Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Beloved Moment Chapter 5

$
0
0

 

Annyeonghaseyooo

                Saya post ini ga ada jarak seminggu nih hehe. Jadi  buat yang komen dichapter 4 kenapa lebih banyak Yeyulnya saya akan jawab disini. Ff ini memang main castnya Kyuyoung namun masih ada cast couple lain dan setiap cast punya cerita dan porsinya masing masing dalam cerita ini, ada saatnya saya menonjolkan cerita couple lain. sangat sangat terimakasih untuk semua komen dar part 1 sampai part 4 kemarin. maaf kalo saya tidak pernah membalas komen kalian dikarenakan masalah koneksi. maaf ya chingudeul:( tapi mulai sekarag saya usahakan akan membalas. terimakasih banyak chingudeul :D

Okay! Gidaehaedo joha,Let’s Go!

Title : Beloved Moment / Chapter 5

Main Pair : Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun

Other Cast : YulSung, SiFany, YoonHae, and other

Rated : 17+agak-agak ke 21+

Warning : OoC, typo bertebaran dimana-mana -terlihat maupun tersembunyi-, umur tidak sesuai, tema umum

Disclaimer : Cast milik dirinya sendiri (namun masih tanggung jawab orang tua dan dibawah naungan Tuhan), Super Junior dan SNSD teken kontrak sama SM Entertainment. Saya hanya pinjam nama dan karakter. Ff ini di post oleh  Chovenna  atas persetujuan dari penulisnya  Babykim.  Gomawo ^^ follow my twitter @Chovenna

Happy Reading ^^

.                                                                                                      

.

“Yuri!”

Greb!

“Beb!”

Bruk!

“Ya Tuhan!”

Sooyoung berlutut. Kejadian itu nyata didepan matanya. Tangisan yeoja itu meledak. Degupan jantungnya tak terkendali lagi.

“Sooyoung…”

“Kyu… Kyu…” Tangan Sooyoung terangkat berusaha menggapai Kyuhyun yang mendekatinya.

Namja berkulit putih itu duduk disamping Sooyoung dan memeluknya erat. “Dia tidak apa-apa.”

Sooyoung mengangkat wajahnya yang terbenam didada Kyuhyun. Beberapa meter dari mereka, Yesung terduduk sambil memeluk erat Yuri didadanya. Sooyoung bisa mendengar lirihan namja itu yang memanggil Tuhan berkali-kali. Sooyoung kembali memeluk Kyuhyun. Dadanya lega luar biasa.

“Syukurlah Yesung hyung tepat waktu.” Suara Siwon yang diiringi desahan nafas keras terdengar dari balik punggung Kyuhyun. 4 orang lainnya yang sedari tadi didepan pintu atap mengelus dada mereka berkali-kali. Yoona bahkan harus duduk dilantai atap karena lututnya yang lemas.

Saat Yuri berjongkok dan membenamkan kepalanya, Yesung bangkit dari berlututnya dan berjalan cepat menghampiri Yuri lalu menariknya turun. Beberapa detik saja terlambat, Yesung yakin, dirinya pun akan bunuh diri juga.

“Jangan begini…”

“Oppa…”

Tak sedikitpun Yesung melonggarkan pelukannya. Namja itu berkali-kali menghirup nafas lega. Kekasih dan bayinya, kini aman berada didalam dekapannya.

“Hiks… Oppa…” Tak ubahnya Yesung, Yuri pun mengatur nafas. Percobaan bunuh diri -yang untungnya gagal- cukup membuatnya shock. Dicengkeramnya erat pinggang Yesung. Entah bisikan darimana yang mampu membuat Yuri mengambil jalan keluar seperti ini.

“oppa mencintaimu. Benar-benar mencintaimu.”

“Hiks… Maafkan aku oppa.”

“Hyung.”

Yesung menoleh. Donghae sudah berdiri dibelakang Yuri dan tersenyum kecil. “Kita masuk saja. Ini sudah sangat malam. Dingin.”

Yesung mengangguk. Perlahan dia menggendong Yuri yang masih terisak dan shock. “Oppa tidak akan membiarkanmu sendiri.”

Yuri mengangguk.

Yesung berjalan memasuki asrama diikuti 6 orang dibelakangnya. Tak ada yang berbicara. Siwon yang berjalan paling belakang menutup pintu atap.

“Huek…”

Baru setengah jalan menuruni tangga menuju lantai 4, Yuri mengeliat dalam gendongan Yesung. Tangan kecilnya menutupi mulut. Sooyoung yang berjalan dibelakang Yesung menatap Yuri cemas.

“Huek…” Dorongan ingin muntah itu semakin besar, semakin membuat Yuri bergerak makin liar. Berusaha bebas dari gendongan Yesung dan berlari menuju kamar mandi.

