Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Lovelife Chapter 4

$
0
0

Title : Lovelife / Chapter 4

Main Pair : ChoiSooyoung, Cho Kyuhyun

Other Cast : SiFany, Yeyul, Taeteuk , Kim Kiyoung , Im Yoon Ah

Rated : 21+ for this chap

Warning : OoC, typo –maybe?-, umur tidak sesuai, tema umum

Disclaimer : Cast milik dirinya sendiri (namun masih tanggung jawab orang tua dan dibawah naungan Tuhan), Super Junior teken kontrak sama SM Entertainment. Saya hanya pinjam nama dan karakter. Ff ini pemikiran babykim dan dipost ulang versi kyuyoung oleh vennawu/chovenna.

Please Do Not Bashing The Chara!

Thank you

Happy Reading ^^

.

.

Tubuh pria itu bergerak pelan. Memiringkan kepala lalu tersenyum mendapati kekasihnya masih tertidur lelap. Dimple smilenya semakin mengembang saat mendengar dengkuran halus dari wanitanya.

“Selamat pagi, Tiffany.”

Kepalanya terangkat sesaat untuk mencium rambut Tiffany yang terurai diatas bantal. Ditatapnya punggung putih Tiffany yang terbuka karena wanita itu tidur menelungkup dan membelakanginya. Selimut tebal menutupi tubuh keduanya dari perut kebawah.

Siwon mengambil ponselnya yang semalaman terdiam dimeja samping ranjang. Mengarahkan kamera ponselnya keatas, dan bunyi kecil menandakan dia baru saja mengambil gambar pun terdengar.

Sesaat namja itu memainkan benda elektronik itu dengan senyum yang tak pernah meredup. Mungkin punggung putih kekasihnya akan menghiasi wallpaper ponselnya untuk beberapa waktu kedepan.

Benda kecil yang berfungsi sebagai alat komunikasi itu diletakkannya sembarangan. Bergerak pelan, tangannya terulur menuju punggung Tiffany. Memainkan jarinya disana, mengelusnya lembut, lalu berjalan pelan menggapai jemari kekasihnya. Menggenggamnya erat seraya meletakkan kepala dengan tengkuk menggoda itu sebagai bantalnya. Punggung halus dengan beberapa tanda kemerahan sisa permainan mereka semalam itu bersentuhan dengan kulit dadanya yang tak tertutup apapun. Tangannya yang lain terangkat keatas kepala wanitanya lalu membelainya perlahan.

“Unghhh…”

Lenguhan itu kembali membangkitkan senyuman Siwon. Dikecupnya berulang kali punggung Tiffany dengan sesekali melumatnya penuh perasaan.

“Sudah pagi.” Pria itu berucap pelan.

“Hm.” Tiffany mendengung samar. “Kau berat.”

Siwon terkekeh lalu menciumi bahu kekasihnya. “Kyuhyun hyung tak pulang semalam.”

Siwon tahu mata Tiffany masih terpejam. Tapi pria itu hapal bahwa kekasihnya tak akan kembali tidur jika sudah terbangun. Apalagi hari sudah beranjak menuju pukul 9 pagi.

“Hm.” Wanita itu kembali bergumam. “Biarkan saja.”

Siwon bangkit sesaat untuk mengambil ponsel yang tadi diletakkannya sembarangan. Kembali merebahkan kepala dengan punggung Tiffany sebagai bantalnya. Memainkan ponselnya untuk sekedar mengecek email maupun akun jejaring sosial. Sebelum getar ponsel lain menganggu aktivitasnya.

“Ponselmu, chagi,” gumam pria itu tanpa menghentikan kegiatan jemarinya menyentuh layar ponsel.

“Ambilkan, tolong.” Telapak tangan Tiffany terbuka dan terangkat tanpa menggerakkan bagian tubuhnya yang lain.

Siwon bangkit untuk mengambil ponsel berwarna putih itu. Mengecek nama si pemanggil sebelum meletakkannya ketangan Tiffany yang tetap setia memejamkan mata. “Sooyoungie.”

.

.

Wanita itu sudah terbangun dari tidurnya. Dia bisa mendengar deruman kendaraan yang melintas. Dia tahu itu. Hanya saja berat baginya untuk membuka mata. Tubuhnya terlalu letih untuk memulai hari di pagi yang cerah itu. Dan lagi, rasa-rasanya tubuhnya terlalu berat untuk bergerak. Seperti tertimpa sesuatu.

Tertimpa?

Segera dibukanya kembar indra penglihatan miliknya. Dan yang dia temukan adalah,

Rambut?

Rambut hitam berantakan terproyeksi dikedua matanya. Wanita itu mengernyit sesaat. Sebelum akhirnya tersadar sesuatu.

Rambut itu milik kekasihnya.

