Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

[series] Ex (Part 6)

$
0
0

Title: Ex (Part 6)

 

Author: dhevfiill

 

Length: Series

 

Genre: Romance

 

Rating: PG-16

 

Cast(s): Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun, Henry Lau, Kwon Yuri, Choi Siwon, Cho Ahra Kwon Jiyong, etc.

 

Disclaimer: I own nothing. Just the story-line. Plagiarsms are prohibited. Comments are allowed. .__.

 

Note: Some of terms in this story are not real. Means~ Just my imagination. .____.v

 

 

~~~

 

 

Let’s read^^

Sixth: Past and Present

 

 

~~~

 

 

Brown Restaurant. Seoul

Kyuhyun’s POV

 

Demi apapun! Aku sangat amat tidak menyangka bahwa laki-laki yang menjadi kekasih Sooyoung satu tahun belakangan adalah Henry Lau. Kalian tahu, aku bersahabat dekat dengannya. Dia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Dan aku sangat menyayanginya.

 

Oke, begini:

 

Aku tidak masalah jika memang Henry pernah menjadi kekasih Sooyoung. Tidak menyalahkan Henry, tidak pula menyalahkan Sooyoung. It’s okay. Karena memang itu hak Sooyoung dan hak Henry untuk berpacaran. Tapi menengok pada semua cerita yang disampaikan Sooyoung dan Yuri mengenai bagaimana Henry memperlakukan Sooyoung saat mereka berpacaran, entah darimana asalnya, aku punya keyakinan bahwa Henry sangat mencintai Sooyoung.

 

Seketika aku ingat sesuatu.

 

Saat pertama kali aku berjumpa kembali dengan Henry. Waktu itu…

 

oOo

 

“Eungg, begini, hyung. Aku punya kekasih di sana, dia orang Korea, tapi dia sedang ada tugas di New York. Aku berpacaran sudah lebih dari satu tahun dengannya. Orangnya cantik, tinggi, ramah, baik hati pula. Aku benar-benar mencintainya. Tapi, tiga hari yang lalu masa tugasnya habis hyung, dan dia harus kembali ke Korea. Eh, tidak taunya setelah itu aku yang mendapat tugas di Korea. Tidakkah kau berpikir bahwa aku dan dia jodoh, hyung? Buktinya Tuhan mempermudah jalan cinta kami. Iya ‘kan?”

 

oOo

 

“Well, banyak masalah yang terjadi waktu itu. Dia yang pergi ke Amerika, lalu aku yang dijodohkan. Aku harus bagaimana? Daripada aku menggantung perasaannya, yaa, lebih baik di akhiri.”

 

oOo

 

Aku kembali mengingat-ingat cerita Henry dan kekasihnya tadi. Entah kenapa aku merasa familiar.

 

Familiar dengan apa, aku juga tidak tau.

 

Yang jelas, aku seperti menemukan sebuah keterkaitan antara ceritanya dengan ceritaku.

 

oOo

 

Astaga!

 

Jelas ada Cho Kyuhyun!

 

Bahkan sangat jelas keterkaitan ceritamu dan cerita Henry! Kalian menceritakan orang yang sama!

 

Ya ampun.

 

Kenapa aku sangat tidak peka saat itu.

 

 

 

Tapi… mengingat ekspresi memuja Henry saat menceritakan Sooyoung membuat aku tambah yakin bahwasannya Henry benar-benar mencintai Sooyoung. Bagaimana ini? Aku sangat ingin kembali dengan Sooyoung, tapi rasanya aku juga tidak akan sanggup untuk meminta Henry agar melepaskan Sooyoung. Aku hafal Henry. Dia sangat sulit jatuh cinta. Lalu sekalinya dia jatuh cinta dengan gadis, aku sebagai hyung akan merebut gadisnya itu?

 

Oh. Aku jahat sekali!

 

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kembali bersatu dengan Sooyoung ternyata prosesnya jauh lebih rumit dari apa yang aku bayangkan. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling restoran. Dan agak jauh di sana, di arah jam 2, aku melihat Sooyoung baru keluar dari kamar mandi dan langsung berjalan menuju ke arahku.

 

Ya Tuhan. Aku sekarang tidak sanggup menatap Sooyoung. Dan tidak akan pernah sanggup jika aku harus kehilangannya lagi.

 

Seandainya aku tidak mengenal Henry. Maka kupikir Sooyoung akan lebih mudah untuk kembali kepadaku.

 

“Cho Kyuhyun?” Aku mendongak menatap Sooyoung yang ini sudah bersiap untuk kembali duduk didepanku.

 

“Kau lama sekali di toilet.” Aku berkata bersamaan dengannya yang sudah dalam posisi duduk sempurna.

 

“Karena aku lama, apakah sudah cukup waktumu untuk melamun?”

 

Aku memandangnya dengan tatapan bingungku. Dan dia kembali berkata,

 

“Sejak aku menjelaskan tentang Henry, kau banyak melamunnya, Kyu-ah. Wae geurrae? Apa ada sesuatu?”

