembangkangan dan penyindiran atau hal-hal yang berujung pengejekkan di kata-kata yang dilontarkan Charlees tersebut. Tapi mungkin memang mood seorang Marcuss hari ini terusik.
“Dan aku tidak meminta pendapatmu, Charless! Jika kau ingat.” Charless sudah cukup paham akan tempramen laki-laki muda namun dewasa dihadapannya ini.
“Maaf, tuan.”
“Emm,!” Mungkin sedikit bertanya mengenai festival ini kepada Charless bukanlah hal yangsalah.
“Kau jelas paham bagaimana festival ini terbentuk. Aku yang nyatanya sudah membaca berbagai kitab dan buku-buku asal muasal Sanziana masih menganggap ini aneh, menurutmu Charless?” Mereka duduk di salah satu kedai di kota tersebut. Berdikusi layaknya membicarakan suatu urusan penting.
“Dahulu ibu saya selalu melarang saya menginjakkan kaki di hutan suci itu. Ibu saya berpikir suatu hal yang waktu itu belum bisa saya simpulkan diumur saya yang masih sepuluh tahun. Ibu selalu mengatakan hal-hal berbau mistis mungkin itu yang menyebabkan hutan itu memiliki suatu hal yang berbeda. Kemudian hal itu semakin menjadi ketika saat itu seorang petani yang menemukan mayat beberapa penyamun dihutan suci tersebut dengan keadaan tak biasa. Banyak pendapat yang mengatakan mereka dihukum oleh para penjaga hutan, oleh sanziana. Kemudian ketika saya beranjak dewasa saya menyadari bahwa larangan ibu saya tersebut bukan untuk menyatakan hal sebenarnya, ibu saya mungkin mengangkat kisah misteri itu agar saya takut dan tidak mencoba bermain diarea hutan. Karena kebanyakan penyamun selalu bersembunyi dihutan tersebut.”
“Kenapa mereka tak berpikir, mungkin petani itu yang membunuh para penyamun itu.”
“Kami tidak berani menduga, tuan. Mengingat usia petani itu yang sudah sangat tua serta jumlah penyamun yang lebih dari tiga orang, kami tentu tak berpikir petani tersebut pelakunya.”
“Aku berpersepsi tingkat pendidikan yang rendahlah yang menyebabkan hal itu terjadi. Bisa sajakan hal itu terjadi!”
&
Ketika malam tiba, dengan dihinggapi perasaan perasaan yang menggerogoti jiwanya. Damian Marcuss memilih menanggalkan atribut Duke-nya dan mengambil jubah merah maroonnya. Sudah ia putuskkan malam ini ia akan mencari sanziana.
“Anda ingin pergi kemana, tuan?” Ketika menutup ruang kerjanya, dirinya telah disambut wanita tua yang merangkap sebagai ketua pelayan dimension-nya ini.
“Aku harus memastikan sesuatu, Nyonya Jung.”
“Dimalam dingin dengan kombinasi angin liar di luar sana? Bagaimana dengan kesehatan anda, Sir?”
“Aku sudah meminum obat yang kau sediakan. Aku akan pergi.” Mungkin jiwa pencari tantangan sedang bergelora hebat didiri seorang Damian Marcuss.
&
“Kenapa kau izinkan dia pergi, Leana Jung!”
“Astaga, sudah berapa kali kukatakan. Bahwa tuan Damian Marcuss bersikeras untuk pergi. Apa yang bisa dilakukan wanita tua sepertiku untuk menghadapi gelora laki-laki muda yang beranjak dewasa sepertinya.”
Charless mengintip ke luar dari jendela bertralis baja berlapiskan emas tersebut. Angin di luar amat kencang, lagi pula di luar sana banyak penyamun bertebaran, di malam sanziana seperti ini. Charless mengeratkan pegangannya pada bandul salip di lehernya. Berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa melindungi tuan mudanya.
“Clift, kemari!”
“Ada yang anda perlukan, tuan!”
“Siapakan anak buahmu. Cari tuan Marcuss hingga ketemu!”
“Baik tuan!”
Jika sanziana ada, Charless memohon lindungilah tuannya kali ini.
&
Marcuss tak menyesali keputusannya keluar-melihat festival sanziana kali ini. Dieratkannya jubah-coat merah maroonnya. Dirinya dapat melihat semua bersuka cita malam ini, dirinya teringat akan beberapa dongeng sebelum tidur yang biasa orang tua bacakan kepada anaknya ketika beranjak tidur. FESTIVAL. Perayaan seperti itu selalu saja mendapat bagian disetiap cerita dongeng maupun roman percintaan. Dirinya bukan tak mau ikut andil sebelumnya dalam hal seperti ini, tapi karena reputasinya sebagai pria terhormat. Pesta-pesta dan jamuan resmi-lah yang hanya bisa ia datangi.