Yesung yang tak siap karena badan Yuri yang terus bergerak liar digendongannya tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Dengan tubuhnya yang sudah condong kedepan, namja itu melepas salah satu tangannya dari tubuh Yuri dan berpegangan pada sisi tangga. Namun sayang, Yuri yang bertumpu pada bagian depan tubuh Yesung justru membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan pegangan.

Bruk!

“Yuri!”

Seperti déjà vu. Namun kini tanpa Yesung yang menarik Yuri. Yeoja itu sempat terguling ditangga sebelum akhirnya tubuhnya itu mendarat dilantai yang dingin.

.

.

“Anda keluarganya?”

Yesung mengangguk menjawab pertanyaan dari seorang namja berumur 50 tahunan berpakaian serba putih. Terlihat kelelahan diwajah tua itu. Saat jam menunjukkan pukul setengah 3 pagi, dia harus berusaha mengerahkan tenaga ekstra keras menghadapi pasien seorang wanita muda yang kini terbaring lemah diruang UGD.

“Bisa ikut saya?”

Yesung kembali mengangguk. Berjalan lunglai mengikuti namja yang berpredikat dokter tersebut menuju salah satu ruang diantara koridor panjang rumah sakit.

“Apa Yuri akan baik-baik saja?” Sooyoung bergumam sendiri seraya meremas kedua tangannya didepan ruang UGD.

Kyuhyun yang duduk disamping yeoja itu membelai bahu Sooyoung “Berdoalah Soo.”

“Dimana Siwon dan Tiffany?” suara Yoona terdengar serak. Akhirnya dia berbicara juga setelah hanya duduk terdiam disisi lain bangku tunggu itu. Menunggu dengan penuh harapan akan keselamatan Yuri dan bayinya didalam ruang yang dimasukinya 30 menit yang lalu.

Donghae yang duduk disebelahnya menoleh. Menarik nafas panjang sebelum mengeluarkan suaranya. Berusaha terdengar tenang. “Siwon tadi menemui kepala asrama dan memberitahukan yang terjadi. Dia tidak mau kejadian ini terdengar oleh murid lain dan membuat heboh.”

Yoona mengangguk. Membenarkan langkah tepat yang diambil Siwon.

“Mungkin sebentar lagi dia dan Tiffany akan kemari.” Donghae membelai rambut Yoona

.

.

Sooyoung hanya bisa menatap sendu pada tubuh Yuri yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Walapun dia terlihat tidur, namun Sooyoung yakin, ada banyak pergulatan pada tubuh yang matanya tertutup itu. Beberapa kali Yuri sempat melenguh dalam tidurnya. Dengan sigap Yesung yang duduk disisi ranjang Yuri akan membelai lembut kepala kekasihnya. Berharap dengan sentuhan lembutnya, yeojanya akan terlelap kembali.

Sooyoung melirik jam dinding yang menempel didinding kamar pasien rumah sakit itu. Setengah 5 pagi. Yeoja itu mengedarkan pandangannya. Donghae dan Yoona sedang tertidur disofa panjang bersama Siwon dan Tiffany. Didepan sofa yang Sooyoung duduki, Kyuhyun terlihat memejamkan mata dan mendekap kedua lengannya didada.

Sooyoung memeluk lengannya sendiri. Piyama tidur yang dipakainya tak tebal. Tak ada selimut ataupun pakaian memadai yang bisa dipakainya untuk mengusir dinginnya udara pagi. Mereka semua terburu-buru kerumah sakit mengantarkan Yuri.

Cklek!

Sooyoung menoleh kearah pintu. Tiga orang dewasa memasuki ruangan dengan wajah cemas.

“Yesung, bagaimana keadaannya?”

Wanita tua yang baru saja masuk bertanya pada Yesung. Tangannya membelai pucuk kepala Yuri.

Yesung tak menjawab. Namun ekspresi sedih terlihat diwajahnya.

Wanita tua itu menangis. Seorang pria tua memeluknya dan mengucapkan beberapa kata menenangkan. Sedangkan salah satu pria tua lainnya berjalan kearah Yesung dan menepuk kepala namja itu pelan.

Sooyoung yang merasa bahwa dirinya akan menjadi pengganggu moment itu berinisiatif keluar dari kamar. Sempat saling menatap dengan Yesung sebelum akhirnya namja itu mengangguk dan Sooyoung menutup pelan pintu kamar Yuri.

“Haaahh…”

Sooyoung mendudukkan tubuhnya yang lesu dibangku taman rumah sakit itu. Tangannya terangkat untuk memijat tengkuk. Digerakkannya kepalanya kekanan dan kiri. Berharap dengan sedikit gerakan pemanasan itu bisa mengusir ketegangan yang menginap ditubuhnya sejak semalam.

Cahaya matahari samar-samar mulai terlihat. Meski tak banyak, Sooyoung berusaha agar cahaya panasnya dapat menghangatkan tubuhnya yang mendingin.

“Kau disini?”

Segelas coklat hangat dengan asapnya yang mengepul berada tepat didepan wajah Sooyoung. Sooyoung mendongak. Matanya mendapati Kyuhyun yang kini mengambil tempat duduk disisinya.

