Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

[Twoshot] Pick Me (2/2)

$
0
0

Title     : Pick Me [2/2]

Author: Aulia

Genre  : Romance [Failed], Fluff [Failed]

Rating: T (untuk kalimat vulgar yang gak patut ditiru)

Length: Twoshoot

 

“Iya, Sweetie. Aku Cho Bajingan Kyuhyun milikmu. Selalu. Bukan Cho Babi Kyuhyun. Terserah kau mau mengataiku apa menggunakan bibir Cantikmu. Tapi aku sedang menyamar sekarang. Kau tidak mau kan para fansku tahu aku kesini untuk menemui Pacarku Yang Luar Biasa Seksi.”

– Cho Kyuhyun Sang Pangeran Cinta

 

Potongan terakhir pizza lezat-ku melayang di udara ketika aku mengangkat handphone-ku yang berdering.

“Sooyoung,” kataku sambil mengunyah makananku.

“Hai cantik.” Aku memutar mataku. Oh, suara ini. Aku mengatur dudukku lebih nyaman sebentar, dan meninggalkan kotak pizza-ku yang sudah kosong melompong untuk mengambil air putih.

“Sedang apa, Sweetie? Sedang mencari foto-fotoku di Google untuk kau bayangi?” Sialan.

“Sedang memandang foto pantatmu. Berpikir kapan aku mempunyai kesempatan menendang pantat jelek itu.” Aku bercanda, tapi mendengar dia tertawa seperti itu membuatku benar-benar ingin menonjoknya sekarang. Aku masuk ke kamarku, dengan bahu yang menjempit handphone ke telingaku sambil menarik gaun tidurku.

“Kau lucu.”

“Kau brengsek.” Aku merasakan senyuman disana.

“Itu nama tengahku.” Oh. Aku membuka kancing bajuku, dan menggantinya dengan gaun tidur biru-ku.

“Ow.. bisa kuasumsikan kau sedang terlanjang sekarang?” Aku membulatkan mataku. Sialan, bagaimana dia bisa tahu? Refleks, Aku mengedarkan pandanganku disekeliling langit-langit kamarku. Berharap menemukan cctv atau sejenisnya. Mungkin saja, kan dia sekarang sedang menonton video-ku yang berganti baju?

“Bajingan bisa menjadi nama tengahmu.” Dia tertawa. “Ngomong-ngomong dari mana kau tahu hah?” kataku setengah kesal, dan berjalan menuju tempat tidurku.

“Insting seorang pria?”

“Atau insting kejantananmu?” balasku merenggut.

“Makhluk yang kau sebutkan tadi, sudah mencuat keluar, sweetheart.” Aku mendesah.

“Apakah kita sekarang memainkan telepon seks?”

“Sebenarnya… Aku berharap,” balasnya. Aku membuka sandal tidurku, dan tidur di atas kasurku.

“Aku mau tidur. Jadi tarik celanamu dan simpan kejantananmu itu.”

“Oke, hmm… mimpi yang indah, Girlfriend. Kau tahu yang didalamnya ada aku dan kau. Telanjang.”

Dan teleponnya dimatikan. Bagus. Setidaknya perdebatan jorok kami  tadi tidak diperpanjang oleh omong kosongnya. Aku menarik selimutku sampai kebatas dada.

Mimpi indah girlfriend.

Suaranya menggema didalam pikiranku. Membuatku terkikik. Pacar, ya? jadi sekarang aku sudah menjadi pacar seorang bintang tampan yang bisa membuat seluruh wanita Korea untuk menurunkan celana dalamnya secara sukarela?

Aku jadi mengingat perkataan Kyuhyun setelah kencan kami tadi.

“Setelah kencan ini, kau mungkin akan jatuh cinta padaku.”

Aku merona memikirkannya. Mungkin saja dia benar. Tapi aku hanya menyukainya, yah… sebagian kecil dari dirinya aku sukai, bukan sifat menyebalkannya yang menjengkelkan. Untuk mencintainya, kupikir tidak. Memangnya bisa aku jatuh cinta pada pria yang belum 2 hari kukenal? Nyaris mustahil, kan?

Aku tersenyum seperti orang idiot yang terus mengulang kejadian romantis kencan –kami yang terlalu menyenangkan untuk dilupakan  didalam otakku. Si Cho Bajingan Kyuhyun ternyata manis juga, ya. Seandainya dia tidak berlaku menyebalkan mungkin aku sudah bersedia menurunkan celana dalamku untuk tidur dengannya.

Aku mengenyahkan pikiran bodoh-ku, dan mencoba tertidur.

Aku belum menutup mataku, tapi suara Maroon5 sudah mengggangguku.

Sialan. Terkutuklah orang yang meneleponku malam ini. Kecuali Kyuhyun.

“Sooyoung,” bentakku.

“Hai kakak!” Oh, sepupu dekil ini.

“Bagaimana The Second Date-mu? Menyenangkan?”

“90,” jawabku ringkas. Dia mengucapkan kata –Whooa- dengan begitu kagum di seberang sana.

“Dia mengesankanmu, ya? Dia membawamu kemana saja?” tanyanya dengan nada jahil yang begitu kentara. Aku tidak bisa untuk tidak mencibir nadanya.

“Apakah kau memang selalu ingin tahu?”

“Tentu saja. Aku ‘kan cupid kalian,” ujarnya merenggut. “Jadi setidaknya aku harus tahu bagaimana kerja panahku. Jadi dia membawamu ke mana saja?” lanjutnya menuntut jawaban.

“Yah… kerja panahmu bagus Cupid. Setidaknya panah pink-mu menusuk jantungku bukan pantatku.”

“Aku tidak mau menyakiti pantat indah itu.”

“Aku tersanjung Cupid Pervert!” balasku menjadi dengan penuh penekanan. Karena Aku mengingat obrolan Kyuhyun dan aku saat kami di mobilnya pertama kali tentang si Jongin dan bra-celana dalamku. Amarahku mendidih.

“Ow, Noona. Kau marah padaku, atau dengan Kyuhyun?” nada suaranya berubah ketakutan. Bagus, jika saja kantukku tidak terlalu menyerangku, 100% aku akan datang kesana dan menusuk otak kecilnya.