 

Spontan, aku menatap Sooyoung tepat di dua bola matanya. Sesuai dengan janjiku pada Sooyoung, aku akan jadi lelaki yang lebih terbuka. Jadi, sepertinya aku harus jujur.

 

“Aku akan terus terang, Soo…”

 

“…Sebenarnya.. Henry Lau itu… adalah sahabat dekatku. Aku bahkan sudah menganggapnya adikku, karena memang kami berdua sangat dekat. Jadi sekarang, aku…”

 

Aku batal melanjutkan kalimatku ketika kulihat Sooyoung memandangku dengan wajah yang sangat terkejut. Sudah bisa diprediksi memang.

 

Aku masih bertahan pada posisiku. Memandang wajah terkejut Sooyoung. Apa ini benar-benar mengejutkannya? Setelah kulihat Sooyoung perlahan mengendurkan urat wajahnya, kuputuskan untuk bertanya,

 

“Apa keterkejutanmu tidak berlebihan, Soo?”

 

Nampak Sooyoung mengatur napasnya sesaat. Kemudian menjawab,

 

“Dunia memang sempit.”

 

Jawaban Sooyoung sukses membuat kedua alisku bertaut di atas tulang hidungku. Apa Sooyoung tidak salah menjawab? Maksudnya apa?

 

“Aku butuh penjelasan atas jawabanmu.” Aku berkata ketika Sooyoung meminum minumannya, entah apa namanya, aku tidak tahu. Dan entah apa yang akan dijelaskan oleh Sooyoung. Yang jelas, aku berharap semoga bukan lagi masalah yang akan menimpa hubunganku dengannya.

 

“Oke. Aku akan sebutkan intinya,” kata Sooyoung. “Henry sahabatmu,” Sooyoung membuka ibu jari kanannya. “Henry sahabat Yuri,” Sooyoung membuka telunjuk kanannya. “Yuri menyukai Henry,” Sooyoung membuka jari tengah tangan kanannya.

 

Setelah itu, kata Sooyoung, “Silakan kau pahami ketiga kalimat itu!”

 

Spontan otakku langsung memproses ketiga kalimat yang dikatakan Sooyoung barusan.

 

Pertama: Henry sahabatku. Ya benar. Henry sahabatku. Ok. Clear!

 

Kedua: Eungg.. apa tadi? Oh! Henry sahabat Yuri. Hah! Astaga! Benarkah? Henry juga bersahabat dengan Yuri? Dia tidak pernah bercerita!

 

Oke. Kalimat ketiga: Yuri menyukai Henry.

 

Yuri… menyukai… Henry…

 

God!

 

 

 

“Aku paham dengan semua kalimat yang kau ucapkan, Sooyoung-ah. Tapi aku tetap butuh penjelasan mengenai hubungan Yuri dengan Henry yang sebenarnya.” Kataku.

 

“Cho Kyuhyun. Dulunya, Yuri dan Henry adalah tetangga sekaligus sahabat dekat ketika mereka masih tinggal di Cina,” Ya aku tahu. Yuri pernah tinggal di Cina. “Tapi mereka berpisah ketika Henry pindah ke Korea,” Ya. Untuk pertukaran pelajar. “Tapi ternyata, selama itu, Yuri sudah memendam perasaan suka pada Henry. Aku tidak tahu seberapa besar rasa suka Yuri kepada Henry, karena aku juga baru mengetahuinya tadi pagi. Yang jelas, dari cerita Yuri, aku yang sesama wanita paham, kalau Yuri sebenarnya sangat mencintai Henry.”

 

Sooyoung menyudahi penjelasannya. Oh tidak! Dia nampak masih ingin melanjutkan.

 

“Kyuhyun-ah… kurasa, secepatnya kau harus mengatakan yang sejujurnya pada Henry. Aku tahu kau juga mempertimbangkan persahabatanmu dengannya, tapi kita juga tidak boleh egois. Karena melalaui pengamatanku, Yuri benar-benar membutuhkan Henry…”

 

“Lalu bagaimana jika kenyataannya Henry membutuhkanmu? Kau tahu aku tidak ingin jadi hyung yang jahat.”

 

Aku memandang wajah Sooyoung dengan intens. Menunggunya memberikan respon terhadap kalimatku.

 

“Itu tidak akan.”

 

“Itu akan. Dari semua ceritamu, kuyakin Henry benar-benar cinta padamu, Soo. Aku paham sifatnya, kalau kau mau tahu.”

 

“Tapi kita akan stuck seperti ini jika kau tidak segera meluruskannya dengan Henry. Kalau aku punya cukup keberanian, pasti sudah aku sendiri yang memutuskan Henry. Tapi aku tidak berani, Kyu.”

 

Sejenak aku berpikir.

 

Aku mengerti jalan pikiran Sooyoung, pada dasarnya sama dengan pemikiranku.