Sooyoung mengangguk. Diambilnya coklat hangat pemberian Kyuhyun. Dengan perlahan, disesapnya coklat lezat itu. Membuat tubuhnya sedikit merasa hangat.

“Tadi itu siapa?” Sooyoung mengalihkan pandangannya pada Kyuhyun. Namja yang hanya memakai celana pendek dan kaos coklat itu masih terpejam. Sooyoung mengambil gelas lain yang ada ditangan Kyuhyun. Takut jika tiba-tiba pegangan namja itu terlepas dan coklat panas membasahi tangannya.

“Kyu?”

“Hah?” Mata itu terbuka. Memperlihatkan ekspresi kaget dari pemiliknya. “Eh, coklatku?”

“Ini.” Sooyoung mengembalikan gelas berisi coklat hangat milik Kyuhyun. “Tadi itu siapa?”

Kyuhyun menguap. “Siapa?”

“Yang baru masuk kedalam kamar.”

Kyuhyun menggeliatkan badannya sebentar dan menyesap coklat hangatnya. “Oh. Tadi itu orangtua Yuri noona dan ayahnya Yesung hyung.”

Sooyoung mengangguk paham. Mereka kembali terdiam. Kyuhyun merasa matanya makin berat. Direbahkannya kepalanya pada sandaran kursi.

“Kalau kau mengantuk, kenapa minum coklat? Kenapa tidak kopi saja?” Sooyoung memandangi gelas coklatnya.

Kyuhyun kembali menguap. “Kita kurang tidur malam ini. Terutama kau. Kalau kau minum kopi, kau tidak akan tidur seharian ini. Bisa-bisa tubuhmu drop.”

Tak ada lagi pembicaraan. Hanya suara cicitan burung pagi yang menyambut matahari.

“Yuri…”

“Hm?” Kyuhyun mendengung seraya menatap Sooyoung yang menatap tanah dibawah kakinya.

“Apa dia kan tahu?”

.

.

“Kenapa kau bisa berbuat seperti itu Yesung?”

Yesung menunduk. Tak ada niat sedikitpun untuk mengeluarkan suaranya. Sejak semalam, Yesung memang tetap tak banyak bicara. Namun kini dia sudah cukup memiliki kemajuan dalam mengekspresikan wajahnya.

“Maafkan anakku.” Pria tua yang memakai sweater biru membungkukkan badannya serendah mungkin. Ayah Yesung.

“Sajangnim, jangan seperti ini.” Pria tua lainnya memegang bahu ayah Yesung dan menegakkan badannya. “Bukan maksud saya memarahi anak anda.”

Ayah Yesung menunduk. “Tapi ini memang salah Yesung.”

Tiga namja itu terdiam. Tak ada yang bersedia bicara hingga wajah Donghae muncul dari balik pintu kamar. “Yuri sudah sadar, Paman.”

Yesung memasuki kamar pasien dengan hati yang berdebar. Langkah cepatnya menuju Yuri yang setengah berbaring diranjangnya.

“Oppa.”

Ingin rasanya Yesung menangis mendengar suara Yuri yang begitu manja. Kedua lengan Yuri terangkat. Meminta Yesung untuk memeluknya.

Sedikit menunduk, Yesung membalas uluran tangan kekasihnya.

“Oppa, kenapa kau tak ada saat aku sadar?” Yuri melepas pelukan Yesung dan mempoutkan bibirnya.

Yesung tersenyum tipis. “Aku ada diluar kamarmu.”

Yuri kembali memeluk Yesung. “Oppa, bagaimana keadaan bayiku?”

.

.

“Yesung hyung akan memberitahukannya. Dia tak akan tega menyembunyikan kenyataannya pada Yuri noona.” Kyuhyun kembali meminum coklatnya.

“Aku takut Yuri tak akan bisa menerima apa yang terjadi,” ucap Sooyoung.

Kyuhyun tersenyum kecil. “Untuk itulah Yuri noona tidak mau kau meninggalkan dia. Supaya kau bisa menenangkannya.”

Sooyoung mengangguk. “Aku masih bisa mengingat wajah Yesung saat dia memberitahukannya pada kita tadi.”

Kyuhyun tak menjawab.

“Dia benar-benar terlihat sangat sedih.”

“Tentu saja. Mereka kehilangan anak pertama mereka.”

Sooyoung hampir menitikkan air matanya. “Ya.”

Masih bisa diingatnya, setelah menemui dokter, Yesung berjalan lesu menuju mereka yang masih menunggu didepan ruang UGD dan menjelaskan keadaan Yuri. Sooyoung bergidik. Tak bisa membayangkan seandainya itu terjadi pada dirinya.

“Doakan saja semoga Yuri noona bisa menerimanya.”

.

.

“Oppa bohong kan?”

Yesung tak bisa menahan air matanya saat manik coklat milik kekasihnya menatap matanya dalam. Masih terngiang ucapan dokter yang begitu menyakitkan hatinya.