“Kau sialan! Karena-mu aku harus malu tentang celana –dalam dan bra-ku yang senada-. Apakah kau selalu menguntitku seperti ini? Apakah kau meletakkan CCTV di kamarku? Apakah kau gay? Apakah kau mengintip laci mejaku dan mencoba pakaian-pakaian dalamku? Aku heran kenapa Si Hyo-mu itu tidak memutuskanmu karena perilaku penyimpangan seksualmu itu!” Aku meraung di kamarku sendiri, Setelah menyudahi kalimatku yang terlalu panjang itu aku menjadi terengah-engah. Astaga. Aku perlu ciuman dari Brad Pitt untuk menenangkanku. Uh-Oh, tidak-tidak aku perlu ciuman Kyuhyun. Sial. Nah, Kyuhyun, apa yang sudah kau suntikkan dalam otakku ini?

“Astaga, Noona. Segitu marahnya kau kepada diriku?” suaranya yang tadinya ketakutan sekarang menjadi meratap, seakan meminta belas kasian agar aku tidak mencabut nyawanya sekarang. Terlambat Kim Pervert Jongin! Kau membuatku malu didepan orang yang aku sukai.

“Jangan berpikir aku akan menjadi kasihan kepadamu, Brengsek! Kau membuatku malu!”

“Memangnya kau bisa malu?” Dia mendengus dan aku menggertakkan gigiku. Dia selalu berbicara dengan alasan yang jelas, terutama sekarang, saat aku tidak bisa membantah perkataannya. Dia menyinggung ketika aku  kelulusan SMA-ku dan aku menari hula-hula didepan semua orang- termasuk guru-guru dan kepala sekolahku. Aku melakukannya tentu saja mempunyai alasan, aku terlalu senang mendapati juara satu sampai aku tidak mempedulikan apapun yang disekitarku. Aku menjerit histeris, dan melakukan tarian octopus –selain menari hula-hula tentu saja. Lalu aku—

Ya Tuhan. Kenapa aku baru merasa malu sekarang? Pipiku memerah, sampai aku berpikir mungkin tidak bisa kembali ke warnanya yang semula.

Oke, hentikan omong kosong ini. Aku berdehem membersihkan tenggorokanku. Lalu berkata dengan suara yang amat datar. “Aku menyukainya.” Semua terjadi begitu cepat, aku bahkan tidak sadar ketika aku mengucapkan dua kata itu.

Jongin memekik histeris di seberang telepon. Astaga, sepertinya Tuhan menyuntikkan terlalu banyak hormone estrogen daripada hormone testosteronnya.

“Kau bercanda.” Katanya dengan nada tidak percaya. Yah, aku juga berharap kalau tadi aku bercanda. Sayangnya hatiku tidak bisa berbohong. Ah, bisakah aku lebih puitis daripada ini?

“Aku tidak. Aku memang menyukainya. Yah- setidaknya sebagian kecil darinya. Bukan sifat menyebalkannya tentu saja.” Ada jeda panjang disana sampai aku berpikir mungkin malaikat kematian mencabut nyawanya di seberang sana.

Aku bersujud.

“Jongin? Kau masih disana Brengsek?” hanya ada suara dengusan, dan mungkin dia sedang memutar matanya untukku.

“Dia benar-benar mempengaruhimu, ya?” suaranya berubah jadi jahil, orang ini, kenapa berubah-ubah terus, sih?

“Sedikiiiiit.”

“Yah, dia itu tampan, jadi tidak heran kalau dia berhasil mempengaruhi Noona-ku yang Hatinya Sudah Tertutup Untuk Menerima Lelaki Lain.” Jangan mencoba melawak Kim!

“Jangan bilang kalau kau menyukainya?” kataku, mataku menyipit curiga, tiba-tiba mengingat perilaku menyimpang seksualnya.

“Kenapa, Noona? Apakah kau sekarang Choi Pencemburu Sooyoung?” OH!

“Aku tidak cemburu sialan!” Lalu dia tertawa terbahak-bahak dan begitu saja memutuskan hubungan telepon. Apakah dia bisa lebih brengsek daripada ini? Memutuskan sambungan begitu saja tanpa pemberitahuan dariku? Tunggu saja aku mematahkan seluruh giginya besok.

Dan tidak lama kemudian handphoneku berdering oleh pesan singkat. Dan saat aku membacanya, aku langsung meraung melebihi seekor srigala saat itu juga.

Sweetie, persaanmu terbalas, karena aku juga menyukaimu. Kau yang cerewet dan pecemburumu. Mari bercinta di mimpi :* :* (Double Kiss)

 

-Cho Kyuhyun (Sang Pangeran Cinta) 

Motherfu*kershitdamndamn!!!!!!!! “NERAKA UNTUKMU JONGIN BRENGSEK DAN KYUHYUN BAJINGAN!!”

***

Malam buruk dilanjutkan dengan pagi yang layaknya neraka. Bisakah kalian percaya jika semalam aku tidak tidur? Ayo tebak apa yang aku lakukan selain meraung menyumpahi kedua pria yang berbeda tapi sama idiot dan menyebalkannya semalam? Yep. Menghancurkan kamar tidurku.

Coba lihat sekarang… Bra dan celana dalamku sekarang tergantung sudut ranjangku. Baju-baju merk Channel yang sangat kucintai lebih dari apapun sekarang menjadi Baju merk Channel yang tidak kucintai lagi karena sudah terkontaminasi air kloset. Dan… yah untung saja aku tidak kehilangan lipgloss-ku.

Jadi, semalam adalah sisi depresiku. Dan pagi ini sisi berantakanku. Dimana aku kesulitan mencari pembalut-ku. Dan sebelum kalian bertanya..Ya, aku sedang mengalami masa PMS yang mematikan pagi ini.