“Apa sebenarnya yang mereka pikirkan? Ck..” Entah kenapa pikiran untuk melakukan hal itu masuk dalam benaknya.
Mengabaikan keselamatan dan jabatan kehormatannya, ia buang semua instusi itu. Mengeratkan diri meladeni rasa penasarannya.
&
“Tadi aku kesana.”
“Kemana?”
“Tentu saja ke festival yang dilakukan warga kota untuk kita itu!”
Gadis dengan gaun panjang hijau muda berpikir mendalam, mencoba menebak kegiatan konyol seperti apa yang dilakukan si gadis-bergaun ungu tersebut.
“Biar kutebak, kau pasti menikmati roti-roti dan minuman yang dihidangkan dipesta itu.?”
“Tentu, mereka menyiapkannya untuk kita. Aku mencoba membuat mereka senang.”
“Astaga, Calistha!”
“Kenapa kau berseru denganku.” Gadis bergaun ungu dengan nama Calistha itu merengut tak suka atas intrupsi sahabatnya ini.
“Yakinlah, Tuhan akan mengutukmu besok.”
“Tidak, aku malah akan mendapat penghargaan atas tindakanku.”
“Kau tahu, kau membuat bangsa kita terlihat semakin menyeramkan bagi mereka.”
“Bagaimana mungkin.”
“Sudahlah berbicara denganmu akan sukses membuatku tampak buruk. Hei Calistha!”
“Apa?”
“Kau tahu kenapa angin malam ini sedikit kencang serta suhunya begitu dingin.” Calistha menggelengka kepalanya,
“Memang kenapa Summer?”
“Karena hari ini putri angin utara-Edele sedang bahagia. Dia meminta kepada putri musim panas-Jestine untuk sehari saja memberi suasana seperti sekarang ini.”
“Tapi, kurasa tindakan si rambut ikal-Edele salah. Semua penduduk kota tampak sedih karena malam ini begitu dingin.”
“Hei Summer,!”
“Emm.”
“Kau menjaga area disini saja denganku, aku sudah meminta Jillian menggantikan tugasmu berjaga di area gunung.”
“Kenapa?” Summer curiga, ini bukan gaya Calistha.
“Aku ingin mengobrol denganmu…hehe hehe hehe”
“Astaga..!!”
“Ya, kau tahulah. William ditugaskan bersama Graham sahabat baiknya. Kemudian Maria dengan Steve, mereka sepasang kekasih. Dan aku? Aku tidak”
“Aku juga tak mendapat pasangan dan aku tak protes akan hal itu.”
“Itu kau bukan aku!”
“Calistha, dengar! Mereka berempat dipasangkan karena mereka mendapat tugas menjaga area yang lebih luas dari kita. Dan banyak tugas lain, lagipula pekerjaan mereka banyak..”
“Kau memang orang yang tidak menyenangkan diajak berkoalisi!”
“Hei, hei anulir ucapanmu. Aku tak suka berkoalisi aku lebih suka berkooperasi, itu saja.”
Dan seperti itulah obrolan para-sanziana. Sanziana Summer dan Sanziana Calistha……….
&
MUNGKIN orang normal pada umumnya akan memilih duduk di depan perapian hangat sembari menikmati kopi panas dan sekaleng biscuit gandum. Tapi tidak dengan Marcuss, dirinya telah bosan dengan rutinitas seperti itu, hal-hal lain ingin dia coba. Seperti halnya sekarang, laki-laki dengan jubah-coat merah marronnya ini membuang segala alter egonya dan menuruti jiwa penasaran dalam dirinya. Kepawaiannya dalam mengambil keputusan sekarang menjadi pertanyaan. Kenapa dengan bodohnya ia malah ingin melewati mala mini dengan berjalan kearah hutan yang telah dianggap keramat itu. Dirinya hanya tahu bahwa mungkin di dalam sana ada sesuatu yang belum tersentuh. Sesuatu yang sangat berharga yang mungkin bisa mengetuk hati nuraninya. Hanya berbekalkan lentera yang mungkin bisa mati akibat tertiup angin kencang, Marcuss dengan langkah tegap menyusuri jalan setapak menuju hutan.
“Bagaimana mungkin dibulan yang seharusnya terjadi musim panas yang menyengat malah terjadi angin kencang dan astaga kenapa begitu dingin!” Marcuss mengeratkan jubahnya, matanya meneliti setiapa pandangan yang dia temui. Tidak ada perasaan takut dalam dirinya, padahal sekarang dirinya telah berada ditengah hutan. Dia tak memikirkan bagaimana jika di perjalanannya ia bertemu harimau, serigala bahkan mungkin sekumpulan perampok.