“Nn. Kwon keguguran. Benturan keras saat dia terjatuh dari tangga menyebabkan pendarahan. Selain itu, pikirannya tertekan. Dia mengalami stress ringan. Namun walaupun ringan, itu sangat berpengaruh pada usia kandungannya yang masih rentan. Sangat muda. Saya harap, anda bisa membantu Nn. Kwon melewati masa penyembuhan. Ini pasti sulit untuk wanita semuda dia. Saat ini perawat sedang membersihkan rahimnya. Selain keguguran dan shock, tidak ada yang terluka ditubuh Nn. Kim.”

“Oppa bohong kan?” desak Yuri lagi.

Tanpa perlu menjawab, Yesung segera mendekap kekasihnya erat. Hatinya teriris pedih mendengar tangisan sedih dari dekapan eratnya.

.

.

“Kau baik-baik saja?”

Dengan cepat Sooyoung menghapus air mata yang mengalir pelan dipipinya kemudian menoleh. Tiffany tersenyum kecil kearahnya. Setelah membalas sapaan Tiffany, Sooyoung kembali menghadap lapangan basket. Ada Siwon disana, Kyuhyun, juga Donghae. Cuaca panas tak membuat semangat namja-namja itu surut untuk menunjukkan kebolehannya memainkan bola berwarna orange itu. Tiffany mendudukkan tubuhnya disisi Sooyoung dan ikut memperhatikan namjanya dari pinggir lapangan.

“Dimana Yoona?”

“Dirumah sakit. Kau mau kesana Sooyoungie?”

Sooyoung tersenyum kecil. “Mungkin nanti sepulang sekolah. Kau sendiri?”

“Aku tidak bisa. Ada yang harus kuurus bersama Siwon. Mungkin kami akan kesana setelah urusan kami selesai.”

Dua pasang mata itu masih saja memperhatikan tiga namja dilapangan basket. Mereka tak lagi berlari-lari mendribble bola. Melainkan sedang duduk kelelahan ditengah lapangan. Siwon sempat tersenyum dan melambaikan tangannya pada Tiffany.

“Mereka terlihat baik-baik saja ya?”

“Siapa?”

“Tiga orang itu.”

Tiffany tersenyum. “Tidak juga. Mereka hanya tak mau menampakkan kesedihannya. Kau tahu, mereka namja.”

“Ya. Kau benar.”

“Kau masih saja menangis?”

“Eh?” Sooyoung menoleh cepat kearah Tiffany. “Tidak.”

Tiffany tersenyum kecil. Tangannya terangkat menuju pipi Sooyoung. Menyeka air mata yang baru saja turun dari mata foxynya. “Padahal kau baru saja mengenal Yuri. Tapi kau sudah sesimpati ini padanya.”

Sooyoung menunduk malu. Dia tak menyangka air matanya akan turun tanpa sepengetahuannya. “Entahlah. Benar katamu. Padahal kami baru saja saling kenal. Denganmu juga.”

Senyum tak lepas dari bibir Tiffany. “Berarti kau orang baik Sooyoungie.”

“Huh?”

Tiffany menoleh. Mendapati manik Sooyoung yang menatapnya bingung. “Kau orang baik.”

Sooyoung tertawa canggung. “Kenapa kau bisa berkata seperti itu?”

Tiffany mengambil tangan Sooyoung. Genggaman hangat dari seorang sahabat. “Hatimu sensitive. Dari seseorang, aku pernah mendengar. Jika seseorang menangis hanya karena mendengar sesuatu yang sedih padahal itu tidak menyangkut dirinya, bisa dipastikan dia adalah orang yang baik. Dia orang yang sensitive. Mau bersedih untuk orang lain. Tak menutup kemungkinan dia akan membantu orang yang kesedihan itu.”

Sooyoung menggigit bibir bawahnya. Terharu mendengar apa yang baru saja Tiffany sampaikan. Jujur. Dia memang tak tahu kenapa dia bisa sesedih ini karena Yuri.

“Aku yang sudah lama bersama Yuri saja bisa menahan kesedihan. Bukan hanya aku. Seperti yang aku bilang, mereka juga,” tunjuk Tiffany pada tiga namja yang sedang berjalan kearah mereka.

Sooyoung mengangguk dan tersenyum kecil. “Aku menambah beban kalian saja ya. Walaupun aku sedih, seharusnya aku tetap kuat. Supaya Yuri bisa kuat juga.”

Tiffany tersenyum. “Ya.”

“Hey ladies,” sapa Siwon hangat.

“Hai,” balas Tiffany.

Sooyoung tersenyum. “Hm.”

Donghae mengelus perutnya yang dilapisi kaos putih yang basah karena keringat. Kemeja seragamnya hanya disampirkan kebahu. “Ah, lelahnya. Kalian sudah makan?”

.

.