Tubuh besar kekasihnya sebagian besar menimpa ditubuhnya. Wajah pria itu mendarat diantara dada dan bahunya. Membuatnya bisa merasakan nafas hangat yang keluar dari hidung pria itu dikulit dadanya yang terbuka. Lengan kekar namja itu melingkar posesif diperutnya. Sebelah kakinya menimpa kaki kecil dirinya, layaknya memeluk guling kesayangan.

Wanita itu, Sooyoung, menghela nafas. Dia tak tahu sejak kapan lengan kecilnya melingkar dibahu dan punggung kekasihnya. Dengan malas Sooyoung melirik jam digital diatas meja seraya menguap hingga ujung kedua matanya berair.

07.25 am.

Suara ribut-ribut kecil terdengar dari luar kamar. Sooyoung ingat dia sedang berada dikamar Yesung. Ada seseorang yang tengah memasak karena dia mendengar kompor yang dihidupkan dan suara air memenuhi panci. Coret untuk Yesung karena namja itu tak akan pernah menyentuh dapur kecuali jika sangat terpaksa dan dalam keadaan mendesak.

“Ugh…”

Berat. Tubuh Kyuhyun itu berat. Mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggerakkan tubuh namja itu pun Sooyoung tak bisa. Dengan tak berperasaan kekasihnya itu malah semakin memeluk pinggangnya.

“Oppa.” Suara serak Sooyoung seksi dan terdengar berat bagaikan pria secara bersamaan. Menggoyang-goyangkan bahu Kyuhyun seraya terus berusaha bergerak. “Bangunlah.”

“Mmmhh…” Dengungan samar-samar pria itu berikan. Membuat Sooyoung merasa geli di tubuhnya karena efek getaran suara Kyuhyun.

“Ayo bangun.” Kembali Sooyoung berusaha mendorong tubuh Kyuhyun agar menjauh. Tak sia-sia karena namja itu kini bergerak.

“Morning.” Kecupan selamat pagi Kyuhyun alamatkan kebibir kekasihnya. “Nyenyak?”

Sooyoung terpana. Heran. Seingatnya, Kyuhyun mabuk semalam. Sepengetahuannya, hangover akan menyerang dipagi hari. Semestinya, pria itu akan mengeluh pusing dan mual.

Tapi Kyuhyun menggeliat layaknya orang normal yang bangun dipagi hari. Dan lagi sapaan lembut penuh perasaan cukup menambah rasa bingung Sooyoung. Bukankah Kyuhyun semalam penuh emosi dan berlaku kasar?

“Ya.” Mengabaikan segala bentuk keanehan Kyuhyun, Sooyoung menjawab dan menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan bangkit menjauh dari ranjang. “Lumayan.”

Sooyoung menatap heran pada kemeja hitam kekasihnya yang melekat di tubuhnya. Berdesir geli akibat udara pagi, tangannya menarik-narik agar kemeja itu bisa memanjang karena hanya mampu menutupi setengah pahanya.

“Oh.”

Sooyoung menoleh dan melihat Kyuhyun tengah mengucek matanya yang memerah.

“Yesung tak punya pakaian wanita.” Pria itu menyandarkan punggungnya dikepala ranjang. “Jadi oppa memakaikan kemeja oppa padamu.”

Sooyoung mengangguk-angguk lalu menyadari bahwa hanya kemeja hitam itulah yang melekat ditubuhnya. Mengarahkan tubuhnya kekiri, tangannya terulur untuk membuka lemari pakaian Yesung.

“Mungkin aku bisa meminjam celana Yesung,” gumamnya.

“Jangan mencoba untuk melakukannya.”

Sooyoung membalikkan setengah badannya dan mengernyit bingung. “Huh?”

“Kau mau memakai celana Yesung?”

Sooyoung mengangguk.

“Tidak boleh.”

“Eh?”

“Jika kau mau memakai celana,” Kyuhyun menunduk dan mengambil celana pendek miliknya yang tergeletak dilantai, “pakai punyaku saja.”

“Kenapa?” Sooyoung mengedarkan pandangannya dan mendapati pakaian mereka berserakan dimana-mana.

“Aku pernah bilang kau boleh memakai pakaianku.” Pria berkaos abu-abu itu melipat kedua lengannya didada dan wajahnya terlihat kesal. “Tapi aku tak pernah bilang kau boleh memakai pakaian pria lain. Apalagi dihadapanku.”

Sooyoung mendengus geli.

“Big no.” Kedua lengan Kyuhyun saling menyilang.

“Aku akan memakai celanaku saja.” Sooyoung menunduk dan mengambil celana piyama panjangnya yang terselip dibawah meja. “Aku mau keluar.”

Suara ribut itu makin terdengar jelas ketika Sooyoung berada diluar kamar. Pintu kamar dibiarkannya terbuka. Melirik Yesung yang masih memejamkan mata diatas sofa, wanita itu berjalan kedapur kecil diujung ruangan.