Angin malam berhembus makin kencang, tak jauh berbeda dengan keadaan diacara festival. Para penduduk sepakat menyelesaikan acara dengan cepat. Melihat suasana yang sudah tidak memungkinkan lagi. Kembali lagi dengan Sang Duke kita. Marcuss akhirnya berhenti, setelah perjalanannya yang sedikit panjang dirinya memilih beristirahat. POHON BESAR. Pohon besar dengan akar-akarnya yang telah muncul keluar tanah dan batangnya yang lebar dapat dipastikan pohon ini sudah berusia tua. Pohon ini menjadi pilihan tepat bagi Marcuss untuk melepas lelah. Diambilnya sekantung roti gandum di dalam jubahnya serta air minum yang dia tempatkan di dalam suatu tempat yang mungkin bisa dibilang botol itu. Seteguk demi seteguk air minum membasahi kerongkongannya, menghilangkan letihnya. Marcuss merenungi tindakannya, mungkinkah dirinya bisa bertemu peri penjaga hutan itu? Mampukah ia mematahkan misteri yang sudah banyak beredar dimasyarakat tentang peri tersebut? Lantas jika mereka bertemu seperti apa wujud peri itu, Mengerikankah? Atau malah begitu cantik?. Marcuss berharap sekalipun dirinya bertemu peri tersebut, semoga bukan peri yang satu gender dengannya yang dia dapati.
&
SANZIANA SUMMER, peri dengan paras cantik tersebut masih disana. Berkeliling memantau keadaan hutan keramat ini. Kecantikan Summer, bukanlah kecantikan yang menyakitkan mata. Gadis ini lahir karena rasa cinta, gairah serta kecerdasan dan permohonan para dewa. Summer begitu sedih, perayaan yang dilakukan penduduk kota bagi kaumnya terlihat seperti mereka menggambarkan bangsa mereka menakutkan. Padahal bukan bangsa merekalah yang menghukum para perampok kejam itu. Dewa-lah yang meminta para hewan penghuni hutan menghukum mereka. Bangsa Sânziana hanya bertugas menjaga hutan dan melindungi ketidakberdayaan para penduduk yang tersesat dihutan. Mereka akan menuntun penduduk tersebut, dan membantu mereka tanpa mereka sadari.
“Summer aku akan mencari Jillian. Jadi bisakahkau menggantikanku berkeliling kearah timur.?”
“Bukankah memang selalu seperti itu, kau akan pergi kekota dan mencari kebahagiaan dengan melihat penyair yang kau kagumi itukan? Ingat Calistha, kita dilarang keras oleh Dewa untuk mencintai seseorang dari kaum yang berrbeda dengan kita. Kau tidak boleh mencintai laki-laki itu semenarik apapun laki-laki itu.” Calistha membenarkan jawaban sahabatnya tersebut. Bangsa peri memang dilarang keras mencintai mereka-bangsa manusia. Takdir mereka berbeda. Tetapi Calistha, dirinya tak bisa menghentikan persaannya untuk laki-laki tersebut.
Begitulah awal perjumpaan Calistha dengan cinta pertamanya. Calistha diam-diam sering mengunjungi laki-laki itu. Dirinya ingin tahu apa profesi laki-laki itu? Apakah laki-laki itu memiliki istri atau seorang kekasih. Bagaimana kehidupan laki-laki itu. Dan Calistha amat sangat bersyukur laki-laki itu belum memilki kekasih bahkan istri, kehidupannya bersih. Dirinya bukan seeorang pemabuk dan pemikat gadis semalam. Laki-laki itu hanya seorang penyair dan seorang novelis pembuat kisah roman yang amat digandrungi.
“Calistha.kau—-?
“Iya, aku mengerti. Aku mengerti Summer. Tap—-pi perasaanku,aku sendiri sulit mengendalikannya dan aku tak bisa mematikannya.”
Summer memandang sendu sahabatnya ini, sebenarnya ini bukan masalah baru. Dahulu juga pernah ada kisah seperti ini, seorang dari bangsa mereka menyukai bangsa manusia. Namun kisah pasangan tersebut tragis, mereka dipisahkan. Sang peri sanziana dihukum dalam kegelapan serta laki-laki dari bangsa manusia itu dibuang dinegeri antahberantah dan kehilangan ingatannya. SEMUA INGATANNYA. Summer tidak ingin Calistha mengalami kisah asmara seperti itu.
“Calistha maafkan aku, seharusnya aku t——–“
“Tidak apa-apa. Lagipula kau benar, mungkin dengan tak melihat laki-laki itu perasaan dalam diriku akan hilang. Aku akan menemui Jillian,”
“Calistha! Calistha!!!”