Aku terbungkuk-bungkuk memegangi perutku, menendang apa saja yang menghalangi jalanku untuk menemukan pembalutku yang berharga, untuk saat ini. Aku hanya memakai handuk putih yang sudah dinodai oleh darah menstruasiku yang menjijikkan, dan ketika aku menginjak sesuatu yang lembut dan empuk. Aku segera bersorak kegiragan –akhirnya aku menemukanmu pembalut! Lalu aku memakainya dengan tergesa-gesa. Memakai baju v-neck Channel-ku yang masih bagus tentu saja –yang bukan tidak kucintai setelah masuk ke kolam toilet-, lalu celanna longgarku. Rambut? Tergerai masam setelah aku keringkan. Ikat rambut? Aku juga membuangnya ke toilet semalam karena sesi depresiku yang dibangunkan Si Sepupu Sialan.

Bersiap ke Kampus dengan menstruasi pertama yang diawali sakit perut hebat. Jika saja hari ini aku tidak ada presentasi yang menyangkut dengan hidup dan matiku, aku tentu saja akan membolos sampai sakit perut sialan ini berhenti.

Terengah-engah sampai ke kampus, memakan waktu 15 menit dengan taksi walaupun rasanya seperti seumur hidup. Tuhan! Bisakah kau meringankan sakit perut ini? Benar-benar menyiksa astaga.

Ngomong-ngomong tentang menstruasi yang selalu di awali dengan PMS. Apakah ada yang tahu singkatan dari PMS? Aku mempunyai beberapa poin :

Perut Mulas Sekali?

Pasti Muncul Sakit?

Pingin Menangis Setiap saat?

Pasti Makan Selalu?

Pinggang Melar Saja?

Pingin Marah Selalu?

“EONNIE!”

Aku memilih poin terakhir. Karena amarahku sudah meledak diubun-ubun ketika aku berbalik, dan mendapati si Wajah Pucat memanggilku.

***

Apakah kalian melihat wanita cantik dengan dadanan sederhana tapi membuat seluruh mata memandang kearahnya? Wanita tinggi dengan rambut cokelat di sanggul?

Yep. Itulah dia.

Seo Joo-Hyun.

Si Pucat itu berjalan ke arahku sambil tersneyum lebar, berimbas kepada para mahasiswa laki-laki yang langsung meneteskan air liurnya. Semua mata juga tertuju padaku. Bukan- aku bukan bintang kampus seperti dia. Tapi Si Pucat sekarang sudah berdiri didepanku, membuatku mau tidak mau ikut-ikutan dipandang.

Ya Tuhan. Aku memerlukan fotografer handal untuk mengabadikan bagaimana rupa kami sekarang.

Aku dengan rambutku yang kusut. Berbanding jauh dengan Seohyun yang tersanggul rapi.

Aku dengan sepatu kets-ku. Seohyun dengan highheels-nya.

Aku yang menganga. Dia yang tersenyum.

Aku membungkuk memegangi perut. Dia dengan anggun berdiri tegak dengan tangan menggenggam tablet.

See… apakah kami sudah terlihat seperti Majikan dan budak? Ini bisa menjadi cover majalah forbes yang bagus.

“Eonnie. Apakah kau tidak apa-apa?” tanyanya khawatir, ketika sudah melihat bagaimana wajah-ku yang berantakan. Oh, SeoBaby-ku , apakah aku terlihat baik-baik saja setelah kejadian semalam dan hari ini?

“Aku oke. Tapi, Joo. Please, please jangan mengajakku berbicara oke? Aku mengalami malam yang buruk, dan pagi yang suram,” kataku dengan nada terkontrol mencoba untuk terdengar tidak marah. Tidak peduli bagaimanapun aku memerlukan seseorang untuk melampiaskan amarahku yang bertumpuk sejak tadi malam. Tapi, Joo bukan orang yang tepat yang bisa menjadi korbannya. Dia terlalu baik daripada si Bajingan dan Si Brengsek itu.

Tanpa banyak bicara dia mengangguk patuh. Bagus. Si Pucat Penurut yang aku butuhkan. Lalu dia membopongku ke ruangan kuliah kami diikuti dengan tatapan-tatapan dari mahasiswa –Ya Tuhan! Lihat Sang Bidadari Seo membantu Sang Budak Choi! Betapa baiknya!-

Bisakah hari ini bisa lebih buruk lagi?

***

Apa saja hal-hal yang dibutuhkan saat PMS? Dengan mood yang berubah-ubah? Hal-hal yang perlu dilakukan versiku :

Baju nyaman.

Tempat tidur dan teman-temannya.

Minyak aroma terapi

Vitamin

Dan yang paling penting untukku, Cokelat Panas dan Sahabat yang bisa membantumu mengeluarkan keluh-kesalmu.

Jadi, disinilah aku terdampar. Café kecil klasik yang terletak tidak jauh dari kampus. Kami kemari tentu saja setelah menyelesaikan kuliah yang ternyata tidak ada dosen yang mengajar kami. Free dan Membosankan. Bukannya Sexy, Free & Single

Joo menyeruput Jus-nya, dan dia kembali mendengarkan curhatanku yang tentang hari burukku. Lalu dia memberikanku tips dan nasehat bijak yang mungkin saja akan langsung kulupakan kurang dari setengah jam. Oh, ya. Joo juga mengatakan jika aku harus mendatangi konser tahunan agensinya. SM Entertaiment, dia bilang akan memberikanku tiket-nya dan aku duduk di kursi paling depan. Aku juga mendapatkan jackpot Veramonte Merlot bebas memilih tahun berapa saja. Tidak perlu berpikir terlalu panjang untuk menerima tawaran yang meneteskan air liurku itu. Aku dengan cepat menyetujuinya, dan mengancam menghanguskan barang-barang hijaunya yang bergambar kodok gila jika saja dia tidak menepati janjinya.

Ancaman yang manis?

Kami berbicara berputar-putar. Sampai aku kembali ke topic –dimana aku menyukai Cho Bajingan-.

