Title : Water Love
Chapter : 3rd
Author : Joanne K. Cho
Genre : Hurts | Romance | Drama
Rate : PG-14
Cast : Choi Soo Young | Cho Kyuhyun |
Support Cast : Kim Hyo Rin | Yoo In Joo |
Warning : Typo(s)
FF ini sebelumnya pernah di post di Blog http://kyublacky.wordpress.com/
Disclaimer : No plagiarisme, story belong to me !!
A/N : I hope you’ll enjoy it, reader-deul ^o^)/
***
Namja itu berpostur tinggi. Dengan rambut sedikit coklat dan kulitnya yang putih. Matanya yang tajam namun menenangkan. Hidungnya mancung dan bibirnya yang—ehem—juga seksi. Sempurna !
Soo Young menggelengkan kepalanya. Berusaha menyadarkan dirinya. Membuat namja itu menatapnya bingung. Namja itu mengulurkan tangannya menyentuh dahi Soo Young. Membuat Soo Young menatap namja itu dengan tatapan membunuh yang dia miliki. Kemudian Soo Young menepis tangan namja itu.
“Nuguya non ?” tanya Soo Young dengan suara yang sama sekali tidak ada keramahan.
“Kenapa aku ada disini ? Wae ??!” tanya Soo Young tak sabaran.
“Dan apa yang kau lakukan padaku?!” Sooyoung dengan cepat menyerang namja itu dengan gigitan dan jambakannya. Membuat namja yang tak dikenalnya itu berteriak kesakitan.
“Y-YAA!! Lepaskan !!” teriak namja itu berusaha menghentikan Sooyoung. Namja itu berhasil menangkap kedua tangan Sooyoung, membuat pergerakan Sooyoung terhenti. Mereka bertatapan.
Nafas Sooyoung tersengal sengal. Sooyoung memang tak berusaha melepaskan diri. Sooyoung sedang berfikir.
Apa namja ini yang menolongku ? Apa yang dia yang membawaku kesini ?
Tiba tiba wajah Sooyoung memerah membayangkan betapa tidak sopannya dirinya menyerang orang yang telah menolongnya. Celakan tangan Sooyoung melonggar.
“Ya ! Apa ini balasanmu kepada orang yang sudah menolongmu hah?!” Namja itu berdiri. Dia memijit pelan kepalanya yang terasa sakit akibat jambakan ganas Sooyoung.
“M-mianhaeyo,” ucap Sooyoung menunduk menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah karena malu.
“Cih, jika aku tahu kau akan merusak wajah tampanku lebih baik aku tak menolongmu. Dan membiarkanmu menjadi santapan laki laki liar di luar sana,” gerutunya dan berjalan menuju pintu.
Sontak perkataan namja itu membuat Sooyoung semakin menunudukkan kepalanya merasa sangat malu.
Pintu itu tertutup. Meninggalkan Sooyoung sendirian sementara namja itu pergi entah kemana. Sooyoung memandang sekelilingnya. Dia menghela nafas pelan.
Memang benar dia menolongku. Tapi kenapa aku harus seranjang dengannya ? Apa dia bisa menjanjikan bahwa dia tidak akan menyerangku ?
Dan, hey ! dia juga lelaki liar. Dan apa ? Merusak wajah tampannya ? Menurutku itu sedikit berlebihan walau yah… dia lumayan tampan.
Sooyoung menggerutu pelan di dalam hatinya. Kemudian yeoja itu berdiri dan keluar kamar itu. Satu satu nya hal yang terlintas di pikirannya adalah betapa bersih dan rapinya ruangan ini.
Sebuah sofa terletak 5 meter di depan televisi yang bahkan Sooyoung tidak tahu apa mereka dari televisi itu. Sangat berbeda dengan pemikirannya bahwa laki laki sangat berantakan dan kotor.
Sooyoung berjalan ke arah dapur saat dirinya mencium bau masakan yang nikmat. Membuat perutnya memberontak kelaparan. Sooyoung melihat namja yang tadi di jambaknya sedang memasakkan sesuatu.
Sooyoung tersipu. Dia memang bisa sedikit memasak, namun itu tidak bisa di bandingkan dengan kemampuan namja itu. Laki laki yang sedang memasak sambil tersenyum, apa yang kau pikirkan ? Bukankah dia kelihatan em.. seksi ?