Summer memandang jauh sahabatnya, bagaimana jika suatu saat dirinya juga mengalami perasaan seperti yang dirasakan Calistha.Sanggupkah dirinya melepas peasaanya itu.?????
&
HAWA dingin mulai merogoti tubuh Marcuss, badannya terasa kaku. Bahkan sekedar untuk merapatkan jubahnya teramat sulit. Tangannya, terasa kaku dan sulit digerakkan. Dirinya bertambah murka ketika melihat dan merasakan angin bertiup mangin kencang, menggerakkan pohon dan ranting-rantingnya baginya hal itu seperti merendahkannya.
“Diam kalian!! Tidak ada yang bisa menertawakkanku.” Marcuss meremas dadanya yang mulai sakit. Sesak. Marcuss menatap pohon besar disekelilingnya, dia menduga pohon-pohon itu bersekongkol untuk menghilangkan oksigen disekitarnya. Dan sekarang yang dirasakan Marcuss adalah sesak yang luar biasa, seakan dirinya akan mati.
“Apa aku akan mat—I” Dirinya terkapar dengan wajah pucat, bibir yang mulai membiru dan wajah yang menjadi putih pucat.
&
SUMMER dapat mendengar. Disana seseorang sedang memerlukan bantuannya. Terbanglah ia menuju sumber tersebut, sedari tadi inilah yang ia khawatirkan. Akanada seseorang dari bangsa manusia masuk ke hutan. Summer tidak dapat menebak siapa orang tersebut..
“Kau baik-baik saja?” Summer menghampiri sosok yang sudah tergeletak di depannya ini. Awalnya dia mengira orang yang memerlukkan pertolongannya karena tertimpa pohon atau terseret arus sungai.
“Ssii—apa Kaa—u?”
“Kau kehabisan oksigen, maafkan tingkah para pohon disini. Mungkin mereka kesal karena ucapanmu.” Summer tersenyum manis dengan laki-laki asing di depannya, yang tak lain adalah Marcuss.
“Maaf atas kelancanganku, tapi hanya ini pertolongan pertama yang bisa kuberikan. Kemudian dengan perlahan Summer mendekatkan wajahnya kearah Marcuss.
Marcuss kontan terkejut melihat tindakan tersebut, kemudian wajah Summer semakin dekat. Dan bertemulah bibir ranum Summer dengan bibir Marcuss. Summer membuka bibirnya untuk memberikan bantuan nafas kepada Marcuss. Kemudian yang dirasakan Marcuss adalah perasaan nyaman luarbiasa. Inikah rasanya ciuman pikiran kuno seperti itu mendarat diotak Marcuss.
“Kau—u men—ciummku?” Kemudian semuanya berubah gelap.
&
Kemudian yang dirasakan Marcuss adalah pening luarbiasa. Diantara rasa pening tersebut dia dapat mencium aroma teh bunga krissan yang sangat harum sekaligus menenangkan jiwanya. Marcuss mencoba duduk dengan tenaganya yang masih tersisa.
“Astaga! Jangan banyak bergerak. Pusingmu akan bertambah nanti, ayo kubantu duduk” Seperti anak kecil yang sakit. Yang menuruti perintah ibundanya, Marcuss menuruti ucapan gadis ini. GADIS?
“Jangan dipaksakan jika masih pusing, itu akan memberatkanmu!” Marcuss meminum secangkir teh krissan yang disodorkan dengannya. Astaga! Ini the ternikmat yang pernah dia buat.
“Nona apakah anda yang menolongku?”
“Benar, aku yang menolongmu.”
“Kau menolongku? Tunggu kau bahkan menciumku.?” Summer merona akan pernyataan laki-laki dihadapannya ini.
“Aku tak bermaksud seperti itu. Aku hanya memberimu nafas buatan. Sungguh!”
“Jadi ini tempat tinggalmu? Kau tinggal dihutan, di dalam hutan?”
“Aku tinggal disini bersama ayah dan saudara perempuanku. Apa kau sudah merasa baikan? Hampir lupa, aku Summer. Sanziana Summer. Kau?”
“Sanziana?”
“Maksudku ak—“
“Aku Marcuss, Damian Marcuss.”
Summer menganggukkan kepala menanggapi pernyataan laki-laki dihadapannya ini.
“Ada urusan apa kau dihutan ini?”
“ Aku hanya ingin mengobati rasa penasaranku.”
“Rasa pensaran?”
“ Sanziana, aku ingin melihat sosoknya langsung?” “aku dihadapanmu sekarang” batin Summer
Hening……..
Kruyukk..kruyuk..
“Sial, bodoh kau Marcuss.” Umpat Marcuss dalam hati, dia melirik gadis dihadapannya. Gadis itu menatap dirinya dengan pandangan aneh namun tetap terkesan cantik.