“—Jadi, kesimpulan yang dapat diambil adalah : Aku menyukai si Bajingan itu, Joo. Tapi aku juga membencinya. Karena dia berkerjasama dengan Si Brengsek Ingusan itu—“

“Eonnie. Aku tidak akan mengerti jika kau terus-terusan menggunakan kata Si –Uh dan Si –Oh. Coba sebutkan namanya Eonnie.” Joo mendengus ketika menyebutkan kata Bajingan dan Brengsek. Ah, ya aku lupa jika Si Pucat ini, mempunyai mulut yang sangat terkontrol. Lihat saja, dia tidak pernah mengatakan sumpah serapah, dia tidak pernah mengumpat, jadi cukup sulit untuknya mengucapkan kata seperti : Tolol, Dasar Bodoh, Idiot Kampung, Brengsek, dan sejurusnya.

Benar-benar patut ditiru, Girls.

“Bajingan untuk Kyuhyun. Brengsek adalah Jongin EXO, Seo.”

Aku merasakan Joo membeku, dan matanya melebar. Usaha yang sia-sia menurutku, karena matanya itu tetap sipit walaupun dilebarkan dari sisi manapun. Dasar Pucat Sipit!

“Young eonnie, kau menyukai Kyuhyun-Oppa?” katanya menganga.

“Yep. Bahkan kemarin aku berkencan dengannya. Tapi sekarang aku sedang kesal dengannya. Oiya, dia pacarku sekarang,” ujarku tanpa sadar memutar bola mataku.

Dia tambah membeku seperti kutub selatan yang digabungkan dengan kutub utara. Dia tidak bicara apapun selama lima menit, membuat aku gelisah karena dia bungkam. Astaga, wanita ini kenapa sih?

“Joo? Seo? Seohyun? Jiwamu masih disana, kan? Hei, bangun sweetie.” Nah, kenapa juga harus memanggil dia dengan panggilan yang biasa Kyuhyun tujukan untukku?

Dia tersadar, mengerjapkan matanya, dan mulai focus kepadaku. Tapi agak gelisah. Dia kenapa lagi sih?

“Eonnie? Kalau aku mengatakan yang sebenarnya kau tidak akan mencabut nyawaku, kan?” Tergnatung… tergantung dengan apa yang kau katakan Joo, jika itu menyangkut jika ternyata kau menyukai Kyuhyun aku akan membunuhmu dalam sekejap. Tapi itu pasti tidak mungkin, si Pucat ini kan cinta mati kepada pangeran Yong-Yong-nya.

“Katakan saja Joo.” Kalimatku antusias, padahal aku penuh antisipasi sekarang. Menunggu bom dijatuhkan.

“Kyuhyun-oppa dan aku bermain drama musical bersama.” Ada jeda, lalu dia menarik nafasnya dalam-dalam. “Dan aku.. hmm… berciuman dengannya.” Suara mengecil diakhir.

Apakah kalian pernah disiram air dingin langsung di impor dari kutub utara? Membuat kalian langsung mati membeku dalam sekejap?

Aku pernah.

Dan aku merasakannya lagi sekarang.

Pertamakalinya ketika aku mendengar kabar Ibu-ku meninggal. Wanita tua itu tinggal di Jepang bersama Ayah-ku. Ibu memang sudah sakit keras ketika aku meninggalkan Jepang. Penyakit Alzheimer mengambil nyawanya saat aku berusia 19 tahun. Sekitar… setahun yang lalu.

Sekarang, untuk ke-dua kalinya aku tidak mendengar detak jantungku.

“Kau pasti bercanda. Hahaha. Kau punya selera humor yang cukup bagus Joo. Hahaha.” Aku tertawa pura-pura. Berusaha bercanda padahal hatiku hancur setengah mati.

Hormon-hormonku berkumpul menjadi satu. Hormon menstruasi yang mendesak untuk mengamuk. Ini bahaya, aku membutuhkan Jongin untuk pelampiasanku.

Joo menatapku sedih.

“Aku tidak bercanda Eonnie.”

“Apakah Si Yong-Yong tahu?” tanyaku.

“Namanya Yong-Hwa eonnie. Ya. dia tahu, awalnya dia marah. Tapi aku bilang ini Cuma drama biasa dan diatur berdasarkan script. Dia seharusnya tahu kalau aku hanya cinta dia, bukan siapa-siapa lagi.”

Wow. Bisakah aku jatuh cinta kepada wanita ini? Dia hebat sekali, bisa menjelaskan detail kepada pacarnya, membuat Si Pangeran Kodoknya mengerti tentang tuntutan perkejaannya, walaupun Manusia Kodok itu overprotektif sekali kepada Joo.

Bahkan Jung Yong-Hwa melarang Joo mendekatiku. Sialan sekali, kan? Memangnya aku menderita kelainan seksual seperti Jongin itu?

Sebelum aku bisa merespon kalimat Seo Joo-Hyun, ada seorang pria yang memanggilku setelah dia memasuki café.

“SOOYOUNG!”

Oh. My. God.

***

Pernah melihat manusia jadi-jadian di Korea Selatan? Aku pernah. Betapa beruntungnya menurut kalian, kan?

Tapi jika kalian ada di posisiku sekarang, mungkin kalian akan langsung menjerit lari ke pelukan ibu kalian. Cup cup. Tapi aku dibesarkan dengan rasa pemberani bukan jiwa pengecut seperti kalian yang sekarang sudah menangis di bawah ketiak ibu kalian.

Aku tidak berbangga diri. Walaupun aku perempuan. Aku sudah hidup dalam dunia pertarungan dan bela diri.

Aku tidak punya kakak lelaki ataupun keluarga yang bisa bertarung. Aku belajar sendiri.

Hebat, kan?

Terakhir kali, aku melukai seseorang… hmm, saat aku berusia 18 tahun, dia seorang gangster, dengan badan penuh tato tribal, berotot, dan hot tentu saja. Dia berusaha mencabuliku ketika aku pulang dari sekolah, dan karena ilmu pengetahuanku tentang bertarung cukup banyak…aku bertarung dengannya seperti aku bergulat dengan John Cenna di ring, aku menggigit sekitar tubuhnya, menyerubuknya dengan kepala-ku dan menendang selangkangannya. Cukup keras sampai dia tidak bisa berjalan normal.

Beruntung dia tidak mandul. Kasihan istrinya nanti.