 

“Kau paham mauku bukan?” Tanya Sooyoung.

 

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. Kemudian menjawab,

 

“Baiklah. Secepatnya aku akan menemui Henry.”

 

“Kau butuh alamatnya?”

 

“Kurasa tidak. Cukup nomor ponselnya.”

 

Kemudian Sooyoung mengeluarkan ponselnya, dan memintaku mencatat nomor telepon Henry di ponselku.

 

“Kau pun tidak akan kesulitan menemukan alamat Henry, Kyu. Karena dia tinggal di apartemen yang sama denganku. Tetapi beda kamar. Beda lantai.”

 

 

Sedikit banyak aku kaget akan fakta yang satu itu. Oh! Salah. Mungkin harusnya ‘sedikit banyak aku cemburu’. Ya. Karena itu artinya Henry punya akses yang lebih mudah dan cepat untuk bertemu Sooyoung dari pada aku.

 

Yeah, love is nothing without jelousy.

 

Kemudian, mataku menangkap wajah Sooyoung yang kembali ceria ketika waitrees mengantarkan makanan penutup. Pacarku shikshin!

 

 

***

 

 

Jika dipikir-pikir, aku merancang pertemuan ini sebagai kencan pertama. Tapi kenapa sedari tadi aku justru berpikir keras? Tidak menikmati?

 

“Sooyoung-ah… kau sadar bahwa ini kencan pertama kita?”

 

Sooyoung menghentikan kegiatan makannya. Oho. Mempause kurasa.

 

“Aku sadar.”

 

“Lalu apa kau menikmati?”

 

“Tentu saja tidak, kau terus-terusan membahas masalah, masalah dan masalah.” Sooyoung menjawab sambil menunjuk-nunjukkan garpu ke arahku.

 

Mianhae. Setelah ini, aku akan mengajakmu ke suatu tempat.”

 

Terlihat sekali Sooyoung sangat antusias mendengar ucapanku. Bahkan sekarang dia meletakkan seluruh peralatan makannya, lalu dia mengambil lap untuk membersihkan mulutnya, kemudian berkata,

 

“Sekarang saja. Kulihat kau sudah tidak makan dan aku juga sudah selesai makan. Ayo Kyu!”

 

Aku hanya tersenyum melihat dan merasakan Sooyoung yang berdiri lalu menarik tanganku mesra.

 

Oh. Hal yang paling kurindukan.

 

 

 

.

.

.

.

.

 

 

 

 

Central Park. Seoul

Yuri’s POV

 

Seseorang yang bisa membaca pikiran mungkin akan menemui kesulitan jika ia mencoba membaca pikiranku sekarang. Alasannya cukup simpel. Pikiranku sedang tertutupi oleh makhluk Tuhan bernama Henry Lau. Jadi, jika pembaca pikiran itu membaca pikiranku, pastilah yang nampak hanya bayangan-bayangan tentang Henry. Entah itu kebiasaannya, wajahnya, senyumnya, bahkan kenangan-kenanganku bersamanya. Pasti itu yang didapat.Tidak akan ada yang lain.

 

Well, beberapa di antara kalian mungkin tidak memahami apa guna kalimat-kalimatku pada paragraf di atas. Tapi.. ya.. setidaknya kalian semua memiliki kemampuan untuk menelusuri besarnya, lebarnya, dan luasnya cintaku pada Henry.

 

Bahkan kolam dengan air mancur buatan di tengahnya tidak mampu terlihat jelas akibat bayangan Henry. Dan nampaknya aku harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Aku sinting.

 

Oke, kurasa cukup lah, kesintinganku ini. Saatnya berpikir realistis.

 

Dan saatnya sadar bahwa sekarang aku sedang berada di taman kota. Salah satu tempat yang masih menyediakan udara segar untuk kuhirup dan pemandangan hijau untuk kulihat. Meskipun hijaunya tidak terlalu kentara, karena ini malam hari, ditambah mataku terhalang kacamata hitam menyebalkan ini. Oh. Seandainya aku tidak seterkenal sekarang.

 

Ini masih dapat dibilang lumayan karena aku masih memiliki kesempatan untuk tidak memakai hoodie, masker, dan tetek-bengek lainnya. Plus, tidak perlu menyandang guard. Taman ini cukup sepi di malam hari seperti ini. Lagipula, walaupun banyak orang, kebanyakan mereka akan menaruh konsentrasi penuh pada pasangannya.

 

Hah.. pasangan..

 

Miris.

 

Selama ini, aku tidak benar-benar memperhatikan untuk mencari seorang lelaki yang nantinya dapat kusebut sebagai pasangan. Tidak sampai aku kembali bertemu dengan Henry. Seseorang yang kepadanya aku pernah menaruh cinta. Cinta monyet. Begitu kata halmeoniku.