Sooyoung tersentak saat sebelah tangan namja itu melambai, memanggilnya untuk mendekat. Tanpa menolak, Sooyoung melangkahkan kakinya mendekat. Dia terlalu lapar untuk bisa berfikir apa yang sebenarnya diinginkan laki laki itu.
“Kau pasti lapar kan?” tanyanya. Sooyoung mengangguk. Dia menelan salivanya susah payah saat melihat hidangan makanan yang tertera rapi di depannya. Walau belum mencicipinya, tapi Sooyoung tahu bahwa makanan itu akan terasa lezat di rongga mulutnya.
“Ne, aku lapar,” jawabnya. Sekali lagi Sooyoung menatap makanan itu dengan mata yang berbinar binar. Dia menarik kursi dan bersiap untuk duduk. “Kalau kau lapar sebaiknya kau pulang dan makan,” ucap namja itu sebelum Sooyoung benar benar menghempaskan dirinya di kursi itu.
Sooyoung melongo mendengar penuturan namja itu yang—menurutnya—sangat kurang ajar. Hey, dimana mana jika orang menanyakan kau lapar atau tidak, sedang di depannya ada banyak makanan bukankah itu artinya dia akan mengajak kau ikut serta untuk menyantap makanannya ?
Sooyoung mendesah pelan. Tampaknya spesies yang sedang dihadapinya sedikit special dengan mulutnya yang mampu mengeluarkan kata kata yang menohok.
Sooyoung masih berhalusinasi bahwa makanan itu melambai lambai padanya untuk segera disantap. Betapa menyedihkannya dirinya.
“A-aa… Geure.” Ucap Sooyoung dengan wajah pasrah. Dari awal dia memang tidak memiliki hak apapun untuk bisa makan di sini. Lagi pula seharusnya dia berterimakasih kepada namja itu karena membiarkan dirinya menginap di kamarnya—walau seranjang dengan dirinya—.
Sooyoung membalikkan badannya bersiap untuk meninggalkan makanan hangat di depan meja itu saat namja menyebalkan itu menahan lengannya. “Kupikir karena kau terlihat menyedihkan, kau boleh ikut makan bersamaku,” ucapnya diikuti dengan seringainya yang khas.
“J-jongmal?” tanya Sooyoung dengan mata berbinar binar. Dia melupakan bahwa harga dirinya sedang di permainkan oleh namja keturunan iblis di depannya. Namun lebih baik dari pada harus mati kelaparan. Lagi pula di rumahnya tidak ada persediaan makanan dan itu artinya Sooyoung harus berbelanja lagi.
“Em.”
***
Sooyoung meletakkan sendok di sisi piringnya. Suapan terakhir sudah ada di mulutnya dan akan berjalan ke perutnya. Disetiap dia mengunyah makanan itu terasa sangat lezat. Tampak namja itu benar benar tahu bagaimana caranya memasak dengan baik.
Sooyoung meneguk air yang ada di sampingnya. Ini adalah pertama kalinya dia makan di rumah orang lain, berdua dengan seorang lelaki, dan duduk berhadapan serta memakan makanan disertai tatapan tajam namja itu yang membuat dirinya merinding.
Sooyoung pura-pura tidak menyadari bahwa namja itu sesekali melirik ke arahnya. Namja itu mekan dengan santai, perlahan. Cara dia mengunyah makanan itu seolah olah dia sangat menghargainya dan dia terlihat sangat seksi walau sedang mengunyah makanan.
Tampaknya setelah ini Sooyoung harus memasukkan nama namja ini kedalam list laki laki yang seksi versi dirinya. Tunggu dulu ! Berbicara tentang nama, Sooyoung bahkan belum tahu nama namja ini. Namun dia terlalu enggan untuk menanyakannya. Biarlah namja itu sendiri yang akan mengatakannya.
Namja itu juga sudah selesai makan. Setelah meneguk air—yang sialnya juga terlihat seksi si mata Sooyoung—dia melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Sooyoung tajam.
Kenapa dia menatapku seperti itu ? Mengerikan. Ungkap Sooyoung dalam hati. Tentu saja dia tidak akan mengucapkannya di depan namja itu.
“Jadi, bisakah kau menceritakan kenapa kau bisa tertidur dengan lelap di halte itu saat tengah malam?” tanyanya. Tampaknya namja itu sangat ingin tahu apa yang menyebabkan Sooyoung terlelap disana. Tentu saja Soyoung tak akan menceritakannya.