“Hai.” Sooyoung mengambil gelas dan segera mengisinya dengan air mineral dari dalam kulkas. Wanita yang semalam dilihatnya dengan Yesung sedang mengocok telur didalam mangkok.

“Hai.” Wanita itu tersenyum ramah dan meletakkan mangkok di meja lalu mengambil teflon.

“Aku Sooyoung.” Sooyoung mengulurkan tangannya. “Choi Sooyoung.”

Wanita bermata foxy itu menghentikan sejenak kegiatannya. “Kwon Yuri imnida. Aku mengenalmu.”

“Kau mengenalku?” Sooyoung mengangkat kedua alisnya.

Yuri tersenyum lalu kembali mengocok telur. “Yesung pernah menunjukkan fotomu. Dia bilang kau salah satu sahabatnya selain Tiffany.”

“Kau teman Yesung?” Sooyoung meletakkan gelasnya ditempat cuci piring.

Yuri terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Bisa dibilang seperti itu.”

“Kau tinggal disini?” Sooyoung menghidupkan kompor lalu mengambil mangkok dari tangan Yuri. “Aku saja yang memasaknya.”

Yuri mengangguk. “Aku tinggal disini. Baru beberapa minggu.”

Sooyoung mengangguk-angguk. Berarti benar Yuri adalah wanita yang Yesung ceritakan selama ini.

“Ah.” Sooyoung berbalik. “Apa kau punya pakaian yang bisa kupinjam?”

Yuri meletakkan piring diatas meja bar yang membatasi dapur dan ruang tengah. Tersenyum miris dan terlihat menyesal. “Maaf. Aku tak punya.”

“Ck.” Sooyoung kembali berbalik dan fokus pada telur dadarnya. “Yesung benar-benar tak memberikanmu pakaian ya?”

“Ya,” lirih Yuri. “Aku hanya memakai pakaiannya. Dia tak memperbolehkanku keluar kecuali jika kami makan malam atau menghadiri pesta. Aku punya beberapa gaun. Tapi tentu tak cocok untuk kita pakai sekarang.”

“Kau benar.”

Selanjutnya kedua wanita itu berbincang ringan seraya menyiapkan sarapan. Sooyoung tersenyum ramah melihat Yuri yang dengan tenang bercerita mengenai kehidupannya.

Sooyoung benar-benar terkejut mendengar penjelasan Yuri. Ternyata wanita itu sudah tak memiliki keluarga. Dua tahun lalu dia pergi dari panti asuhan yang selama ini menaunginya. Pemilik yayasan berganti dan itu membuat kehidupan dipanti tak lagi nyaman. Yuri dan beberapa temannya pergi untuk mencoba kehidupan dikota.

Kehidupan kota begitu berat. Yuri dan teman-temannya tak punya tempat tinggal tetap dan mencoba berbagai pekerjaan. Tuntutan kebutuhan dan bebasnya pergaulan membuat Yuri terjebak. Temannya yang sudah lebih dulu menjalani kehidupan malam mengajaknya untuk mengikuti jejak. Hingga sampailah dia ditempat ini.

“Yesung tahu ceritamu?” Sooyoung memotong telur dadar gulungnya.

Yuri mengangguk dan meletakkan cangkir kopi diatas meja. “Sejujurnya aku ragu. Tapi aku berterima kasih karena Yesung begitu baik.”

Sooyoung berdecih. “Dia memang baik. Tapi dia mesum.”

Yuri terkikik kecil. “Ya.”

“Baby.” Kyuhyun berjalan menuju dapur dan memeluk Sooyoung tanpa malu pada Yuri yang wajahnya tengah memerah melihat kemesraan keduanya.

“Aku lapar.”

“Ini sudah selesai.” Sooyoung menepuk lengan Kyuhyun yang melingkar diperutnya. “Kita sarapan saja sekarang.”

“Aku akan membangunkan Yesung.” Yuri berjalan menuju sofa diruang tengah.

“Nugu?” Kyuhyun melepas pelukannya dan memandang Sooyoung dengan tatapan bertanya.

“Kekasih Yesung.” Sooyoung menarik lengan Kyuhyun dan mendudukkan pria itu disalah satu kursi bar yang mendampingi meja. “Namanya Yuri. Kwon Yuri.”

“Yesung punya kekasih?” Mata sipit Kyuhyun membesar. “Wow!”

“Ya. Itu memang mengejutkan.” Sooyoung memenuhi mangkok Kyuhyun dengan nasi putih hangat yang diambilnya dari dalam rice cooker. “Tapi sepertinya mereka saling mencintai.”