“Aku hanya makan roti kemarin” Bukan Marcuss jika tanpa pembelaan.
“Harusnya aku yang minta maaf, akan kusiapkan kau makan. Bersihkanlah tubuhmu jika kau sudah tak pusing. Aku sudah menyiapkan pakaian, maaf hanya ada pakaian ayah.”
“Kau belum menikah?”
“Kenapa kau menanyakan hal sesensitiv itu?”
“Mungkin karena lapar, otakku menjadi terganggu dalam berpikir. Lupakan, lupakan yang kutanyakan tadi.”
“Baiklah jika itu maumu.” Summer melenggang pergi meninggalkan Marsuss yang hendak membersihkan badannya. Didalam kepala-Summer- dirinya berpikir apakah dirinya harus bersikap sama seperti Calistha-sahabatnya- ketika membantu seorang manusia. Kejadia yang dia alami hampir mirip denga kejadia sahabatnya itu. Dirina takut dirinya akan nyaman dengan perasaan yang dia pupuk sendiri.
&
Efek teh bunga krissan tadi, begitu luar biasa bagi Marcuss. Segala rasa pening, mual dan letihnya sirna. Bahkan teh buatan gadis bernama Summer tadi berkali-kali lebih enak dari teh buatan pelayannya sekalipun. Berbicara mengenai kenyamanan, Marcuss berani bertaruh. Untuk pertama kalinya diriya nyaman mengenakan pakaian sederhana ini. Biasanya dia hanya memakai pakaian ang dirancang khusus untuknya. Tapi, pakian yang diberikan Summer ini memiliki bahan kain yang halus dan pakaian ini harum. Seperti habis direndam sari melati, begitu harum dan menenangkan. Berbicara Summer, dimana gadis itu?.
Marcuss melangkah membuka tirai yang menutupi kamar tanpa pintu ini. Pandangan pertama yang menyapanya adalah sebuah meja makan, lengkap dengan makanan dan minuman. Layaknya meja makan pada umumnya. Ada satu hal yang berbeda disini, yaitu siapa yang menyajikannya. Biasanya yang Marcuss lihat adalah para pelayannya, tapi sekarang Summer. Gadis yang mungkin belum mengenal siapa dirinya.
“Kau sudah selesai, kemari kita makan bersama.”
“Kemana keluargamu?” Marcuss menarik kursi tepat berhadapan dengan Summer yang sedang menbambilkan nasi untuknya.
“Cukup, kau ingin yang lain?”
“ Cukup. Terimakasih. Jadi dimana keluargamu?”
“Akan kujawab, tapi nanti.Setelaj kita selesai makan.Aku begitu lapar.”
Bagi kalangan orang biasa, ini bukanlah hal special. Tapi bagi Marcuss seorang Duke sejati dan tuan muda kaya raya. Makan pagi dengan makanan standar seperti sup jagung, ikan goreng dan air putih, tampak begitu luar biasa. Mungkin yang menjadi menarik disini adalah siapa yang menemani. Biasanya hanya Charless atau Leana Jung dan para pelayan serta beberapa pengawal yang tampak begitu resmi, sekarang dirinya hanya bersama seorang gadis muda, single, dan begitu menarik. Jangan lupa kicauan burung yang menemani, suasananya akan sangat berbeda.
“Kau tak makan dan hanya melihatiku. Kau takkan kenyang jika kau hanya menatap seorang yang sedang makan.” Seperti kecolongan, Marcuss tampak begitu malu. Rona merah dipipinya sudah memastikan bagaimana kondisi perasaannya sekarang, dirinya belum sempat mengantisipasi jika Summer menyadari kegiatannya tadi.
&
“Kau sudah berhasil mencari jejak tuan?”
“Maaf, aku belum tahu persis dimana letak tuan.”
“Bagaimana mungkin?”
“Tapi?”
“Tapi? Apa yang coba kau katakan Clift?”
“Para warga sempat melihat tuan mengunjungi festival tadi malam, kemudian ada beberapa warga yang menyaksikan tuan pergi kea rah Hutan Suci. Banyak warga yang sudah memperingatkan, tapi tuan tetap masuk.”
“Kau yakin dengan informasimu?”
“Seratus persen, saya yakin.”
“Cari terus hingga ketemu. Dan pastikan tuan dalam keadaan baik!” Charless memijat kepalanya yang terasa berdenyut hebat. Usianya yang tua tentu saja mempengaruhi aktivitasnya, apalagi jika urusan seperti ini.
“Apa yang dikatakan Clift?”
“Seperti dugaanku, tuan nekad masuk ke hutan itu.”
“Tuan kita terlalu memiliki rasa penasaran yang tinggi.”
