Title : Water Love
Chapter : 1st
Author : Joanne K. Cho
Genre : Hurts | Romance | Drama
Rate : PG-14
Cast : Choi Soo Young| Cho Kyuhyun |
Warning : Typo(s)
Disclaimer : No plagiarisme, story belong to me !!
A/N : I hope you’ll enjoy it, reader-deul ^o^)/
.
“lihat yeoja itu. Tidak tahu malu datang ke sekolah setelah kejadian itu.”
“iya. Dia hampir membunuh Hyo Rin eonni.”
“dasar tak tahu malu”
“dia menenggelamkan Hyo Rin eonni”
“dasar monster !”
“monster”
“monster”
Soo Young berjalan menunduk melewati beberapa siswa yang berdiri di sepanjang koridor sekolah. Bisikan mereka terdengar seperti nyanyian kematian di telinganya. Dia terlalu sering menangis mendengar apa yang mereka bicarakan. Selalu ini. Selalu masalah ini yang mereka keluarkan jika sudah melihat keberadaan Soo Young. Mereka semua sama. Mereka semua menganggap Soo Young adalah monster yang bisa melenyapkan mereka.
Soo Young sudah lelah mendengar semua perkataan mereka. Dia sudah hafal apa yang akan mereka lakukan terhadapnya. Memusuhinya. Menyumpahinya. Memakinya.
Terkadang mereka keterlaluan hingga menaburi seluruh meja dan kursinya dengan lem lengket. Membuatnya tidak bisa belajar hingga dia harus keluar kelas selama seharian.
Membuang sepatunya. Atau menyangkutkannya di puncak pohon yang ada di taman belakang sekolah. Atau membasahi bajo olahraganya dengan air kotor dan meletakkannya di lokernya.
Tak ada yang mau mendekatinya. Mereka bersumpah akan memusuhi siapapun yang akan berdekatan dengan Yeon Woo. Tidak mempunyai teman bukanlah masalah bagi Yeon Woo. Dia sudah terbisa dengan kesendiriannya.
Cess !!
Soo Young mengusap kepalanya yang terasa basah. Dia bisa mencium bau anyir dari cairan kental ini. Telur. Sebuah telur telah bersarang di kepalanya. Entah siapa yang melakukan ini padanya. Mencari tahu siapa yang melempar ini bukanlah hal bagus. Dia hanya harus tetap diam dan tak bisa berbuat apa apa.
Soo Young mengepalkan tangannya kuat. Dia sudah muak dengan semua ini. Muak dengan mereka yang memakinya. Muak dengan mereka yang memusuhinya tanpa sebab yang jelas.
Soo Young dengan cepat menyingkirkan cairan yang ada di kepalanya. Dia pergi meninggalkan beberapa orang yang masih menertawakannya. Tidak ada keinginan untuk masuk ke kelas. Dia hanya ingin ketenangan. Ketenangan dengan kesendiriannya.
Soo Young terus melangkahkan kakinya hingga sampai di atap sekolah. Hanya dia yang ada disini. Tidak ada siapapun. Disinilah tempatnya untuk menangis, tertidur, makan siang, bahkan belajar. Dia tidak mau membuang waktu belajarnya hanya karena sikap kurang ajar siswa di kelasnya.
Dia tetap belajar di atap ini sendirian dengan buku bukunya. Dia belajar hingga tertidur. Terkadang belajar sambil air matanya sesekali keluar. Mempertanyakan kenapa nasibnya seperti ini ?
Soo Young duduk di lantai atap itu. Dia menekuk kakinya dan memeluk kedua lututnya. Menangis. Hanya menangis yang bisa dilakukannya untuk mengurangi beban di hatinya.
Dia tahu. Menangis tak akan menyelesaikan apapun. Namun dia merasa sedikit lega bisa menumpahkan semua perasaannya.
Dia memang selalu sendiri di dunia ini. Tidak ada teman. Tidak ada sahabat. Bahkan tidak ada orang tua. Dia hanyalah anak yang dibuang. Tinggal di salah satu panti asuhan sebagai anak buangan. Dan pergi meninggalkan panti setelah dia merasa bisa untuk hidup sendiri.
Mencari kerja untuk hidupnya. Memikirkan tempat yang layak untuk hidupnya. Hanya memikirkan hidupnya. Tak ada hal yang lebih berharga dari pada hidupnya sendiri. Bahkan nyawanya sendiri pun tak berharga baginya.
Soo Young yang malang. Yang tidak tahu bagaimana rupa eomma dan appanya. Yang tak pernah mendapatkan kasih sayang. Yang harus berjuang untuk mendapatkan beasiswa. Yang harus menerima segala caci maki yang ditujukan kepadanya.