“Ya.” Kyuhyun menyeruput kopi hitamnya seraya menatap adik sepupunya yang tengah mencium Yuri mesra. “Sepertinya begitu.”

“Kalian bangun pagi sekali.” Yesung menggandeng Yuri dan duduk dihadapan Kyuhyun dan Sooyoung.

“Kau yang terlambat bangun.” Sooyoung memukul kepala Yesung dengan sumpit yang baru diambilnya. “Pemalas.”

Yesung bersungut lalu menguap. “Cerewet.”

Yuri terkikik.

“Hei, bodoh.” Sooyoung berhenti menyuapkan makanan kedalam mulutnya. “Kau tak memberikan Yuri pakaian?”

Kyuhyun menoleh kearah Sooyoung heran lalu berganti menatap Yesung. Pantas saja dia tak menemukan pakaian rumahan wanita di lemari Yesung semalam. “Kau, apa?”

Yuri menoleh kearah Yesung harap-harap cemas.

“Hm.” Namja pemilik nama keluarga Kim itu menyuapkan sup kimchi kedalam rongga mulutnya. “Wae?”

“Kau keterlaluan.” Sooyoung kembali memukul kepala Yesung dengan sumpitnya. “Aku akan mengajak Yuri berbelanja hari ini.”

Yuri menaikkan kedua alisnya.

“Tak boleh.” Yesung mengernyitkan keningnya.

“Kenapa?” tanya Kyuhyun.

“Aku tak suka dia dilihat orang lain. Terutama pria.”

Kyuhyun mendengus. Sooyoung hampir tersedak. Yuri menunduk sedih.

“Kekanakan.” Kyuhyun menyesap kopi hitamnya hingga habis lalu menyodorkan gelasnya pada Sooyoung. “Aku mau lagi.”

“Aku tak peduli.” Sooyoung bangkit dan mengisi gelas Kyuhyun dengan kopi hitam dari coffe maker. “Aku akan pergi dengannya nanti.”

“Aku tak akan memberikanmu uang.” Yesung mendekatkan Yuri kesisi tubuhnya. “Dan aku tahu uang jajanmu pas-pasan, Choi Sooyoung.”

Sooyoung berdecak sebal melihat seringaian Yesung. “Aku tahu kau punya kartu kredit hitam unlimited tanpa limit yang sering kau banggakan itu.”

“Kau tak akan berani mengeluarkannya dari dompetku.”

Ganti Sooyoung yang menyeringai. “Coba saja.”

Kali ini Yesunglah yang berdecih.

Sooyoung berlari menuju kamar untuk mengambil ponselnya. “Aku harus mengajak Tiffany!”

.

.

 

Ketiga wanita itu terkikik pelan seraya melangkah ringan memasuki sebuah restoran keluarga dideretan pertokoan. Beberapa kantong plastik belanja memenuhi genggaman masing-masing. Sesekali mereka saling menggoda lalu kembali tertawa.

Keriuhan ketiganya tak pelak membuat beberapa pasang mata penghuni restoran tertuju pada asal suara. Termasuk pasangan yang tengah menikmati makan siang disalah satu meja didekat jendela.

“Bukankah itu Sooyoung?” Sang wanita bertanya pada kekasihnya yang sedang menyuapkan selada.

“Hm?” Pria itu mengarahkan pandangannya kepintu depan. Sebenarnya dia tak menghiraukan keributan kecil itu. Kumpulan remaja yang terkadang heboh sendiri meski ditempat umum merupakan pemandangan biasa disana.

“Eh?” Pria itu berhenti mengunyah. “Ya. Dengan temannya.”

“Kita panggil ya?” Wanita itu mengangkat sebelah tangannya. “Sooyoungie!”

Wanita bertubuh mungil dengan balutan dres kasual sebatas lutut berwarna kuning cerah itu menolehkan kepala. Mencari-cari asal suara yang memanggil namanya.

“Sini!” Wanita itu begitu semangat melambai pada Sooyoung agar mendekat. Sedangkan sang pria bersikap acuh dan kembali makan.

Sooyoung menarik pergelangan tangan Tiffany dan Yuri. Berbisik sesaat lalu ketiganya berjalan mendekat.

“Taeyeon eonnie.” Kekasih Cho Kyuhyun itu mengangkat sebelah tangannya. “Annyeong.”

“Annyeong.” Wanita yang Sooyoung panggil Taeyeon itu menggeser tubuhnya agar kedua teman Sooyoung bisa duduk disampingnya. Sedangkan Sooyoung mengambil tempat disamping Leeteuk agar kedua temannya merasa nyaman duduk berdampingan dengan mereka. Meja bulat yang mereka tempati berada dipojok ruangan sehingga sofa yang mereka duduki melingkar mengelilingi meja.