“Aku khawatir”. Leana memandang laki-laki dihadapannya ini, penasaran dengan argument apa yang coba dia utarakan. “ Aku khawatir, tuan bertemu dengan sanziana!”
&
Keheningan yang kental menyelimuti kedua insan tersebut. Banyak hal yang dipikirkan oleh si kaum adam sedang si kaum hawa berusaha menebak apa yang di pikirkan si kaum adam.
“Kupikir akan jauh lebih baik jika aku menjawab segala pertanyaanmu sembari kita meminum teh?” Marcuss bersyukur setidaknya Summer tanggap dan mengerti situasi mereka sekarang. Marcuss yakin jika diantara mereka berdua tidak ada yang membuka mulut maka sampai kapanpun situasi ini tidak akan mencair.
“Kau begitu kecanduannya dengan teh bunga itu?”
“Apa? Aku tak dengar terlalu jelas” percuma saja bagi Marcuss menyeruakkan pendapatnya, karena si lawan bicara sudah berada di tempat sedikit jauh darinya.
“Jika kau ingin bicara tunggu hingga aku kemari. Sekarang apa yang ingin kau tanyakan, aku akan menjadi pendengar dan penjawab yang baik.” Untuk sesaat dunia Marcuss terasa berhenti, senyuman singkat dari Summer memiliki reaksi besar baginya. Marcuss yakin ini kali pertama kali baginya merasa seperti ini.
“Terlalu banyak kata yang ingin aku katakan. Tapi aku tidak bisa mengatakan semua itu” Marcuss menghentikkan ucapannya dan menatap Summer dengan wajah frustasi.
“Eum, kau bisa mencobanya dari sesuatu yang paling kau anggap penting. Iya, seperti itu.”
“Baiklah, hal pertanya yang akan kutanyakan adalah siapa dirimu?” Tidak ada kata mengejutkan yang fantastis memang, tapi Summer dapat merasakan bahwa lawan bicaranya saat ini benar-benar serius.
“Aku tak mengerti maksudmu?” Marcuss mengusap wajahnya kasar, menghela nafas berkali-kali. Sebenarnya ada apa dengan dirinya saat ini, itulah yang tak dimengert olehnya.
“Begini. Pertama aku begitu terkejut karena kau, seorang wanita-gadis yang menolongku tadi malam. Kedua, keterkujatanku semakin menjadi ketika mengetahui nama lengkapmu dan fakta kau tinggal dihutan ini. Dan aku semakin terkejut, ketika aku tak bisa berhenti memikirkan hal tadi padahal kau telah menjelaskan sejelas mungkin denganku. Jadi, bisakah kau mengenalkan dirimu lagi dan menerima siap pertanyaan yang akan kulontarkan?”
Summer yakin tidak ada yang aneh dengan dirinya, tapi kenapa ada sesuatu yang bergetar seperti tersengat sesuatu. Terutama ketika dirinya menatap kedua mata tajam Marcuss. Tatapan Marcuss seolah-olah mengintimidasinya, mengkulitinya hingga mungkin hanya karena nafas ini Summer dapat membuka mata.
“Bertanyalah, akan ku jawab.”.
Hening…..
“Siapa kau sebenarnya?”
“Namaku Sanziana Summer, ibuku memberi nama itu. Karena dia berharap kelak natinya aku menjadi orang yang berhati suci dan disegani banyak orang. Namun, takdir berkata lain. Ibuku telah dpanggil Tuhan, sekarang aku hanya hidup bersama ayah dan saudara perempuanku. Aku memilki seorang saudara perempuan, namun dia memiliki marga seperti ayahku. Karena dia adalah kakak perempuanku, dia beberapa tahun lebih tua dariku.”
“Dimana mereka, dan kenapa kalian tinggal disini. Dihutan ini.”
“Kami memiliki kedai di kota. Jadi, ayah akan kesana setiap akhir minggu. Dan kenapa kami tinggal disini, itu karena keinginan ayah pribadi. Dahulu, ayah dan ibu berencana membuat rumah pohon dipohon besar tempat kau berteduh semalam, tetapi sebelum hal itu terealisasikan ibu telah tiada. Itulah alasan ayah tinggal disini. Ayah ingin kami berada ditempat keinginan terbesar ibu. Hutan suci ini.”
“Kau tak takut tinggal disini?”
“Maksudmu, aku sama sekali tak menangkap apa yang kau tanyakan.”
“Dikota, mereka membuat banyak cerita seram tentang hutan ini. Mulai dari cerita Vampire yang namanya Strrii—g.”
“Strigoi maksudmu?”
“Darimana kau tahu? Aku bahkan belum menyelesaikan ucapanku.”