Sofa santai dilantai 2 gedung asrama itu memang dirancang untuk bersantai. Ada yang menggunakannya untuk belajar, mengobrol, atau bahkan hanya duduk berdiam. Seperti sore ini. Sofa beraneka warna yang banyak diletakkan disepanjang lorong terlihat ramai berisikan penghuni asrama.

“Itu punyaku!”

“Aku yang memberikannya padamu fany!”

“Lalu apa? Kau memintanya kembali? Namja macam apa kau? Meminta apa yang sudah diberikan. Tidakkah itu salah, huh, wonnie?”

“Aku meminjam. Bukan memintanya kembali!”

“Apakah definisi meminjam dalam kamus seorang Choi Siwon adalah tidak mengembalikan barang orang setelah berminggu-minggu ditanganmu?”

Siwon diam. Matanya mendelik tajam pada Tiffany yang duduk disampingnya. Dibalas dengan tatapan tajam milik kekasihnya.

“Haaahhh…”

Plak!

Cup!

“Eh?”

“Hahahahahaha.” Kyuhyun memegang perutnya seraya tertawa keras. Namja itu tadinya mendesah keras mendengar pertengkaran kecil Siwon dan Tiffany yang seperti anak kecil. Padahal hanya memperebutkan sebuah pena berdesign unik berwarna hitam. Saking kesalnya, dengan keras Kyuhyun menempeleng belakang kepala Siwon. Membuat wajah namja itu terdorong kedepan dan bibir tipisnya menabrak bibir Tiffany yang ada didepannya. Sooyoung yang duduk bersama mereka disofa santai tentu saja kaget melihat adegan kisseu dadakan itu.

Tiffany langsung memundurkan tubuhnya dan menoyor wajah Siwon. Membuat Kyuhyun tertawa makin keras. Tiffany mendelik kesal pada Kyuhyun yang duduk berhadapan dengannya disofa yang juga diduduki Sooyoung. “Tidak lucu Kyu!”

Namun Kyuhyun masih saja tertawa. Tak memperdulikan Tiffany yang sudah hampir meledak melihat kejahilannya. Hingga akhirnya Sooyoung menyumpal mulut Kyuhyun dengan bantal sofa. “Suara tertawamu itu menyebalkan tahu!”

Gantian Siwon dan Tiffany yang tertawa keras.

Sooyoung tersenyum kecil. Setelah beberapa hari sejak kejadian Yuri, baru kali ini dia melihat teman-temannya tertawa seriang ini. Memang mereka menyembunyikan kekhawatirannya pada Yuri yang masih dirawat dirumah sakit. Namun selama itu pula mereka menunjukkan keceriaan dan senyuman palsu pada orang-orang disekitar mereka.

Seorang yeoja berambut pirang berjalan cepat hendak melewati mereka. Wajahnya tertekuk kesal dan beberapa kali gerutuannya terdengar jelas.

Siwon menghapus air matanya yang sempat menetes karena terlalu banyak tertawa. Melihat yeoja berambut pirang itu, tangannya terangkat dan menyapa. “Hai Baby Vic!”

Kyuhyun yang mendengar sapaan Siwon tersenyum lebar pada yeoja cantik itu. “Mana Prince Thailandmu?”

“Sudah mati!” Yeoja yang dipanggil Baby Vic itu berjalan begitu saja melewati meja mereka. Membuat kedua namja itu sempat terbengong sebelum akhirnya tertawa kembali.

Sooyoung menatap bingung pada kedua namja yang tertawa tak kenal tempat itu. Bukan apa-apa. Walaupun diasrama, kau tetap harus menjaga tingkah lakumu dengan tidak tertawa keras dan menganggu orang lain kan? Lagipula, apa yang lucu hingga mereka tertawa sekencang itu? Tiffany pun bahkan ikut tertawa walaupun suaranya tidak semenggelegar Siwon dan Kyuhyun. Membuat Sooyoung memandang Tiffany dengan tatapan heran.

Tiffany yang merasa sedang diperhatikan menoleh pada Sooyoung. “Kenapa?”

“Apa yang begitu lucu?”

Tiffany terkekeh. “Yeoja tadi.”

Sooyoung melipat kedua lengannya didada. “Nugu?”

Tiffany menyomot sepotong cookies yang memang disediakan ditiap-tiap meja untuk cemilan. “Namanya Victoria.”

“Kau tidak cemburu Siwon memanggilnya seperti tadi?” tanya Sooyoung heran. Namjachingumu memanggil panggilan yang sedekat itu pada seseorang, tidakkah kau curiga?

Tiffany menggeleng. “Dia sepupu Siwon.”

“Eh?” Sooyoung kaget. Lalu memberikan cengirannya pada Tiffany. Malu karena sudah bertanya yang aneh-aneh.

“Hai!”

Kim Jungmo sudah berdiri sambil berkacak pinggang didepan meja mereka. “Hai Sooyoung!”

“Hai!” balas Sooyoung dengan senyuman dibibirnya.