 

Tapi sekarang aku berhasil meyakinkan diri bahwa aku sudah terlalu besar untuk merasakan cinta monyet. Artinya, cintaku―aku butuh cukup banyak waktu untuk memutuskan menggunakan kata cinta― pada Henry saat ini, bukan cinta monyet. Aku mencintainya. Sebagai cinta seorang wanita dewasa kepada lelaki dewasa.

 

Namun kembali ke awal, aku realistis. Maka dari itu, aku tidak bisa mengacuhkan kehadiran Sooyoung dan Kyuhyun. Oh. Mungkin kalian bosan. Masalah ini sudah sering sekali dibahas.

 

Satu hal yang menurutku menarik untuk dibahas adalah harapanku.

 

Harapanku, semoga perasaanku dan perasaan Henry menimbulkan persamaan dan bukan pertidaksamaan. Aku benar-benar tulus mencintainya. Dan kurasa cinta itu suci. Buktinya jika cintaku diterima oleh Henry, akan banyak pihak yang diuntungkan. Sooyoung akan lebih mudah bersama Kyuhyun―sebenarnya ini tergantung usaha mereka menghadapi Nyonya Cho― dan aku tentu saja bisa bahagia bersama Henry―tanpa tutup mata pada masalah Sooyoung tentunya―

 

Aku menghela napas panjang. Lagi-lagi ‘jika’.

 

“Kwon Yuri..”

 

Aku mendongakkan kembali kepalaku yang tadi sempat menunduk. Sebelum menyadari: aku mungkin berhalusinasi ada yang menyebut namaku.

 

Dan spontan aku menegakkan dudukku ketika merasakan ada tangan yang menepuk bahu kananku. Penculik kah?

 

Tanpa rasa ketakutan yang berarti, aku menoleh ke arah kanan. Terus.. sampai aku melihat tangan kekar di bahu kananku, kemudian kepalaku naik memandang pemilik tangan kekar itu.

 

Sinting!

 

Choi Siwon!

 

“Bisa kita bicara?”

 

Tubuhku masih kaku ketika Siwon-oppa  bertanya padaku. Tapi tidak dengan kepalaku, yang reflek naik-turun guna menjawab pertanyaannya.

 

Agak aneh sebenarnya, ketika anggukan kepalaku yang sangat kaku dibalas dengan senyum lebar oleh oppa-nya Sooyoung ini.

 

Kemudian, Siwon-oppa mengambil posisi duduk tepat di samping kananku. Aku sengaja menahan suaraku. Ingin tahu apa yang akan dibicarakannya.

 

Tapi setelah menunggu beberapa menit, Siwon-oppa tak kunjung berkata apa-apa.

 

Aku sangsi. Sebenarnya mau bicara apa orang ini?

 

 

 

***

 

 

 

KyuYoung’s side…

Author’s POV

 

Tidak banyak tempat-tempat menarik di Seoul yang dapat dikunjungi di malam hari. Dan hal itu sebenarnya cukup membingungkan Kyuhyun. Di restoran tadi, Kyuhyun sudah mengatakan pada Sooyoung bahwa mereka akan mengunjungi suatu tempat. Padahal.. Kyuhyun sendiri belum menentukan tujuannya. Yah.. setidaknya Kyuhyun cukup lurus untuk tidak membawa Sooyoung ke klub malam.

 

Jadilah sekarang mereka hanya menikmati secup hot coffee dan menikmati night view dari sungai Han. Dari dalam mobil Kyuhyun.

 

Ya.

 

Mereka hanya duduk bersebelahan di jok mobil. Tidak ada unsur romantisnya, kecuali posisi dimana kepala Sooyoung yang menyandar di bahu Kyuhyun, dan tangan keduanya yang saling bertautan. Ditambah pemandangan indah sungai Han, sebenarnya.

 

Namun setidaknya, ini sudah cukup bagi Kyuhyun maupun Sooyoung untuk mendinginkan kepala mereka, setelah tadi tegang akibat membahas masalah, masalah dan masalah.

 

“Menurutmu, selain ibuku, siapa lagi yang menentang hubungan kita?” Kyuhyun bertanya tanpa mengubah posisi.

 

Setelah itu, Sooyoung menegakkan tubuhnya, menatap Kyuhyun lurus dan berkata, “Maksudmu?”

 

Nampak Kyuhyun meluruskan punggungnya ke sandaran jok mobil. Menyiapkan apa yang ingin dikatakannya.

 

“Apa kakakmu menyukaiku?” Kyuhyun bertanya singkat.

 

Singkatnya pertanyaan Kyuhyun nyatanya mampu membuat alis Sooyoung menyatu. Tampak jelas raut ketidaksukaan di wajahnya.

 

“Kenapa kau membicarakan ini? Kukira pembahasan masalah kita berhenti sampai di restoran tadi.” Sooyoung berkata pada Kyuhyun yang pandangannya terfokus pada sungai.

 

Setelah itu, Sooyoung meraih cup kopi yang semula bertengger di dashboard. Menyeruputnya perlahan. Merilex-kan diri mungkin?