Yang paling hebat adalah : Aku tidak menjerit. Karena menjerit hanya untuk anak manja seperti kalian.

Jadi… darimanakah aku bisa mengetahuii trik-trik seperti itu?

Siapa lagi kalau bukan teman terbaikku : Televisi dan Youtube. Media yang selalu menayang pertandingan UFC, WWE, dan MMA.

Tirulah, girls. Ini berguna untuk masa depan kalian. Selamat mencoba. Gunakan kekerasan untuk kejahatan!

Oh, ya. kembali ke topic. Sampai dimana tadi kita? Oh… tentang manusa jadi-jadian, kan? Mungkin… menurut kalian manusia jadi-jadian itu sejenis dengan manusia yang bisa berubah wujud menjadi cantik atau tampan, seperti dewa-dewi Yunani Kuno, kan?

Yang kutemukan jelas beda. Bukan berkepala gajah seperti Dewa Ganesha. Tapi terlalu parah : berkepala babi warna pink, berambut gonrong yang membuat pertanyaan diotakku –apakah ada babi gonrong, terlebih lagi bewarna pirang di dunia ini?-, bertubuh manusia, dia mungkin laki-laki. Karena badannya kekar, dan tegap.

Dan akhirnya… -manusia berkelapa babi- itu ada didepan kami.

Si Babi menatapku. Aku menatap Joo yang menjerit. Dan Joo menatap Si Babi.

Tapi aku mengalihkan pandanganku kea rah Si Babi yang juga menatapku. Jadilah Si Pucat tidak dipandangi siapa-siapa. Kasihan…

“Astaga… Kyuhyun-oppa?”

Aku melongo mendengar Joo. Aku menatap Joo meminta penjelasan, tapi Si Pucat ini masih sibuk dengan pentas menganga-nya menatap Si Babi yang –katanya adalah Cho Kyuhyun-. Kasihan sekali aku tidak dihiraukan.

Sweetie? Kau baik-baik saja? Hei, lihat aku, sayang.”

Dan aku memutar kepalaku menghadap Si Babi. Aku ingin bertindak seperti pengecut dengan menjerit. Tapi yang kulakukan hanyalah diam.

Tadi aku disiram air dari kutub utara. Dan sekarang aku disiram air mendidih dari gurun pasir. Sampai tubuh-ku meleleh karena keterkejutan dan shock berat.

Ya Tuhan.

Apakah pacarku Cho Tampan Kyuhyun Super Junior sekarang sudah berubah menjadi Cho Babi Kyuhyun Super Junior?

Aku menganga tidak percaya.

Karena memang ini tidak bisa di percaya. Masa iya aku berpacaran dengan manusia Babi? Tidak elit sekali, kan?

“Ch…Cho Bajingan? Kau kah itu? Apakah kau dikutuk menjadi Babi karena Kejantananmu yang mencuat keluar atau karena membuatku kesal?”

Si Babi mendengus.

“Iya, Sweetie. Aku Cho Bajingan Kyuhyun milikmu. Selalu. Bukan Cho Babi Kyuhyun. Terserah kau mau mengataiku apa memakai bibir Cantikmu. Tapi aku sedang menyamar sekarang. Kau tidak mau kan para fansku tahu aku kesini untuk menemui Pacarku Yang Luar Biasa Seksi.”

Apakah kalian berpikir aku akan tersipu dengan gombalannya?

Tentu saja tidak. Aku berlatih bertahun-tahun agar tidak tersipu atau terpengaruh oleh rayuan-rayuan gombal busuk seperti ini.

Kyuhyun Berwujud Babi ini sama Bajingannya dengan Gangster Tribal Cabul, untung saja aku terlalu menyukainya hingga tidak menendang atau memotong kejantanannya.

Jadi sebagai balasan. Aku mendengus dan memutar bola mataku. Oiya— darimana dia tahu aku disini, ya?

“Aku melacak ponsel-mu kalau kau menatapku dengan –pandangan jelek seperti itu-. Apakah kau sudah selesai kuliah, sweetheart? Karena aku akan menculikmu dalam waktu yang lama— Oh,  Hai Seohyun.” Mungkin dia tersenyum dibalik topeng jeleknya. Tapi aku tidak peduli. Aku hanya focus pada kata ‘menculikku dengan manis’.

Kyuhyun mengulurkan tangannya kepadaku. Dan aku menerimanya dengan malu-malu. Aku tidak mengucapkan apapun saat meninggalkan Joo-ku yang malang. Karena aku sudah larut dengan kebahagiaanku dengan Pangeranku ini.

Hilang semua kekesalanku tentang bra dan celana dalam.

Yang ada hormone posistif menstruasiku yang meledak-ledak.

Ha! Dadah, Joo! Aku akan bersenang-senang dengan Pangeran Kyuhyun Berwujud Babi milikku!

***

“Kita mau kemana?” tanyaku setelah kami duduk di mobilnya. Hmm sejenis Audi R8. Mobilnya yang lain dari kemarin. Oiya, apakah aku sudah pernah bilang kalau Pacarku ini luar biasa kaya? Aku hanya tau sebagian, karena aku baru saja memasuki dunianya yang super absurd. Lihat saja ketika kami sudah satu atau dua tahun pacaran, walaupun aku memerasnya untuk dibelikan makanan, novel, baju, film bluray dan sejurusnya pasti hartanya itu tidak akan habis-habis. Percayalah.

“Kencan,” katanya singkat. Sambil tetap melihat kedepan, dia sudah melepas topeng babinya. Untung saja. karena aku tidak mau pingsan karena dia terus-terus memakai kostum penyamarannya yang tidak jelas itu.

“Apakah kita ke dorm?” Dia mendengus.

“Tidak. Tidak untuk sekarang.” Syukurlah. Karena aku sedang tidak mau bertemu dengan member Super Junior yang… yah kau tahulah.

“Kenapa?”

“Karena aku akan membawamu ke bioskop.” WOW!

“Kenapa?”

“Kita akan menonton film keren.”

“Kenapa?”

“Karena kita kencan.”

“Kenapa?”

“Apakah kau bertanya kenapa kita berkencan?”