“Mau apa kau kesini?” Kyuhyun mendengus. Entah kenapa, rasanya kesal melihat yeoja yang duduk disebelahnya itu tersenyum begitu manis pada Jungmo.

Pletak!

“Aww…!”

“Apa-apaan kau ini?” Jungmo mengelus kepalan tangannya yang baru saja mendarat dikepala Kyuhyun. “Memangnya aku tidak boleh kemari?”

“Kami tidak memanggil pengamen!”

Pletak!

Jitakan kedua.

“Sakit Jungmo!”

“Panggil aku hyung,” ucap Jungmo kalem lalu memaksakan tubuhnya duduk diantara Kyuhyun dan Sooyoung kemudian merangkul bahu keduanya. Sooyoung terkekeh geli. Classmatenya ini memang selalu ceria dimana saja. Sedangkan Kyuhyun makin terlihat kesal.

Siwon tertawa sebelum menyapa Jungmo. “Ada apa?”

“Ah ya. Malam ini party ne? Besok kan hari minggu,” ajak Jungmo.

“Party?” tanya Sooyoung heran. Diasrama? Party? Bolehkah?

“Dimana?” tanya Tiffany. Sooyoung memandang Tiffany bingung. Kekasih Choi Siwon itu bertanya dnegan santainya seolah-olah party sudah sering diadakan disini.

“Diaula lantai 1. Aku sudah minta ijin pada kepala asrama,” jelas Jungmo. Namja itu mengambil beberapa potong cookies dan menjejalkannya pada mulut Kyuhyun yang masih menatapnya dengan pandangan tajam. “Anak kecil ini.”

“Aku bukan anak kecil Jungmo,” balas Kyuhyun.

“Ada apa sih dengan anak ini? Menatapku seperti ingin membunuh saja,” ucap Jungmo heran seraya menatap Sooyoung dan melepas rangkulan tangan pada keduanya. Sooyoung hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu.

Tiffany terkekeh geli. “Pindah tempat duduk saja, Jungmo-ah.”

Jungmo menurut dan bangkit. Mendorong Kyuhyun dan duduk disampingnya. Mengapit Kyuhyun diatara dirinya dan Sooyoung. “Seperti ini?”

Tiffany dan Siwon mengangguk serempak seraya memandang Kyuhyun jahil. “Ya, seperti itu.”

Kyuhyun tersenyum lebar kini. “Party diaula, Jungmo hyung? Jam berapa?”

Jungmo memandang Kyuhyun ngeri. Dia memiringkan badannya dan menatap Sooyoung yang masih memasang wajah bingung. “Sooyoung-ah, Kyuhyun menyukaimu?”

“Hyung!”

“Hahahahaha.” Tawa Siwon dan Tiffany pecah seketika. Disusul Jungmo yang langsung mendapat pitingan oleh Kyuhyun dilehernya. Membuat namja tengil itu semakin keras tertawa.

Sooyoung makin bingung. Apa yang baru saja Jungmo katakan? Kyuhyun menyukainya? Sooyoung menatap Kyuhyun horror. Namja ini?

“Tidak,” sahut Sooyoung tegas. Dia berusaha menenangkan diri dengan mengunyah cookies coklat didepannya.

Kyuhyun melepas pitingannya dileher Jungmo dan memandang Sooyoung, “kau tidak menyukaiku?”

Hampir saja Sooyoung tersedak. Apa-apaan sih pertanyaan Kyuhyun itu? “Tidak. Kau gila.”

Kyuhyun merengut kesal. “Aku tidak gila. Yang gila itu Jungmo hyung.”

“Sudahlah.” Tiffany menengahi. “Lalu, jam berapa partynya mulai?”

“Sesudah makan malam,” jawab Jungmo masih dengan cengiran jahil diwajahnya.

“Apa boleh mengadakan party diasrama?” tanya Sooyoung yang masih penasaran.

Siwon mengangguk. “Tentu saja. Kita juga butuh hiburan Sooyoung-ah. Karena itu kepala asrama memperbolehkannya. Namun tidak boleh terlalu sering mengadakannya. Selain itu, tidak semua ajuan pengadaan party diterima. Harus ada alasan jelas kenapa kau mengadakan sebuah party diasrama. Dan kau harus memperbolehkan seluruh penghuni mendatangi partymu. Asrama hanya menyediakan tempat. Makanan, dekorasi, serta pembersihan ruang setelah party menjadi tanggung jawab pembuat party.”

“Karena itu tidak semua orang sering mengadakan party. Biayanya sangat besar,” lanjut Tiffany.

Sooyoung mengangguk paham. Dengan penghuni asrama yang mencapai 300 orang lebih, apa sanggup kau membiayai sebuah party? Beruntung aula asrama mereka memang sangat besar sehingga sanggup menampung orang sebanyak itu.

“Nah, hyung. Kenapa kau mengadakan party?” tanya Kyuhyun.