Sooyoung meletakkan kantung belanjanya dilantai. Menghela nafasnya sesaat lalu melirik keluar melalui jendela yang tepat berada disebelahnya. Sepertinya dia terlalu serius berbincang dengan Yuri dan Tiffany sehingga tak menyadari ada mobil Leeteuk terparkir disana.

“Kalian dari mana?” Leeteuk bertanya seraya menoleh keadiknya.

“Jalan-jalan.” Jawab Sooyoung singkat seraya menatap buku menu.

“Hanya itu?” Leeteuk melirik kebawah. “Kelihatannya kau berbelanja.”

“Itu punya temanku.” Sooyoung mempoutkan bibirnya lucu lalu menatap Leeteuk kesal. “Memangnya kenapa kalau aku yang berbelanja?”

“Tidak.” Leeteuk menggeleng dan mendengus geli. “Aku kira seleramu cukup payah sehingga kau perlu membawa teman-temanmu untuk memberikan saran tentang pakaian yang akan kau beli.”

Tiffany menggigit bibir bawahnya ketika merasakan aura tak enak terpancar dari kakak adik tiri itu.

“Oh iya.”

Beruntunglah wanita yang duduk tepat ditengah diantara mereka kembali bicara.

“Kalian teman-teman Sooyoungie?” Wanita itu mengulurkan tangannya kehadapan Yuri yang duduk disampingnya. “Kenalkan. Aku Kim Taeyeon. Panggil saja Taeyeon eonnie.”

“Kekasih Leeteuk oppa,” celetuk Sooyoung.

“Kwon Yuri imnida.” Yuri membalas uluran tangan Taeyeon seraya tersenyum manis.

“Cho Tiffany imnida.” Tiffany mengangguk sesaat.

“Eh?” Manik Taeyeon membulat. “Yeodongsaeng Kyuhyunie?”

Tiffany mengernyit heran ketika nama kakaknya disebut. Terlebih dengan panggilan semanis itu.

“Ne.” Satu-satunya pria disana menjawab. “Tiffany itu adik Kyuhyun.”

Tak hanya Tiffany, Sooyoung pun heran. “Eonnie kenal Kyuhyun oppa?”

Taeyeon mengangguk. “Tentu saja. Dia pernah menjadi photographer untuk model yang memakai pakaian dari butik eonnie.”

Sooyoung mengangguk. “Ah. Hubungan kerja?”

“Ne.” Taeyeon menyenggol lengan Leeteuk. “Oppamu ini juga modelnya.”

“Eh?!”

Yuri yang tak mengerti heran dengan kedua temannya yang terkejut bersamaan.

“Sudahlah.” Leeteuk menepuk buku menu yang dipegang Sooyoung. “Pesan makanannya.”

“Apa saja yang kalian beli?” Taeyeon bertanya seraya menunggu pesanan ketiga wanita muda itu datang.

“Beberapa pakaian dan aksesoris untuk Yuri.” Tiffany menjawab dan melirik Yuri.

“Kalian mau mampir ke tokoku?” Taeyeon tersenyum lebar. “Aku dan temanku punya butik kecil didekat sini. Aku yang mengelola sedangkan temanku yang membuat pakaiannya.”

Ketiga sahabat itu saling berpandangan.

“Bagaimana?” tawar Taeyeon. “Kalian tak akan menyesal jika sudah mampir kesana.”

“Baiklah.” Tiffany mengangguk setelah membaca kode dari pandangan kedua sahabatnya.

“Kalau lapar makan ini saja dulu.” Leeteuk menyenggol lengan Sooyoung dan menunjuk makanan yang sudah mereka pesan sebelumnya dengan sumpit.

“Nanti saja.” Sooyoung menjenjangkan lehernya agar bisa melihat kearah dapur restoran. “Sepertinya sebentar lagi pesanan kami datang.”

“Jangan membantah. Kau itu punya maag. Jangan sampai terlambat makan.” Leeteuk membungkus daging panggang dengan selada dan makanan pendamping lainnya. “Buka mulutmu.”

“Sooyoungie punya maag?” Taeyeon menyodorkan piring kepada dua wanita disampingnya. “Kalian juga makanlah.”

“Ne.” Leeteuk mengangguk. “Dulu. Sekarang sudah lebih baik. Tapi jangan sampai kambuh kembali.”

“Hanya maag ringan.” Sooyoung bicara dengan mulut penuh. “Tak perlu khawatir.”

Beruntunglah pramusaji datang lalu mengatur pesanan ketiganya diatas meja. Membuat Sooyoung sedikit lega karena memang perutnya sudah meronta sedari tadi.

Obrolan ringan sembari makan tak terasa hingga makanan mereka habis tak bersisa. Sesuai dengan rencana, kelimanya berjalan kaki menyusuri trotoar karena toko milik Taeyeon berada tak jauh dari restoran tempat mereka menghabiskan waktu makan siang tadi.