“Strigoi adalah orang yang bangkit dari kubur. Mereka bisa tinggal dengan manusia yang memiliki kemampuan spiritual. Strigoi juga mampu merubah wujud menjadi binatang. Mereka cenderung meminum darah segar manusia. Itukan yang ingin kau tanyakan?”
“Dddari mana kau tahhh—hu?”
“Bagaimana jika aku strigoi?”
“Hahahha..apa???????????”
Summer mengeluarkan smirk sebaik mungkin, mungkin sedikit menggoda Marcuss ditengah perbincangan mereka akan mengasikkan. Summer mulai mendekat kearah Marcuss, dirinya terus mencondongkan wajahnya tanpa melepas senyum mematikkannya, Summer rasa dia harus berterimakasih kepada Jullian yang telah mengajarinya cara tersenyum mirip vampire ini.
“Kau pasti bohong?”
“Bagaimana jika kau serius, aku cantik. Bukankah itu sudah cukup memenuhi syarat sebagai vampire.”
“Kau..kau.jjjangan mendekkat…atau..akk—”
“Atau apa?” Summer mulai mengelus mesra lengan Marcuss, tapi berbeda dengan reaksi Marcuss. Marcuss tahu ini bukan saatnya bagi dirinya untuk memakai jubah seorang Duke.
“HYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” Marcuss berteriak kencang saat Summer bernafas di sekitar leher dan telinganya.
“Astaga Marcuss! Aku kan hanya bercanda, kenapa kau sangat percaya sich!” Summer tidak dapat berhenti tertawa melihat raut wajah Marcuss. Laki-laki dengan segala kewibawaanya ini baru saja membuang jubah Duke nya. Pengalaman yang langka sekali.
“Kau pikir ini lucu, kau membuatku hampir mati karena takut. Tapi strigoi nyata atau tidak?”
“Baiklah maaf, mengenai strigoi nyata atau tidak itu rahasia alam. Tapi faktanya dia ada itu benar.”
“Apa????????????”
“Sungguh, jika Calistha ada disini dia pasti sudah sakit perut karena menahan tawa melihat ekspresimu barusan.”
“Siapa Calistha?”
“Oh, dia kakakku. Sekarang apa yang ingin kau tanyakan?”
“Cukup, semua jawabanmu begitu rinci hingga menjawab semua pertanyaanku.”
“Ok, sekarang aku akan bertanya. Kapan kau akan pulang?”
“Kau mencoba mengusirku? Asal kau tahu aku seorang yang sangat berpengarus ditempat tinggalku.”
“Tapi semua itu tidak ada artinya sekarang. Buktinya tidak ada seorangpun yang mencarimu?”
Dilubuk hatinya terdalam, Marcuss setuju dengan pendapat Summer. Tidak ada yang mencarinya, atau mungkin mereka yang mencari dirinya tersesat dihutan seluas ini. Tapi jika benar Charless dan Leana Jung tak mencarinya, siap-siap saja mereka akan dipecat tanpa upah sepeserpun.
“Marcuss?”
“Mmhm, apa?”
“Kau percaya dengan kehadiran Sânziana?”
“Entahlah, hingga sekarang aku bahkan tak menjumpainya. Malah bertemu dengan Sânziana versi manusia. Kau!”
“Apa yang akan kau lakukan jika kau bertemu dengannya?”
“Mungkin, berterimaksih.” Summer dapat merasakan kejujuran dari setiap ucapan Marcuss. Tapia pa yang dimaksud Marcuss membuatnya bingung, untuk apa mereka berterimaksih.
“Untuk?”. “Untuk segalanya, karena mereka telah menjaga hutan ini. Membantu para manusia yang tersesat di hutan yang sangat luas ini, dan berterimakasih karena menjaga keasrian hutan ini. Aku ingin mengucapkan..” Marcuss memandang Summer dalam, seolah menyampaikan sesuatu dari tatapannya itu.. “Terimakasih, Sânziana!” Jelas Marcuss
Sekali lagi dan sekali lagi, rasa itu muncul di dalam diri Summer. Dia tidak tahu jenis apa perasaan ini, karena sungguh ini pengalaman pertama baginya. Dan karena pernyataan Marcuss barusan, mereka berdua harus diliputi situasi tak nyaman seperti ini. Tidak ada dari pihak Marcuss maupun Summer untuk mencairkan suasana. Mereka berdua hanyut dalam angan-angan fantasy mereka,
“Kupikir kau akan mencela Sânziana.”
Marcuss yakn dia akan tersedak hebat jika meminum teh krissan di depannya saat mendengar ucapan Summer barusan. Summer mungkin dirinya memiliki pemikiran sama dengan warga kota, yang terlalu berpikir dangkal.