Jungmo menepuk-nepuk pahanya sebentar. “Ayahku baru saja menyelesaikan tendernya dengan perusahaan ayah Siwon. Aku mendapat bagian karena sempat membantu menyelesaikan design gedung tender itu. Selain itu, kalian kan tahu aku baru saja mendapat penghargaan sebagai salah satu pengusaha muda tahun ini. Hehe,” cengir Jungmo.

“Wah, kau hebat !” Kyuhyun menepuk bahu Jungmo bangga. “Aku saja masih belum mampu ikut bagian dalam tender.”

Jungmo mengelus tengkuknya malu. “Tidak juga Kyu. Aku hanya coba-coba merancang bangunan. Ternyata ayahku suka dan memakai designku untuk tendernya.”

Siwon pun tersenyum. Senang melihat teman kecilnya itu sudah sukses. “Aku tak menyangka idemu mendirikan kantor arsitek itu sukses, Jungmo-ah.”

“Kau harus menyusul Siwon!” balas Jungmo.

Sooyoung tersenyum tak percaya. Namja tengil classmatenya ini ternyata seseorang yang sudah memulai membangun usaha sejak dini. “Kau sudah lama ikut ambil bagian dalam tender seperti ini Jungmo-ah?”

Jungmo mengangguk. “Sejak kecil aku suka menggambar. Kebetulan ayahku juga arsitek. Aku sering ikut tender sejak SMP.”

Sooyoung tak bisa menyembunyikan keterkejutanya. “Whoa…”

“Lalu kau,” Jungmo merangkul Kyuhyun kembali. “Dan kau,” tunjuknya pada Siwon, “kapan kalian akan seperti aku?”

“Sepertinya mereka lebih lambat darimu, Jungmo-ah,” cibir Tiffany.

Kyuhyun mengangguk. “Aku masih harus banyak belajar. Haaaahhh… paman Im selalu merecokiku dengan berkas perusahaan jika aku pulang kerumah. Kadang aku muak.”

Jungmo menepuk bahu Kyuhyun pelan. “Kau harus cepat belajar Kyu! Seorang Cho harus menunjukkan kekuasaannya nanti. Paman Im kan hanya perwakilanmu.”

Kyuhyun kembali mengangguk. “Aku berterima kasih padanya  Beliau bersedia membagi waktu untuk mengurusi perusahaan ayahku disamping perusahaannya sendiri.

Siwon mengelus tengkuknya. “Kadang aku ikut rapat perusahaan. Ayahku juga sudah mempercayakanku untuk menjadi direktur pelaksana saat aku lulus nanti. Lumayan kan, untuk penjajakan karier?”

Sooyoung hanya mampu terdiam mendengar percakapan seru keempat orang disekitarnya itu. Nyalinya menciut tiba-tiba. Rasanya, uhmm, tidak percaya diri. Minder berada didekat orang-orang seperti mereka. Sooyoung hanya mampu memandang keluar jendela dan sedikit menulikan telinganya. Membayangkan dirinya berada dikursi empuk dengan jabatan direktur yang mengambil keputusan penting dalam sebuah perusahaan rasanya tidak mungkin dengan predikatnya yang seperti sekarang. Bersekolah disini saja berkat beasiswa. Memimpikan jabatan direktur seperti Siwon saat lulus nanti? Menjadi pengusaha muda seperti Jungmo? Atau penerus pemimpin perusahaan keluarga seperti Kyuhyun? Rasanya itu semua adalah mimpi yang terlalu susah untuk Sooyoung raih. Tiffany? Oh, hidup yeoja itu pasti sejahtera disisi Siwon. Jangan lupakan otak Tiffany yang memiliki IQ tertinggi disekolah mereka. Posisi pendamping yang akan duduk disamping Siwon sepertinya sudah ada dilist masa depan seorang  Tiffany Hwang

Sooyoung menghembuskan nafasnya pada jendela disampingnya. Membuat benda kaca itu berembun karena nafasnya yang hangat. Jemarinya yang kecil menuliskan sesuatu disana.

Eomma

Apa kabar eomma dan kedua adiknya disana? Apa keadaan eommanya membaik? Apa Jongjin dan Yongri sanggup membiayai hidup mereka saat Sooyoung disini? Apa mereka makan dengan baik? Tidur dengan nyenyak?

“Ah! Hyung!”

Suara seorang namja yang asing ditelinga Sooyoung membuatnya lamunan yeoja itu terpecah. Segera dia membalikkan badan. Seorang namja sudah duduk disamping Siwon dan merebahkan kepalanya diatas meja.

“Yo! Nichkhun!” sapa Jungmo.

Sooyoung mengernyit melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh namja bernama Nichkhun itu. Wajah namja itu merengut kesal.

“Wae?” tanya Kyuhyun seraya menaikkan kedua alisnya.

“Mencari Vic, Prince Thai?” goda Tiffany.

Nichkhun terlonjak kaget dari rebahannya. “Noona melihat Princess China yang galak itu?”

“Ya!” seru Siwon. “Yeoja yang kau bilang galak itu sepupuku!”