Cukup lama kelimanya berada disana. Dengan cekatan Taeyeon memilihkan pakaian yang cocok untuk Yuri gunakan. Teman Taeyeon, Kiyoung, menyumbangkan pemikiran desainernya untuk memadu padankan pakaian dan aksesoris yang ada. Wanita itu terlihat senang karena Yuri terlihat manis dengan pakaian yang dibuatnya.

“Kau begitu cantik.” Kiyoung menatap Yuri dengan penuh kekaguman.

Yuri menunduk malu meski hatinya bangga. “Ne. Terima kasih.”

“Kau tak beli apapun?” Leeteuk menghampiri Sooyoung yang duduk disofa lalu mendaratkan tubuh disandaran lengan sofa itu.

Sooyoung menggeleng. “Tidak.”

“Ambillah beberapa.” Leeteuk menepuk pelan kepala Sooyoung. “Oppa yang bayar.”

“Oppa?” Sooyoung menoleh dan menatap Leeteuk tak percaya.

“Ne.” Leeteuk menarik lengan Sooyoung dan mendorongnya kearah deretan pakaian. “Ayo pilih!”

“Mereka berbaikan?” Taeyeon menyenggol lengan Tiffany yang terpaku melihat kedekatan Sooyoung dan Leeteuk yang jarang terlihat.

“Eh?” Kekasih Choi Siwon itu terkejut dan menatap Taeyeon heran. “Eonnie tahu hubungan mereka?”

Taeyeon mengangguk. “Tentu saja. Leeteuk sering cerita padaku mereka tak begitu dekat.”

Tiffany menganggukkan kepalanya. “Ne. Sejak awal mereka menjadi satu keluarga mereka memang tak dekat.”

“Karena itu Sooyoungie memilih menyewa flat ketika kuliah.” Taeyeon melipat kedua lengannya didepan dada. “Leeteuk memang keras.”

Tiffany mengangguk. “Sooyoung bilang dulu Leeteuk begitu benci padanya.”

“Leeteuk hanya tak suka ibunya menikah lagi.” Taeyeon menyelipkan rambut panjang coklat bergelombangnya kebelakang telinga. “Tapi imbasnya dia malah ikut-ikutan tak suka pada Sooyoungie.”

“Keduanya mulai ada kemajuan sejak Sooyoung tinggal sendiri.” Tiffany tersenyum kecil melihat Sooyoung yang tengah berdebat dengan Leeteuk. “Mungkin Leeteuk oppa juga merasa kehilangan.”

“Ya.” Taeyeon mengangguk. “Leeteuk terlalu keras kepala dan gengsi untuk menunjukkan perhatiannya.”

“Perhatian?” Tiffany menoleh menatap Taeyeon.

“Bagaimanapun juga Sooyoungie itu adiknya. Mungkin sekarang dia sudah sadar kedudukannya sebagai kepala keluarga. Ayah mereka kan sudah tak ada. Berarti Sooyoungie hanya sendiri. Jadi Leeteuklah yang bertanggung jawab.”

“Semoga mereka bisa saling menerima ya.”

Kedua wanita itu menarik kedua ujung bibir melihat Sooyoung dan Leeteuk yang mulai tersenyum hangat satu sama lain.

.

.

Sooyoung memutar pinggang kekanan dan kiri sebelum menghempaskan tubuh keranjang. Berbaring sambil memejamkan mata dan menghela nafas berat.

“Lelahnya.”

Hampir saja dia terlelap jika suara ketukan pintu tak menganggu. Diliriknya jam lalu menggeleng pelan.

Siapa lagi yang berniat bertamu ditengah malam begini. Tidak mungkin Kyuhyun karena pria itu baru saja mengirimkan pesan bahwa dia sedang berada dirumah dan mengucapkan ucapan pengantar tidur.

“Eonnie. Buka pintu.”

Sooyoung terbangun begitu mendengar suara wanita yang begitu familiar ditelinganya. Seketika kantuknya menghilang dan dengan cepat dia membuka pintu.

“Yoona?”

“Eonnie.”

Sooyoung membimbing adik tirinya untuk masuk kedalam flat. Yoona terlihat tak begitu baik dan wajahnya memerah.

“Kau mabuk?” Sooyoung mendudukkan Yoona di pinggir ranjang dan menyingkirkan rambut yang menempel diwajah adiknya.

“Hanya sedikit minum.” Yoona merebahkan tubuhnya diranjang. “Aku menginap disini ya.”

Sooyoung mengangguk meski Yoona tak bisa melihatnya karena gadis itu memejamkan mata. Bergegas Sooyoung menyiapkan air hangat dan mengambil handuk kecil. Membasahinya lalu mengusapnya kewajah Yoona.