Soo Young membuka buku pelajarannya. Tak ada gunanya kembali ke kelas sekarang. Mereka tak akan kehabisan ide untuk membullynya.
Soo Young mendesah kasar. Dia tak bisa fokus belajar sekarang. Masih banyak yang harus dipikirkannya. Mulai dari iuran sekolah, iuran tempat tinggalnya sekarang, dan uang untuk makannya hari ini.
Dan juga, kalau diingat ingat, uang yang didapatnya dari menjuarai renang tingkat kota dua bulan yang belum juga dikirimkan.
Ya, Soo Young adalah seorang atlet renang. Berhasil menjuarai beberapa kejuaraan renang di kotanya. Karena itulah tubuhnya cukup bagus di bandingkan dengan siswi yang ada di kelasnya.
Mereka hanya bisa mengeluh jika terkena terik sinar matahari. Hanya bisa bermalas malasan dan berfoya foya. Hidup layaknya seorang putri yang tak kekurangan apapun. Tapi, walaupun begitu, menindas orang lain adalah kegiatan mereka. Memalak, mencaci maki, dan sebagainya. Mereka adalah yeoja memuakkan bagi Soo Young.
Cukup kontras dengan kehidupan Soo Young yang harus sangat berhati hati mengatur waktu kehidupannya. Belajar dan bekerja. Hanya itu. Tanpa bekerja, dia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Juga dia harus membayar iuran sekolahnya yang cukup mahal walaupun dia sudah mendapatkan beasiswa dari otak pintarnya.
Dia bersekolah di sebuah sekolah favorite di Seoul. Harus bersusah payah masuk ke sana dengan usaha murninya. Bukan seperti mereka yang hanya bisa mengandalkan harta orang tuanya.
Dan, kenapa Soo Young mau menjadi anggota klub renang di sekolahnya sementara masih banyak hal yang harus dilakukannya ?
Waktu itu, sebulan setelah dia lulus masuk ke sekolah itu, Soo Young dengan wajah gembira pergi mengunjung panti asuhan tempat dia pernah di rawat dulu. Dia tidak mungkin melupakan begitu saja seorang wanita paruh baya yang telah merawatnya tanpa pamrih.
Soo Young mengunjungi panti itu. Dia bercakap cakap sebentar dengan ‘eommanya’. Mengatakan hal bahagian bahwa dia sudah diterima di sekolah itu dengan nilainya yang cukup memuaskan.
Eommanya turut senang. Kemudian wanita yang sudah dianggap eomma oleh Soo Young itu memberikan sebuah foto yang membuat Soo Young bingung. Di selembar foto itu ada seorang laki laki tersenyum lebar yang sedang menggendong seorang bayi mungil. Soo Young tidak tahu siapa lelaki paruh baya itu.
Kemudian dia membalikkan foto itu. terdapat sederet kalimat disana. Wajah Soo Young berubah pucat. Dia tidak percaya akan apa yang dibacanya. Dia bahkan sampai mengulangi kalimat itu berkali kali untuk menyakinkan dirinya.
“Ini Choi Soo Young. Keponakanku yang pertama. Kau lihat ? dia cantik kan ?Aku harap dia akan seperti diriku. Menjadi seorang perenang yang handal. Dan bisa membanggakan dirinya kepada siapapun.”
Begitulah yang ditulis disana. Soo Young merasakan perasaan lega luar biasa. Dia ternyata masih memiliki keluarga yang menyayanginya. Dia masih mempunyai seorang paman yang sangat sayang kepadanya.
Tapi, kenapa aku ada di panti ini jika aku masih memiliki seorang paman ?
Soo Young sejak saaat itu bertekad ingin menjadi seorang perenang handal dan bisa menemukan pamannya yang ternyata seorang pelatih renang. Walau dia sendiri tidak tahu apa apa mengenai pamannya kecuali hanya foto itu, tapi dia yakin suatu saat nanti akan menemukan pamannya dan berkumpul lagi di keluarganya yang sebenarnya.
***
TBC
Annyeong…
#bungkuk 90 derajat.
Aku Joanne, seorang author baru disini yang mungkin akan ada FF abal abalnya di WordPress ini. aku harap kalian senang dan terhibur dengan FF ini.
Mungkin untuk part 1 ini agak pendek. Ya, ini masih permulaan. Aku harap kalian mau meninggalkan komentar kalian sebagai energi buat aku menulis dan menulis lagi.
Terimakasih !!