Bekerja di sebuah bar dengan pakaian minim dan lebih lagi dia adalah seorang siswi di sebuah sekolah terkenal, kira kira apa yang akan dilakukan pihak sekolah setelah dia mencoreng nama baiknya ? mengeluarkannya tentu saja. Dan Sooyoung sangat tidak ingin hal itu.
“Bisakah aku tidak menceritakannya padamu?” ucap Sooyoung. Dia baru saja mengenal namja ini tanpa tahu nama, umur, dan ha hal lainnya tentang namja ini. Jadi, apa alasannya untuk menceritakan itu padanya?
“Geure. Sepertinya itu juga bukan urusanku, Choi Sooyoung-ssi,” ucapnya sambil menyerigai. Sooyoung tersentak. Seingatnya dia belum—lebih tepatnya tidak—mengatakan kepada namja itu siapa namanya. Dan kanapa namja itu bisa tahu namanya ?
“Dari mana kau tahu namaku?” tanya Sooyoung was was. Di film, jika seseorang yang tidak kau kenal mengetahui namamu, jika dia bukan orang yang menyukaimu berarti dia adalah seseorang yang berkeinginan membunuhmu. Sooyoung menggeleng saat imajinasi liarnya berkembang di kepala kecilnya.
“Bisakah aku tidak menceritakannya padamu?” ucap namja itu mengembalikan kata kata Sooyoung. Membuat Sooyoung mendesah frustrasi dan bertanya tanya di dalam hatinya makanan apakah di makan ibu namja itu sehingga namja yang ada di hadapannya mempunyai kemampuan mengembalikan kata kata?
“Aish geure, geure.” Sooyoung mengalah. Tampaknya manusia yang ada di hadapannya tidak bisa dikalahkan dengan mudah.
“Bisakah kau antarkan aku pulang? Dan aku sudah terlambat masuk kelas karena kau.” Sooyoung menggeram.
“O ? jadi begini caranya kau berterima kasih kepada seseorang yang menampungmu dan memberi makanmu?” Jawabnya. Sooyoung mendesah.
“Tuan baik hati yang telah me-nam-pung-ku,” Sooyoung sengaja menekan kata kata ‘menampung dan menggantungkan kalimatnya.
“Bisakah kau antar aku pulang dengan selamat?” Sooyoung mengatakan hal itu dengan titik terendah kesabarannya. Namja itu tersenyum simpul. Kemudian dia berjalan dan Sooyoung mengikutinya dari belakang. Ruangan tamu tampak berbeda dengan ruangan tadi. Tampak sangat berantakan dengan kardus disana sini.
“Apakah kau akan pindah?” tanya Sooyoung penasaran.
“Bisakah aku tidak menceritakannya padamu?” ucapnya—lagi-lagi—mengembalikan kata kata Sooyoung. Membuat Sooyoung mengepalkan tangannya kuat dan menahan agar tidak mendaratkannya di kepala namja itu.
“Aish, baiklah, baiklah, terserahmu,”
***
Sooyoung diantar pulang oleh namja—menggunakan mobil—itu hingga di depan sebuah supermarket dekat dengan apartemennya. Sooyoung sengaja meminta berhenti disana karena dia ingin terlebih dahulu membeli barang barang yang diperlukannya. Namja itu juga tidak banyak bertanya dan menurunkan Sooyoung dengan selamat dan tanpa cacat.
Oke, kedengarannya itu menggelikan. Tapi selama di perjalanan beberapa kali Sooyoung harus memegang kuat dadanya saat jarum penunjuk angka kecepatan berkali kali menunjuk angka ratusan. Membuat Sooyoung terdiam di tempat dan berharap dirinya tidak mati konyol karena kecelakaan.
Setelah Sooyoung mengucapkan terima kasih dengan sedikit terpaksa, namja itu kembali melajukan mobilnya entah kemana.
***
Hari ini Sooyoung—sangat—terlambat datang ke sekolah. Namun karena dia anak yang pintar dan juga rajin, dia berhasil lolos dan tidak menerima hukumannya. Dia mengikuti pelajaran seperti biasa, diikuti dengan tatapan sinis dari berbagai arah. Namun selama di pelajaran dia tidak bisa memikirkan apa apa. Hanya namja berpenyakit narsis tingkat akut yang ada di kepalanya.