“Kenapa?”

“Karena aku tertarik padamu.”

“Kenapa?”

“Karena kau menarik.”

“Kenapa?”

“Karena pertama kali aku bertemu denganmu, aku melihat ada lingkaran cahaya diatas kepalamu, dan bersinar begitu terang dalam siraman sinar mentari. Kau terlihat terlalu cantik, seksi, dan membuatku lemah hanya karena pandanganmu. Aku langsung berpikir, pasti aku ada di surga. Karena aku sedang menatap seorang bidadari yang membalas tatapanku.”

“Ke— Oh. Wow. Fantastis. Hebat.”

Aku kehilangan kata-kataku. Membeku dan menganga seperti idiot sambil menatapnya. Hebat, ya? Efeknya begitu mutakhir, padahal dia hanya mengucapkan kalimat gombal-gembel seperti itu.

Lalu dia tersenyum kepadaku, menatapku dengan cara yang membuatku merasa akan melebur di lantai mobil sebentar lagi.

Tiba-tiba dia Mengambil tanganku dan menciumnya begitu berperasaan, tanpa melepaskan kontak mata denganku. Cara sederhana yang memang lansung membuat paru-paruku tidak bisa bekerja lebih baik.

Oksigen. Kembalikan oksigenku Kyuhyun!

“Hey. Hey bernafas sayang.” Dan dengan kalimat simple itu aku langsung menemukan oksigenku. Sialan. Bagaimana bisa dia membuatku lupa bernafas?

“Apa yang kau lakukan?” kataku lirih. Dia menatapku bingung. Tentu saja dia bingung bodoh! Karena aku sedang meratap hanya karena dia menggoda-ku atau menggombaliku atau semcamanya tadi. Itu benar-benar berefek untukku, dan aku tidak bisa menghindarinya.

Astaga. Betapa berbahayanya Kyuhyun ini.

“Apa yang kau bicarakan, sweetheart? Sebaiknya kita turun, karena kita sudah sampai.” Sebelum dia turun, aku langsung mencegatnya terlebih dahulu.

“Tidak memakai penyamaran?”

“Tidak. Bioskop ini punya-ku, dan tadi aku mendapat informasi dari anak buahku kalau pengunjungnya akan sepi hari ini.” Nah, sudah kubilangkan, betapa kaya-nya dia? Aku sampai heran, buat apa dia berkeja kalau ternyata dia punya uang yang mungkin memenuhi bank di Rusia sana.

***

Aku tidak tahu ada berapa film yang kami tonton sampai jam depalan malam seperti ini. Untung saja dia tadi membawakan aku makanan, saat menyaksikan film tadi. Jadi aku tidak kelaparan sekarang.

Dan yang penting adalah…. Kencan ketiga berjalan sukses… FIUHH. Kami benar-benar menikmatinya. Bukan menikmati film-nya tapi menikmati kelengketan kami yang seperti diberi lem perekat, sampai tidak bisa dipisahkan. Oiya, kami tadi menonton beberapa Film  yang berjudul Patrick, The Ring, Phantoms, dan entah apalagi, tapi mereka semua berada dalam genre yang sama : Horror. Info baru bagiku, kalau Kyuhyun mempunyai keterarikan pada film jenis ini. Tapi, itu pilihan yang bagus, karena aku bisa terus berteriak ketakutan dan membuat Kyuhyun memelukku lebih kencang, padahal film-nya tidak terlalu menyeramkan. Oke, aku mengakui kalau aku saja yang terlalu berlebihan.

“Aku suka Patrick,” ujarku, ketika kami keluar dari bioskop. Lihat, kan? Daritadi kami tidak bisa berhenti untuk tidak saling melepaskan. Dia menggenggam tanganku begitu kuat, dan terlalu posesif saat kami berjalan. Aku tidak tahu kemana kita akan pergi, tapi aku ikuti saja langkah kakinya. Dia yang menjadi dominan disini.

“Kenapa?”

“Tubuhnya bagus, dan wajahnya juga tampan.”

“Dia seorang pembunuh, sweetheart.”

“Yeah, tapi aku sepertinya mengidolakannya.”

“Dia tidak berbicara sepanjang film berlangsung. Hanya meludah saja yang dia bisa, memangnya kau mau diludahi seperti itu juga?” tanyanya dengan terlalu sinis.

“Kalau dia meludahiku dengan cara lain yang lebih lembut aku juga mau,” jawabku. Ah, permainan kata-kata. Bisa mengerti maksudku Cho Kyuhyun?

Tiba-tiba dia berhenti. “Apa—“ dan sebelum aku bisa menyelesaikannya, tanpa perkiraanku… mulutnya tiba-tiba ada dibibirku. Kedua tangannya yang hangat menangkup pipiku, dengan cara yang amat intim. Aku hanya diam, tapi kakiku sedang berkhianat saat ini, mereka seperti jelly tidak sanggup menahan bobot tubuhku. Sampai akhirnya aku menyerah dalam pelukan Kyuhyun. Dia terus melumat bibirku yang tumpang tindih di bawah kekuasaan bibirnya.

Perlahan dia melepaskan ciumannya yang luar biasa panas tadi sampai aku tidak tahu kalau sekarang aku menjadi hangat karena ciumannya itu. Dia menggenggam daguku, sedangkan tangannya yang lain memeluk pinggangku, menahan massa tubuhku. Tidak menjauhkan wajahnya sama sekali,

“Apakah itu bisa dibilang dengan ‘cara lain’ meludahimu?” tanyanya dengan senyuman miring yang mampu menjungkir balikkan duniaku.

“Kau menciumku,” kataku serak, tidak percaya dengan apa yang kami lakukan tadi. Dan hebatnya aku bisa menemukan pita suaraku yang tadi hilang.

“Ya.” katanya dengan sedikit geli, seolah otakku sekarang terbelah menjadi dua.

“Itu tadi… sialan sangat intens,” kataku pelan.

“Aku bisa membuatnya lebih intens lagi, sugar.” Katanya berbisik, matanya tidak pernah meninggalkan mataku. Ya Tuhan. Terlalu. Seksi.