 

Beberapa saat lamanya, belum ada tanggapan dari Kyuhyun. Melihat itu, Sooyoung menghela napas panjang kemudian kembali menyandarkan kepalanya di bahu Kyuhyun. Sambil berkata, “Saranghaeyo Kyuhyun-ah.”

 

Kalimat dahsyat itu akhirnya mampu membuat Kyuhyun memandang kepala Sooyoung yang ada di bahunya. Lalu,  Kyuhyun menyusupkan salah satu tangannya untuk merangkul pinggang Sooyoung, dan menggunakan tangan lainnya untuk menggenggam tangan Sooyoung erat. Dan berkata, “Aku juga mencintaimu. Lebih dari apa yang kau bayangkan.”

 

Kalimat itu meluncur pasti dengan nada keraguan nol persen dari mulut Kyuhyun. Dilanjutkan dengan kalimat, “Mulai sekarang, aku tidak peduli siapa saja yang menentang hubungan kita. Yang aku pedulikan hanyalah: dirimu dan cara agar aku dapat hidup bersamamu.”

 

Mendengar itu, Sooyoung meluruskan kepalanya, dan sedikit mendekatkan wajahnya pada wajah Kyuhyun. Kyuhyun menatap Sooyoung dengan pandangan paling menenangkan yang ia punya. Dan pandangan itu direspon dengan senyuman tipis dari Sooyoung, yang reflek membuat bibir Kyuhyun juga melengkung ke atas, membentuk sebuah senyuman kecil.

 

Tidak jelas bagaimana proses detilnya, tapi yang pasti, jarak antara wajah Sooyoung dan wajah Kyuhyun semakin kecil. Dan semakin kecil jaraknya, Kyuhyun juga semakin memiringkan kepalanya. Hampir bisa dipastikan bahwa Sooyoung menghirup udara dari hembusan napas Kyuhyun, dan sebaliknya. Mata keduanya sudah sejak tadi menutup. Seperti dikata orang, saat satu indra ditutup, maka indra lain akan bekerja lebih baik. Mungkin itu yang ingin ditunjukkan oleh mereka. Terlihat saat jarak wajah mereka sudah sangat tipis, dan hidung mereka sudah bersentuhan, mereka justru nampak sangat menikmati momen itu. Seakan mereka betul-betul menikmati proses hirup-hembusan udara itu. Dan tanpa disadari, bibir mereka sukses bersentuhan. Tidak ada hal lain yang dilakukan melainkan hanya menempel dan sedikit menekan.

 

Meski demikian, rasanya benar-benar seperti semua masalah terselesaikan dengan ciuman itu.

 

 

 

 

***

 

 

 

Yuri’s side..

Yuri’s POV

 

Kejadian malam ini tidak sesimpel yang aku bayangkan. Kukira Siwon-oppa hanya akan mengajakku bicara di taman kota. Dan kukira ia juga hanya akan membicarakan hal-hal sepele.

 

Tapi nyatanya..

 

Sekarang aku berada di apartemen oppa-ku, Jiyong-oppa. Dan kalian tahu siapa saja yang ada di sini?

 

Terkejutkah kalian kalau aku bilang di sini ada Ahra-eonnie, Siwon-oppa dan Jiyong-oppa?

 

Tidak? Fine.

 

Kalau boleh jujur, aku sama sekali belum terbayang apa yang akan dilakukan orang-orang ini padaku. Tapi… satu-satunya clue yang kupunya adalah ‘hubungan Kyuhyun-Sooyoung’.

 

“Apa kabarmu Nona Kwon?” Ahra-eonnie yang baru datang dari dapur membawa 4 gelas jus jeruk bertanya mengenai kabarku. Ba-sa-ba-si.

 

“Baik, sebelum aku duduk di sini.” Aku menjawab bersamaan dengan Ahra-eonnie menjatuhkan tubuhnya di bagian sofa yang kosong tepat di sebelahku. Sedangkan Jiyong dan Siwon-oppa ada di sisi sofa yang lain.

 

“Hahaha. Baru kali ini ada orang yang merasa takut di tempat kakaknya sendiri.” Ahra-eonnie kembali berkelakar.

 

“Aku tidak sedang ketakutan.” Jawabku.

 

“Matamu bilang sebaliknya.” Kata Siwon-oppa yang sedang mengambil gelasnya.

 

Well, my beloved Kwon Yuri.. kami tidak akan melakukan seperti apa yang ada di pikiranmu.” Oppa-ku mengatakannya sambil menatap mataku lembut.

 

“Memangnya apa yang ada di pikiranku sekarang?” Aku membalas dengan menaikkan alisku.

 

“Apapun itu, yang jelas kau belum paham apa tujuan pertemuan ini.” Siwon-oppa berkata setelah beberapa kali meneguk jus miliknya.

 

“Kalau begitu jelaskan sekarang.” Aku berkata mantap dengan harapan mereka cepat-cepat mengatakan apa yang ingin mereka katakan.