“Kau kemana saja? Eomma dan Leeteuk oppa mencarimu.” Sooyoung berucap lirih seraya memandang iba pada kehidupan adiknya yang tak tentu arah.

“Entahlah.” Yoona membuka jaket kulitnya dibantu Sooyoung. “Aku hanya ikut temanku.”

“Kemana?” Sooyoung berniat mengoreksi sebanyak-banyaknya informasi. “Kenapa kau tak memberi kabar?”

“Seingatku aku ke Busan. Setelah itu aku tak tahu kemana saja.” Yoona mengucek matanya yang lelah. “Temanku brengsek sekali.”

“Pria?”

Yoona mengangguk. “Dia bilang dia menyukai temanku dan mengajak kami berlibur. Ternyata dia memperkosa temanku. Kami berdua lari tak tahu kemana. Temanku menangis sepanjang jalan.”

Sooyoung sangat terkejut mendengar penuturan dari mulut kecil Yoona. Matanya sontak meneliti keadaan adiknya sendiri. “Tapi kau tak apa kan?”

“Aku baik-baik saja.” Yoona bangkit untuk duduk. “Aku membawa temanku pulang kerumahnya.”

“Lalu kenapa kau minum dan mabuk?” Sooyoung mengelap lengan Yoona yang lengket karena keringat.

“Aku baru saja mengaktifkan ponselku. Leeteuk oppa mengirimiku banyak sekali pesan. Dan dia sepertinya begitu marah.”

“Tentu saja.”

Yoona mempoutkan bibirnya. “Jangan bilang eonnie juga marah padaku.”

Sooyoung menghela nafasnya berat. “Eonnie tak marah. Eonnie hanya tak suka kau pergi begitu saja. Semua orang cemas memikirkanmu.”

“Pengecualian untuk Leeteuk oppa. Dia tak akan mencemaskanku.” Yoona mencibir.

“Dia mencemaskanmu, Yoona-ya.”

“Dia hanya marah padaku. Tak cemas. Memikirkannya saja membuatku pusing. Belum lagi masalah temanku.”

Sooyoung menghela nafasnya. Lagi. Berusaha menerima kelakuan adik perempuannya yang membuatnya geleng-geleng kepala. Beban pikiran dan batinlah yang mungkin membuat Yoona memilih alkohol agar perasaannya terasa sedikit ringan.

Sooyoung meraih ransel coklat Yoona yang gadis itu letakkan disudut kasur. Membongkarnya namun hanya ada beberapa barang disana.

“Itu pakaian kotor, eonnie.” Yoona bangkit meski terhuyung. “Aku pinjam bajumu ya.”

“Kau kacau sekali.” Sooyoung menarik Yoona menuju kamar mandi. “Mandilah!”

Sooyoung mencari keberadaan ponselnya begitu Yoona menghilang dibalik kamar mandi. Mengirimkan pesan pada Leeteuk bahwa kini adik perempuan mereka baik-baik saja bersamanya.

“Kau tak pulang?”

Ini adalah malam kedua Yoona menginap diflat Sooyoung. Bukannya mengusir. Tapi Yoona sama sekali tak memberi kabar pada ibu mereka ataupun Leeteuk.

“Tidak.” Yoona menyuapkan kimchi kedalam mulutnya. “Eonnie tak suka aku disini?”

“Bukan.” Sooyoung menggeleng dan mengacak pelan rambut gadis itu. “Eonnie hanya berpikir, pasti eomma benar-benar khawatir sekarang.”

“Eonnie kan bisa bilang pada eomma jika aku ada disini.” Yoona meletakkan sumpitnya lalu mengambil sendok dan menyuapkan sup. “Tapi jangan bilang pada Leeteuk oppa.”

“Wae?” Sooyoung melirik jahil. “Kau takut padanya?”

“Tidak.” Yoona menggeleng. “Aku hanya tak mau dia memukulku. Jika perang mulut aku masih sanggup. Tapi kalau dia memakai kekerasan, aku bisa masuk rumah sakit. Kekuatan kami tak sebanding. Pria brengsek.”

“Dia kakakmu.” Sooyoung memukul lengan Yoona. “Jangan bicara seperti itu.”

“Arra.” Gadis itu mengangguk ogah-ogahan. “Aku minta maaf.”

“Kita pulang besok,” ucap Sooyoung final, yang dibalas sungutan kesal dari gadis setahun lebih muda didepannya.

Ketukan dipintu membuat keduanya menoleh bersamaan. Tak mau tamunya menunggu lama, Sooyoung bangkit dan membuka pintu.

“Oppa.”

Kyuhyun berdiri didepan flatnya dengan senyum mengembang. “Boleh oppa masuk?”

“Masuklah.” Sooyoung menyingkir untuk membiarkan Kyuhyun masuk. Posisinya yang membelakangi Kyuhyun membuatnya tak tahu bahwa kekasih dan adik perempuannya kini bertatapan tajam.