Aku mengigit bibir bawahku. “Aku tidak bisa merasakan kakiku,” suaraku mengecil, karena memang aku tidak bisa merasakan kakiku yang menginjak tanah. LIHAT? Efek Kyuhyun ini…

Dia melemparkan kepalanya kebelakang dan tertawa lepas. Aku tidak pernah melihat dia seperti ini. Belum pernah se-riang ini. Lalu dia kembali menatapku tapi dengan geli. “Apa aku harus menggendongmu, sweetie?”

Aku tersenyum malu, lalu mengangguk. Tiba-tiba dia melepaskan aku dan membawaku ke atas bahunya. Hal yang hanya bisa kulakukan adalah menjerit dengan bantuan tanganku yang memukul-mulul punggungnya.

“Sialan! Kyuhyun! apa yang kau lakukan!” responnya hanya terkekeh. Aku semakin menjadi-jadi di gendongannya.

“LE-PAS-KAN!” memberontak adalah pilihan yang terbaik. Kaki menendang-nendang, tanganku memukul bokongnya, dan badanku menggeliat seperti ular. Bagus. Tinggal memakai wig ular dan aku akan terlihat seperti Medusa.

Tiba-tiba Kyuhyun memukul pantatku.

Oh. Boy…

“Diam sayang. Atau aku akan membuat pantat indah ini memerah.” kalimatnya membuatku reflex terdiam. Menghindari peluang pantatku yang memerah, digantikan wajahku yang semerah darah. Sial, kenapa Kyuhyun bisa se-vulgar ini, sih?

“Bagus.” Dia bergumam puas. Tsk, tunggu saja aku mengantam wajah sok tampanmu Kyuhyun!

Aku tidak tahu bagaimana bisa orang ini berubah-berubah. Mulai dari  yang romantis, sampai yang se-brengsek yang biasa aku kenal.

Apakah dia ini Christian Grey dengan kepribadian yang beruba-ubah? Oh tidak, tidak. Dia seorang spank (pemukul pantat) sama seperti Simon.

“Senang dengan apa yang pegang, sayang?” tanyaku dengan nada menyindir.

“Sejauh ini? Ya.” aku mendengus. Dia suka sekali mengambil kesempatan dengan tangannya yang tidak tahu malu itu.

“Kau memang tidak berbakat menjadi Romeo.”

“Kalau aku menjadi Romeo… dimana letak kesenangannya?” Ya. Aku tahu. Kau memang seorang bajingan. Lalu dia menurunkan aku. Di samping sebuah kursi taman yang diatasnya ada gitar. Tunggu… Gitar?

“Kita dimana?” tanyaku.

“Danau,” jawabnya tersenyum sumringah. Aku menatap sekelilingku. Danau dengan angsa cantik diatasnya, air mancur bewarna-warni tidak kulewatkan dari pandanganku, dan banyak juga pasangan-pasangan yang berpacaran disini. Aku baru tahu kalau tempat seperti ini masih terdapat di Seoul, selain di Han River.

Kyuhyun duduk diatas bangku panjang yang langsung menghadap ke danau dan meletakkan gitar diatas pangkuannya.

“Mau main gitar?” Aku menahan pertanyaanku, darimana dia mendapakan gitar itu.

“Memangnya kau bisa?” Aku duduk di sebelahnya. Hari memang sudah malam, tapi disini ada penerangan yang cukup untuk melihat bagaimana tampannya wajah Kyuhyun ini.

Luar. Biasa. Mempesona. Rambutnya yang tadinya disisir rapi, sudah berantakan karena usapan tangannya, dua kancing teratas kemejanya sudah di lepaskan, dengan celana jins yang tergantung seksi di pinggangnya.

Oh, My. Darimana aku mendapatkan pria seperti ini?

Dia mengangkat alisnya kearahku. “Meragukanku, sugar?” aku memiringkan kepalaku kearahnya sebelum menjawab “Hmm… Ya.”

Dia menyeringai. “Kalau begitu kita akan membuktikan pendapatmu tentang bakatku yang satu ini,” katanya. “Mau memilih lagu?”

“Bagaimana kalau Nothing Like Us?” Itu salah satu lagu kesukaanku dari si Tampan JB, tapi si Kyuhyun ini langsung membuat wajah jelek tanpa tak persetujuan.

“No. No. No. Itu lagu banci, Soo.”

“Sialan. Itu lagu romantis!” kataku mencoba tersinggung. Isshi (sialan) dia memang tidak bisa menjadi Romeo dalam waktu kurang dari semenit.

“Ti-dak,” katanya keras kepala “Cari yang lain.” Aku mendengus, memilih mengalah. Mungkin saja dia memiliki dendam terdalam kepada JB karena mengalahkan ketampanannya sendiri. Ha! Kau memang kalah tampan darinya Cho Kyuhyun!

“Aku tidak tahu.” Kataku akhirnya.

“Well,” dia mengedipkan matanya kearahku. “Aku yang bernyayi dan aku juga yang bermain gitar. Kau jadi penonton saja.” Aku memutar mataku.

“Itu tidak adil!” Aku juga mau bernyanyi.

“Shhh,” dia meletakkan telunjuknya dibibirku, dan menyipitkan matanya dengan cara yang menurutnya bisa membuatku terpesona. Padahal aku ingin sekali menonjoknya. “Ini tentangmu, sayang. Aku akan menjadi lebih romantis dari Romeo.”

Dan… sebelum aku mulai menyemburkan raunganku lagi. Dia lebih dahulu memetik gitarnya.

My Angel (Bidadariku)…

How’d you get to be so fly (Bagaimana kau bisa begitu indah)

How’d you get to shine so bright, girl (Bagaimana kau bisa bersinar begitu terang)

How’d you get to look like that (Bagaimana kau bisa terlihat seindah itu)

Heaven don’t you call her back, yeah (Surga, jangan kau suruh dia kembali)

Sial. Aku menahan nafas. Dari mana dia tahu lagu romantis seperti ini? Dan suaranya, oh ya tuhan… aku bisa saja meleleh disini. Dikursi ini dalam tatapan cokelat terang Kyuhyun yang mempesona sekali.