 

Kulihat Jiyong-oppa seperti memberi kode kepada Ahra-eonnie untuk berbicara. Dan sesaat setelah itu, Ahra-eonnie berdeham. Kemudian berkata,

 

“Kau menolak perjodohan dengan adikku. Benar?”

 

Satu anggukan dariku.

 

Ahra-eonnie melanjutkan,

 

“Perlu kau ketahui, aku mendukung hubungan adikku dengan Sooyoung. Jadi secara pribadi, aku senang kau menolak perjodohan itu. Dan kedatanganku jauh-jauh dari Milan ini adalah permintaan Kyuhyun. Dia berharap aku bisa meluluhkan hati ibuku, agar ibuku merestui Sooyoung. Tapi sebelum aku melibatkan diri di dalam urusan percintaan adikku, kurasa aku harus memahami medannya. Dan kau harus beritahu aku soal itu.”

 

Aku, Siwon dan Jiyong-oppa masih dalam keadaan diam saat Ahra-eonnie menyelesaikan perkataannya. Benar bukan? Soal Kyuhyun-Sooyoung. Dan setidaknya aku cukup pintar untuk paham apa yang Ahra-eonnie sebut sebagai ‘medan’.

 

Aku percaya aku akan bercerita panjang lebar setelah ini. Jadi kuputuskan untuk meneguk jus jerukku lebih dulu.

 

And after that, keluarlah semua ceritaku tentang hubungan antara Kyuhyun, Sooyoung, Henry, dan aku.

 

Mereka dengan serius mendengarkan.

 

Tapi aku tidak yakin mereka memahami.

 

Dan ‘pertemuan’ malam itu berakhir dengan sebuah keputusan.

 

 

 

.

.

.

.

.

 

 

 

 

 

Henry’s apartement. Morning.

Kyuhyun’s POV

 

Aku berdiri di depan pintu apartemen Henry. Beberapa saat yang lalu, aku telah mengetuknya. Hanya menunggu dibukakan.

 

Ya Tuhan. Aku sangsi apa aku mampu melakukannya.

 

Cklek.

 

Pintu terbuka dan menampakkan Henry dengan kaus santainya. Aku sudah cari tahu, bahwa hari ini Henry libur dari pekerjaannya.

 

Melihat wajahku, Henry langsung memekik kegirangan.

 

Hyung!

 

Dia memelukku dan menepuk punggungku beberapa kali. Aku tersenyum. Benar-benar dongsaeng yang baik.

 

Setelah itu, ia menarik tanganku masuk.

 

Go inside, hyung! Kau beruntung. Aku baru saja selesai membuat kue. Yeah, you know lah.. hobi dan bakat terpendamku. Hehe.”

 

Ya aku tahu. Memasak.

 

“Dan kuharap kau tidak mengganti gula dengan obat pencuci perut, mochi.”

 

Tawa langsung meledak di antara kami. Suasana benar-benar begitu hangat. Tapi aku tidak tahu beberapa saat kedepan. Tetap hangat? Atau panas?

 

Henry menuntunku untuk duduk di sofa.

 

“Umm.. hyung, kau mau kopi? Teh? Jus? Cokelat panas?” Henry menawariku.

 

Oh. Sekarang aku ingin kau menawariku untuk keluar dari ruangan ini, tanpa harus melakukan itu, Henry.

 

“Kopi.” Aku menjawab singkat.

 

“Oh. Harusnya aku tidak bertanya apa yang akan diminta maniak kopi sepertimu, hyung!”

 

Henry berkata sambil berjalan menjauhiku. Menuju dapur. Sedangkan aku hanya tersenyum lebar. Sebenarnya memuaskan diri untuk tersenyum sebelum nantinya aku mungkin tidak punya kesempatan tersenyum lagi pada Henry.

 

Sementara Henry di dapur, aku merenung. Mengingat kata-kata Sooyoung tadi malam.

 

Jika Henry benar-benar menganggapmu sebagai kakaknya, aku percaya Henry akan mengerti. Walau bagaimanapun, aku dan kau lebih dulu bersama.

 

Semoga Tuhan mengabulkan doaku dan doa Sooyoung.

 

 

 

 

Hyung, darimana kau tahu tempatku tinggal?”

 

Aku dikagetkan oleh Henry yang tiba-tiba muncul dari dapur dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat dua cangkir dan satu piring bundar sedang.

 

Dengan cepat aku menguasai diriku dan menjawab,

 

“Harusnya kau paham. Hal seperti itu sangat mudah untuk orang sepertiku.”

 

Respon Henry atas jawabanku dia wakilkan dengan senyum tipis yang mencetak lesung pipinya.

 

Well well well…”

 

Aku tertawa melihatnya memutar bola mata. Konyol.