“Hanya orang bodoh jika berpikir tanpa mencari fakta sebenarnya,”
“Lantas kau tidak, begitu?”
“Kau tak lihat, aku seorang aristocrat sejati tapi berakal, sebelum aku mampu hidup bersama orang lain, aku harus hidup dengan diriku sendiri. Satu hal yang tidak bisa tunduk pada mayoritas adalah nurani seseorang. Itu pelajaran dasar yang selalu diajarkan kakekku. Aku seorang yatim piatu, kedua orang tuaku meninggal disaat mereka sedang menjalankan tugas kesebuah Negara. Mereka meninggal akibat kecelakaan laut yang menimpa kapal yang mereka bawa berlayar. Aku ingat saat itu usiaku baru Sembilan tahun, saat itu hanya ayah kulah yang kujadikan guru besarku. Sehebat apanpun guru tata karma dan kehidupan social yang disewa keluarga kami, hanya ayahlah guru paling hebat. Beliau tak pernah mencoba memanipulasi sesuatu. Dan sejak ayahku meninggal kakekku lah yang kujadikan guru, beliau rela pindah dari kotanya dan tinggal bersamaku hingga dia meninggal diusiaku ke-tujuh belas. Itulah, penyebab aku begitu ingin berhasil dengan cara ayah dan kakek.”
“Kau bercerita?”
“Menurutmu?” Marcuss yakin ini alasan ayah dan dan saudara perempuan Summer meninggalkannya sendiri disini, gadis ini lucu tapi terlalu antic hingga sukar disentuh.
“Kupikir, kau ingin menerangkan apa..he he he he”
“Lucu?”
“Kau bercerita panjang lebar, hingga aku bingung mengambil celah bertanya!”
“Apa kau akan mengusirku lagi?”
“Jika itu yang kau mau.”
“Kau ingn tahu apa yang sekarang menjadi pertanyaan besar didalam hatiku.?”
“Apa? Sekarang aku akan mendengarkan.”
“Dengar baik-baik, Jika aku dapat melihat cinta… mungkin yang pertama kulakukan adalah mencari tahu kepada siapa saja cintamu kau berikan.” Summer memandang Marcuss dia yakin ada suatu makna mendalam dari ucapan Marcuss barusan apalagi hal itu berhubungan dengannya.
“Marcuss, kau mau mendengar sedikit frasaku tidak?”
“Memang kau bisa?” “Aku bisa,” “Coba, akan kudengar.”
“Sekarang… Saat ini saja… Untuk beberapa detik saja… Aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul serta latar belakangku. Tanpa beban, tuntutan, ataupun harapan, aku ingin mengaku. Aku mencintainya.” *(salah satu kalimat bagian novel remaja yang saya lupa judulnya)
Pikirannya kosong, karena hati kecilnya menolak berpikir. Ia tidak merasakan apa pun, karena sarafnya menolak merasakan. Sekarang yang dipikirkan Marcuss, siapa yang dicintai Summer?
“Kau yakin dengan kemampuanmu itu? Itu yang kau sebut Frasa?” Hancur sudah harapan Summer, niatnya berbicara serius malah ditanggapi angin lalu bagi Marcuss, tapi memang bukan salah Marcuss memang. Mungkin dirinyalah yang terlalu bersemangat. Eich, tunggu! Seharusnya Marcuss menghargainya kan?
“Menurutmu kau bisa membuat kalimat seperti yang aku lakukan?” Seorang Duke sejati harus berkata romantic? Jika Marcuss mampu maka dia seakan memperbaiki riwayat para pendahulunya.
“Aku tidak tahu, apa yang kukatakan ini akan kau ambil dari sudut pandang seperti apa. Tapi setidaknya ini jujur dari diriku.”
Summer memandang Marcuss dengan rasa penasaran tinggi, laki-laki ini telah berjanji. Dan Summer yakin dia tak mungkin berbohong.
“Kehidupanku berikutnya, aku hanya ingin mencintai satu orang. Jika orang itu tidak mencintaiku, tidak masalah, aku tidak akan repot-repot. Aku hanya berharap bahwa aku dapat melihat orang itu setiap hari. Selama belahan jiwaku bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu”
################>>>>>>>
Dibab ini berisi before story dari bab 1 kemarin, mungkin kalian bosan dan jenuh dengan cerita yang luar biasa datar ini. Tapi, jujur saya sangat semangat ini bab karena dapat suntikan semangat dari koment-koment kalian kemarin. Terimakaih banget, dan rencananya ff ini baal ada satu part yang adult banget. Karena itu mungkin saya akan minta adminnya buat di protect.
Dan please, jangan panggil saya author. Cukup panggil chingu aja. Saya masih terlalu newbie u/ dipanggil author. TERIMAKASIH
Salam Jari.
Mooi_D