“Ah, ini adikku.” Sooyoung duduk didepan meja kecilnya yang tengah penuh dengan menu makan malam yang mereka santap. “Choi Yoona.”

“Kyuhyun.” Kyuhyun mengulurkan tangannya dengan tatapan penuh makna kearah Yoona.

Gadis itu menghela nafasnya dan melembutkan pandangannya. “Yoona.”

“Dia kekasihku.”

Yoona hampir saja tersedak mendengar ucapan kakak perempuannya. “Kekasihmu?”

Sooyoung mengangguk. “Ne.”

“Oh.” Yoona mengangguk dan menyembunyikan raut wajah terkejutnya.

“Oppa sudah makan?” Sooyoung bangkit bermaksud mengambil peralatan makan saat namja itu menggeleng. Menandakan dia sengaja mampir untuk menikmati makan malam buatan kekeasihnya.

“Makan disini saja.” Sooyoung yang tengah berada didapur tentu tak bisa melihat bahwa kini tatapan saling benci antara kedua orang dibelakangnya itu kembali beradu.

“Ah!” Sooyoung terpekik kecil lalu buru-buru menuju pintu setelah meletakkan mangkuk berisi nasi hangat kemeja dihadapan Kyuhyun. “Aku lupa mengembalikan mangkuk Kang haelmoni. Oppa makanlah. Aku akan segera kembali.”

Kesunyian melanda ruangan itu setelah Sooyoung menutup pintu. Kepulan asap putih dari nasi hangat dihadapan Kyuhyun tak mampu mengalihkan pandangannya dari gadis muda didepannya.

“Kau kekasih kakakku?” Yoona mendesis.

“Ne.” Wajah Kyuhyun terangkat angkuh. “Wae?”

“Brengsek.”

“Kau tak suka?” Kyuhyun melipat kedua tangannya didada.

“Setelah aku tahu sifat brengsekmu, ya. Aku tak suka.” Yoona meletakkan sumpit makannya dengan kasar.

Mata Kyuhyun memicing tajam. “Kau tak berhak mengataiku brengsek.”

“Setelah pernah meninggalkan temanku?”

“Aku tak meninggalkannya. Dia selingkuh dariku.”

“Dia tak selingkuh. Kau yang pergi meninggalkannya demi mengejar wanita lain.”

“Aku tak mengejar siapapun. Temanmu membuatku kesal.” Kyuhyun menggenggam kuat. “Dan dia suka mengumbar tubuhnya untuk pria lain.”

Yoona berdecih. “Apa kau mengejar eonnieku seperti kau mengejar Taeyeon eonnie?”

Kyuhyun merasakan punggungnya menegang.

“Kau pikir aku tidak tahu? Kau dan Leeteuk oppa berlomba-lomba mendapatkan cinta Taeyeon eonnie. Tapi kau menutup mata dan tak mau tahu bahwa Taeyeon eonnie mencintai kakakku. Kau kan yang menghancurkan karir model Leeteuk oppa tahun lalu? Berusaha membuat banyak pihak membatalkan kontrak kerja dengan Leeteuk oppa.”

Kyuhyun menggeram.

“Tapi kau tetap tak mendapatkan apapun karena Taeyeon eonnie mencintai kakakku. Kakakku bisa bangkit dan memulai kembali karirnya.”

Gigi Kyuhyun beradu kuat. Menimbulkan suara gertakan yang sanggup didengar olehnya sendiri.

“Apa kau begitu terobsesi mendapatkan wanita?”

Ingin rasanya Kyuhyun menghajar gadis didepannya itu.

“Kau brengsek, Cho Kyuhyun.”

Brak!

Belum sempat Kyuhyun memukul meja didepannya, pintu flat itu terhempas. Menampakkan Sooyoung yang tengah berdiri tegang.

Sooyoung pikir keduanya akan baik-baik saja dia tinggal sebentar. Rencana mengembalikan mangkuk Kang haelmoni tak terlaksana begitu Sooyoung melihat lampu flat milik tetangganya itu tak menyala. Sambil menggerutu kecil wanita itu kembali berjalan menuju flatnya sendiri. Belum sempat tangannya meraih gagang pintu, suara Yoona dan Kyuhyun yang tengah berbicara membuatnya penasaran. Menajamkan pendengaran, Sooyoung tak tahu. Entah ini kesialan atau keberutungan begitu mendengar isi pembicaraan kekasih dan adik perempuannya.

Jadi Kyuhyun yang menyebabkan Leeteuk kehilangan pekerjaannya? Inikah yang membuat Leeteuk begitu tak suka pada Kyuhyun?

“Lebih baik kau pulang, Cho Kyuhyun-ssi,” ucapnya dingin.

To Be Continue

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>