Dan dia merutuki kebodohannya yang lupa menanyakan nama namja itu. Tapi itu lebih baik. Setidaknya dia tidak perlu berurusan lagi dengan namja setan itu.
***
Istirahat kali ini tidak membosankan seperti biasanya. In Joo menemaninya makan di kantin—untuk pertama kalinya bagi Sooyoung—walau dihadiahi tatapan aneh dari penjuru kantin.
Biasanya Sooyoung menghabiskan makannya di atap sekolah atau di kelas setelah mengambil jatah makannya.
Mereka berdua makan seperti biasa, bercerita, becanda, tanpa memperhatikan sekeliling mereka yang membuat Sooyoung muak. Dia rasa memiliki teman ada baiknya. Dia bisa tertawa, dan merasa nyaman tanpa takut kepada mereka yang mem-bullynya.
***
Pulang sekolah.
Sooyoung melangkahkan kakinya menuju ruangan kepada sekolah. Entah apa yang membuat dirinya dipanggil. Selama di perjalanan Sooyoung memikirkan kesalahannya.
Apakah aku akan dihukum karena datang terlambat? Tapi itu tidak mungkin. Masalah kedisiplinan bukanlah tugas kepala sekolah untuk mengawasi. Jadi apa salahku ?
Jangan jangan mereka tahu aku bekerja di bar dengan pakaian minim dan aku akan di keluarkan ?
Pikiran Sooyoung tertuju ke bar tempatnya bekerja. Jika ada kesalahannya selama dia bersekolah di sekolah ini, maka itu adalah pekerjaannya.
Sooyoung sampai di depan pintu ruangan itu. Tampak kokoh dan seolah olah mengejek dirinya yang ketakutan. Sooyoung mengetuk pintu. Dia mendengar suara yang memerintahkannya untuk masuk ke dalam. Yeoja itu membuka pintu perlahan. Dan mendapati kepala sekolahnya sedang duduk dan membaca kertas kertas yang ada di mejanya.
Pria paruh baya itu meletakkan kertas kertasnya dan mempersilahkan Sooyoung untuk duduk di hadapannya. Sooyoung mengangguk pelan. Dia menunggu apa yang akan di katakan kepala sekolah untuk dirinya. Pasrah.
“Kau Choi Sooyoung, pernahkah kau ingin bersekolah di International High School?” tanyanya ramah.
International High School ? Bukankah itu sekolah terbaik di Seoul ? Untuk apa dia menanyakannya? Sudah pasti semua siswa ingin menuntut ilmu disana.
Sooyoung berkata dalam hatinya.
“Ne, pernah.” Kepala sekolah itu tersenyum simpul. Dia memberikan selembar kertas kepada Sooyoung.
“Kau bisa masuk kesana dengan beasiswa karena kau adalah perenang terbaik di sekolah ini,” ucapnya. Sooyoung melongo. Masuk? Beasiswa? Perenang terbaik?
“Y-YE?!”
“International High School meminta sekolah kita memberikan seorang perenang yang terbaik untuk masuk kesana. Bukankah menjadi perenang terbaik adalah impianmu, Sooyoung-ssi?” ucap kepala sekolah menyakinkan Sooyoung.
“Bukankah ada Yoo In Joo yang lebih baik dariku?” tanya Sooyoung. Kepala sekolah itu mengangguk.
“Memang benar dia lebih baik darimu. Tapi dia bersekolah disini hanyalah beberapa minggu. Setelah itu dia akan kembali ke Amerika dan bersekolah disana. Kami tidak mungkin merekomendasikan dirinya. Dan aku juga sudah bertanya padanya dan dia merekomendasikanmu,” ucap kepala sekolah panjang lebar.
Sooyoung melongo. International High School? Bukankah disana tempat berkumpulnya siswa pandai, kaya dan—ehem—sombong? Dan juga berkumpulnya siswa berkemampuan renang yang tinggi?
“A-aku akan memikirkannya dulu,”
***
Mian~~ Lamaaaa~~
“Udah tiga part kok Kyuhyunnya belum muncul juga?”
Adakah yang bertanya seperti itu? XD
Kalau ada mian ne, Kyu masih ingin bersembunyi dan belum ingin menampakkan dirinya.
Kyuhyun dan namja tanpa nama akan dijelaskan di part berikutnya. :)
Semoga kalian suka ya, Komentar kalian jangan lupa ya^^