 

“Ok hyung. Meskipun aku sudah tahu, tapi setidaknya sebagai tamu yang baik, kau harus menyebutkan tujuanmu datang kemari.” Katanya sambil menyomot kue kering dari piring bundar. Semacam cookies. Dan melalui gerakan matanya, dia mengisyaratkan padaku untuk ikut mencicipi.

 

Tapi aku belum tertarik untuk mencicipi cookies itu. Yang membuatku tertarik adalah statement Henry yang menyatakan bahwa dia sudah tahu tujuanku datang kesini. Oh. Dia pasti mengira aku kesini untuk sekedar minum kopi, mengobrol. Something like that, absolutely.

 

Aku membenarkan posisi dudukku. Kurasa ini waktunya. Aku tidak mau dan tidak mampu menahan ini terlalu lama. Aku takut meledak.

 

“Eumm.. Mochi. I wanna talk you something serious. Can I?”

 

Henry mempercepat ritme kunyahannya pada cookies. Setelah ditelan,

 

“Oh, hyung. This is should be a very big problem. You are never talk me as serious as now. What’s going on?”

 

Aku sedikit mencondongkan badanku padanya. Begitupun dirinya.

 

“Tolong jangan menyela sebelum aku menyelesaikan apa yang ingin kusampaikan. Dan pahami benar-benar. Aku tidak akan mengulangi.”

 

Anggukan kepala Henry menjadi pertanda bahwa aku harus secepatnya mengatakan ini.

 

God.

 

“Aku tahu siapa pacarmu.” Kalimat pembuka dariku. Kulihat Henry hanya membuka mulutnya dan mengangkat kedua alisnya.

 

Aku kembali berbicara,

 

“Choi Sooyoung. Seorang desainer. Sekarang dia bekerja di J Fashion. Punya satu kakak laki-laki, bernama Choi Siwon. Sempat dialih tugas ke New York selama satu setengah tahun. Dan.. dia tinggal di gedung apartemen ini. Nomor 937.”

 

Ekspresi Henry kali ini sudah agak ekstrem. Rahangnya jatuh bebas.

 

Tapi dia tidak berkata apapun, dan aku melanjutkan,

 

“Kau penasaran kenapa aku tahu begitu banyak tentang kekasihmu Henry-ya?”

 

Dia mengangguk canggung.

 

Aku kembali berbicara, tidak memberi kesempatan untuknya berbicara apapun. Karena itu akan membuatku grogi.

 

“Choi Sooyoung lebih dulu menjadi kekasihku sebelum akhirnya putus, dan menjadi kekasihmu. But.. now.. we’re in relationship. Again.” Suaraku makin lama bagai ditelan bumi. Mengecil, tambah kecil. Dan sekarang aku tertunduk. Menunggu respon Henry.

 

Cukup lama. Sampai aku merasa tenggorokanku kering. Tapi membayangkan aku meraih gagang cangkir dan menyeruput kopi saja aku tidak berani. Aku benar-benar takut. Henry akan membenciku.

 

Aku masih dalam keadaan tertunduk ketika kudengar Henry berbicara,

 

 

 

“Jadi gadis yang kau ceritakan sewaktu pertama kali kita bertemu adalah Sooyoung ya hyung?”

 

Oh my.. no..

 

Kalian seharusnya mendengar langsung. Henry mengatakannya dengan intonasi datar. Biasa saja. Kalian paham dengan biasa saja yang kumaksud?

 

Meski berat, kupaksakan kepalaku untuk mendongak. Berkhayal wajah Henry dipenuhi dengan kemarahan, dan suara tadi hanya halusinasiku belaka.

 

Tapi..

 

“Apa yang kau bayangkan, hyung?” Henry kembali bertanya.

 

“Kau.. sudah tahu ini sebelumnya?” Aku tidak sadar kalimat itu diproses di bagian otak sebelah mana. Spontan.

 

“Kau orang pertama yang mengatakan hal itu padaku. Oh. Kau sangat jantan, hyung. Aku bangga punya hyung sepertimu. Terlepas dari kau membuatku kehilangan cinta pertamaku.”

 

Ini gila! Bahkan Henry mengatakannya dengan tersenyum. Hipotesisku salah besar. Big no! Henry tidak marah.

 

“Mungkin kau berpikir aku akan marah besar, menamparmu, memukulmu, dan sejenis itu. Am I right, brother?”

 

Ya. Bahkan aku telah berpikir kemungkinan yang lebih buruk dari yang kau sebutkan, Henry. Seperti dibuang ke portal makhluk ET, mungkin?

 

Listen, hyung. Bagaimana bisa aku marah pada kakak terbaikku? Bagaimana aku bisa marah kalau di otakku dipenuhi oleh segala macam kebaikan yang kau berikan padaku, dulu? Dan bagaimana aku bisa marah jika kemarahanku akan memutus persahabatan dan persaudaraan kita, hyung? And more… I can fight for my love until I find myself dead. But not with you.”