Halo Halo. I’m not sayin’ hi (Halo Halo takkan kubilang hai)

Baby there’s a ring above your head (Kasih ada lingkaran cahaya diatas kepalamu)

And it shines so bright in the sunlight (Dan bersinar begitu terang dalam siraman sinar mentari)

In the sunlight (Dalam siraman sinar mentari)

Ayo Ayo this is like a dream (Ayo Ayo ini seperti mimpi)

Ever bit of you it makes me weak (Setiaop inci dirimu membuatku lemah)

How did I gear here, in the sunlight in the sun (Bagaimana bisa aku bisa sampai disini, dalam siraman cahaya mentari)

Ingat kejadian di mobil tadi? Sewaktu dia mengatakan kalimat gombalnya tentang aku? Ternyata, oh ternyata. Dia menyalin kalimat dari lirik lagu ini. Kenapa aku tidak sadar, sih?

I must be in heaven (Aku pasti di surga)

Cause I’m looking at an Angel (Karena aku sedang menatap seorang bidadari)

Who’s staring back at me (Yang sedang membalas tatapanku)

Her eyes so heavenly (Matanya begitu meneduhkan)

I must be in heaven (Aku pasti berada di Surga)

There’s no one on this Earth (Tak ada seorangpun di dunia ini)

That’s made this beautiful (Yang tercipta secantik ini)

I must be in Heaven (AKu pasti berada di Surga)

Dia masih terus menatapku.

Well, aku baru sadar kalau aku satu-satunya wanita yang bisa melihatnya memainkan gitar dan menyanyi sebegitu indahnya. Bahkan aku mendapatkan jackpot kalau aku ternyata kekasihnya.

Bagi kalian fans Kyuhyun disana! Kau akan sangat beruntung jika jadi aku. Dan tentunya aku tidak akan sukarela mengganti posisiku ini dengan posisi kalian yang hanya sebagai fans.

Here we are, looking at the stars (Disinilah kita, menatap bintang-bintang)

I can hear, the beating of your heart (Bisa kudengar detak jantungmu)

I could listen to this song forever (Bisa kudengarkan lagu ini untuk selamnaya)

You breeze, cruising down my coast (Kau lah hembusan angin, yang susuri pantaiku)

You’re the jam baby, I’m the toast (Kau selainya, sayang. Dan aku roti panggannya)

It’s so sweet when we’re together (Sungguh manis saat kita bersama)

And if I ruled the world I’d name an island for ya (Dan jika dunia ini kumiliki, kan kunamai sebuah pulau untukmu)

You could tell all your girls I named an island for you (Kau boleh bilang pada semua temanmu bahwa telah kunamau sebuah pulau untukmu)

Penggombal sialan yang bisa membuat duniaku jungkir balik. Dan dia adalah kekasihku. Milikku. Orang Tampan yang sudah kuklaim sebagai pusat duniaku. Cho Kyuhyun. Walaupun dia sebegitu idiotnya dengan tingkah menyebalkannya. Well, aku jatuh cinta padanya dalam waktu kurang lebih 2 hari.

Tidak terlalu cepat kah? Oh, tidak. Sama sekali tidak.

Ada pasangan yang jatuh cinta dalam pandangan pertama, dengan durasi kurang dari tiga detik. Lalu kenapa tidak dalam waktu dua hari?

Halo Halo. I’m not sayin’ hi (Halo Halo takkan kubilang hai)

There’s a ring above your head (Ada lingkaran cahaya diatas kepalamu)

And it shines so bright in the moonlight (Dan bersinar begitu terang dalam siraman sinar bulan)

In the moonlight, my angel (Dalam siraman sinar bulan, bidadariku.)

 

My Angel…

 

Dan aku mengembuskan nafasku ketika dia menyelesaikan lagunya. Dia meletakkan gitar disampingnya, mengambil tanganku dan mengecupnya berkali-kali. Oh, ya dia juga belum mengalihkan tatapannya dari mataku.

“Baiklah, Julliet. Apakah aku sudah bisa menjadi Romeo-mu?” tanyanya dengan senyuman miring. Aku berusaha keras memperjuangkan lidhaku agar tidak melilit untuk menjawab pertanyaannya.

“Ya.” kataku singkat, masih memandang terpesona padanya. Romeo-ku. Milikku. “Darimana kau mendapatkan gitar itu?”

“Ini?” dia menunjuk gitar itu dengan dagunya. “Aku sudah mempersiapkan matang-matang kencan ketiga dengan kekasihku, sayang.” Dia menyeringai. Pertanda kalau sifat Romeo-nya sudah lenyap dibawa angin.

Yah. Sialan sekali.

“Kencan selanjutnya?”

“Well,” lalu dia menyeringai kembali. “Karena aku belum berhubungan seks, sejak bertemu denganmu, dan dorongan dari kejantananku yang sudah mencuat keluar… Aku memilih tempat tidur sebagai tempat penutup. Setidaknya aku bisa menunjukkan kemampuanku yang luar biasa.” Seandainya aku tidak mencintainya begitu dalam, mungkin aku sudah menyelundukkan kepalaku layaknya banteng ke arahnya.

“Excusme, sir.” Kataku kesal. “Aku bukan jalang.”

Dia tertawa, dan membawaku dalam pelukannya. “Kau pelacur, sayangku.” Dia menatapku intens. “Pelacur pribadiku. Milikku. Julliet-ku. My Angel. Duniaku.”

Dan hanya dengan begitu bibir kami sudah bertemu, membuatku bertemu dengan duniaku yang sesungguhnya.

 

END

Well, Cuma ini yang bisa aku berikan untuk kalian. Ini mungkin gak bisa dikategorikan sebagai cerita karena gak ada konfliknya sama sekali. Mungkin di sequelnya (insyaallah) aku akan menyertakan konflik untuk Kyu-Young ini. Oke, makasih buat yang mau baca ceritaku^^ Thanks buat admin yang mau ngepost ceritaku ini. Hihi. Bye! Sampai jumpa di MIP 4th!!!



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>