 

Rasanya paru-paruku membesar dari yang biasanya. Dan rasanya karbon dioksida yang aku hembuskan berkali-kali lipat lebih banyak dari biasanya.

 

Aku lega. Ternyata Henry tidak marah sama sekali. Meskipun aku tahu dia sangat sakit. Dia…

 

“Berhubung aku masih berstatus kekasih Sooyoung, aku yakin kau pasti akan memintaku memutuskan gadis itu, ‘kan hyung?”

 

Setelah entah berapa lama aku terdiam membisu, sekarang aku mampu menjawab pertanyaannya,

 

“Aku ragu kau akan menolak.”

 

No. Not at all. Summer is yours.”

 

 

.

.

.

.

.

 

 

 

Sooyoung’s room. Morning.

Sooyoung’s POV

 

Awalnya aku biasa saja ketika Siwon-oppa bertamu ke apartemenku. Setelah itu aku juga tidak begitu kenapa-kenapa ketika setelah Siwon-oppa, Yuri datang ke apartemenku. Dan aku benar-benar seperti disantet ketika Ahra-eonnie dan Jiyong-sajangnim juga bertamu ke aprtemenku.

 

Oke. Oke.

 

Pasti ini disengaja. Pasti.

 

Sambil membuat minuman, aku memikirkan apa yang akan terjadi di sini beberapa saat lagi. Ada Siwon-oppa, Ahra-eonnie, dan Kwon bersaudara datang ke apartemenku.

 

“Sooyoung-ah.. kau lama sekali di dapur.” Yuri cukup mengagetkanku dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Apa aku sebegitu lama?

 

“Sebenarnya apa yang kalian rencanakan Yuri-aa?”

 

Yuri tidak menjawab, diraihnya nampan berisi 5 gelas jus itu dan melenggang menuju ruang tamu sambil berkata,

 

“Kau ingin penyelesaian bukan? Cepatlah!”

 

Tanpa berpikir lagi, aku mengikuti langkah lebar Yuri ke ruang tamu. Aku senang jika ada banyak orang yang mengunjungi apartemenku. Tapi situasi sekarang akan kubuatkan pengecualian.

 

Setelah sampai di ruang tamu, aku duduk di sofa sebelah oppaku, Yuri di sofa sisi kananku bersama dengan oppanya, dan Ahra-eonnie duduk sendiri di sofa sebelah kiriku. Entah kenapa aku membayangkan jika Ahra-eonnie duduk bersama Kyuhyun.

 

Well, Sooyoung-ah. Aku tidak akan berbasa-basi. Niatku kemari adalah untuk meminta maaf. Aku tahu kau sudah cukup banyak berkorban atas kesalahanku di masa lalu. Dan aku juga minta maaf karena tidak pernah menceritakannya padamu tentang ini semua.” Siwon-oppa memulai pembicaraan ini dengan permintaan maafnya. Tanpa menuntut penjelasan, aku tahu apa yang dibicarakannya.

 

Tentang hubungannya dengan Ahra-eonnie di masa lampau.

 

“Kalau aku mungkin tidak berperan secara langsung disini Sooyoung-ah. Tapi aku juga  ingin meminta maaf atas keterlibatanku dalam hal mengirimmu ke Amerika.” Belum sempat aku menanggapi perkataan Siwon-oppa, Jiyong-sajangnim telah lebih dulu berbicara padaku.

 

Permintaan maaf juga.

 

Saat aku hendak berbicara, kulihat Ahra-eonnie memajukan tubuh. Katanya,

 

“Kurasa cukup sesi permintaan maaf ini. Hal yang terpenting, kami semua disini akan membantumu dan Kyuhyun. Aku sudah memikirkan dan merencanakannya matang-matang. Lusa, kau makan malam di rumahku.”

 

Aku tidak lamban. Mendengar ‘makan malam di rumahku’, aku langsung paham apa yang akan terjadi. Rencana Ahra-eonnie bukan rencana main-main. Dia ingin aku bertemu Nyonya Cho.

 

 

 

Ya Tuhan.

 

 

 

Aku ingin menghilang.

 

 

 

 

 

TBC

 

 

 

 

Annyeong readers^^

Mianhae part ini lama keluar-.- Aku salah perhitungan, sampe2 jadwal nulis aku bentrok sama UAS. Aku bner2 minta maaf readers-.-

Tapi smg 17 halaman Ms Word ini bisa bikin readers puas ya._.

Dan untuk kedepannya, aku ga janji bisa update part 7 dlm tempo dket.

Tapi mudah2an bisa, dan mudah2an masih ada yang berkenan mbaca._.

Oh ya.. brhbung ini 17 hlmn, aku jg mw mnta maaf kalo2 ad typo yg klewatan pas part ini aku edit..

Finally.. comment please, readers.. dan krn critanya panjang, komennya harus pnjang jg ya readers.. hahhaha #modus

Aaaaaannnnnndddddd…. after this………………

 

NEXT–> 7TH:  [PRA-FINAL] IT WILL END?



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>