Nichkhun mencibir. “Dia memang galak. Hanya karena aku lupa menemuinya tadi, dia langsung mengatakan kami putus.”

Tiffany terkekeh. “Tadi dia lewat sini. Wajahnya kesal sekali.”

Sooyoung menggembungkan pipinya. Posisinya yang duduk dipinggir sofa membuatnya semakin merasa terpojok. Setelah tadi berbincang mengenai masa depan, kini membicarakan orang-orang yang tak Sooyoung kenal dengan baik. Membuat yeoja ini sedikit kesal karena diacuhkan.

“Kau terlalu sering melupakan janjimu Nichk. Karena itu dia kesal padamu. Kau menyakitinya,” ucap Siwon.

“Aku tidak pernah menyakitinya. Aku bukan Kyuhyun hyung yang sering menyakiti yeoja!” seru Nichkhun tak terima.

“Ya! Apa maksudmu aku sering menyakiti wanita hah?” Kyuhyun meledak.

Siwon tertawa keras diikuti Tiffany dan Jungmo. Sooyoung pun tak sanggup menahan senyumannya mendengar ocehan Nichkhun itu.

Nichkhun memeletkan lidahnya pada Kyuhyun.

“Dasar anak kecil!” maki Kyuhyun. Namja itu mendengus kesal. Melipat kedua lengannya dan merebahkan punggungnya pada sandaran sofa.

Sooyoung tertawa geli. Lucu melihat tingkah Kyuhyun yang kekanakan.

“Temui Babymu itu. Ajak dia kepartyku nanti malam. Ne?” ajak Jungmo.

Mata Nichkhun berbinar. “Party? Malam ini? Oke!”

.

.

Sooyoung tercengang. Seperti inikah party diasrama?

Aula besar yang ada dilantai 1 diubah layaknya lantai diskotik. Lengkap dengan lampunya. Penerangannya pun samar-samar. Dipanggung yang ada dibagian depan aula, beberapa DJ memainkan lagu yang asyik untuk membuat tubuh bergoyang. Meja-meja berisi makanan dan minuman ringan berjejer rapi dipinggir ruangan. Terlihat pula beberapa bartender yang menunjukkan keahliannya mencampur minuman. Beberapa maid wanita dan pria sedari tadi berseliweran menawarkan minuman dan makanan pada Sooyoung. Sooyoung dengan canggungnya mengambil segelas minuman dari seorang maid pria. Gelas berisi cairan berwarna pink muda itu membuatnya penasaran. Apa yang bartender itu buat untuk mereka malam ini? Apa mungkin ada campuran alkohol diminumannya?

Perlahan Sooyoung menegak minuman berwarna menarik itu. Tercium beberapa wangi buah-buahan. Seteguk, Sooyoung tersenyum. Rasa segar menjalar ditenggorokannya. Ditatapnya cairan didalam gelasnya. Bartender memang benar-benar ahli mencampur minuman. Jus jeruk dan strawberry serta sedikit tambahan daun mint membuat Sooyoung serasa berada dipantai daerah tropis.

Mengedarkan pandangannya diantara ratusan orang diaula yang super besar itu, Sooyoung mencari-cari orang yang kira-kira dikenalnya. Yoona baru saja mengirimnya pesan, mengatakan bahwa dia ada disofa yang ada dipojokan disamping panggung.

Tersenggol sana-sini. Melambaikan tangan pada beberapa orang yang dikenalnya. Mengucapkan permisi beberapa kali. Akhirnya sampai juga Sooyoung ditempat yang Yoona beritahukan. Yeoja itu menghela nafas lega.

“Hai,” sapa Sooyoung pada beberapa orang disofa itu. Hanya ada beberapa sofa yang mengelilingi sebuah meja disana. Dalam remangnya aula, Sooyoung bisa melihat Siwon dan Tiffany sedang berpangkuan dan saling melumat bibir pasangannya disebuah sofa single. Oh, jangan terkejut Choi Sooyoung. Kau bahkan melihat yang lebih saat pasangan Yesung dan Yuri beraksi.

Mengabaikan pemandangan itu, Sooyoung melangkah menuju Donghae dan Yoona yang duduk disebuah sofa panjang.

“Soo.” Yoona mengulurkan tangannya pada Sooyoung yang langsung disambut oleh Sooyoung. Yoona menariknya agar duduk disamping yeoja bergummy smile itu. Dia dan Donghae baru saja pulang dari rumah sakit sore tadi.

“Dimana yang lain?” tanya Sooyoung berbasa basi.

“Apa yang kau tanyakan Yesung dan Yuri?” tanya Yoona balik.

Sooyoung terkekeh. “Tak mungkin mereka disini. Mereka masih dirumah sakit.”

Yoona tertawa. Lalu mengambil minumannya diatas meja dan meminumnya habis. “Yang lain dilantai dansa. Ayo!”

Yoona menarik Donghae dan Sooyoung menuju lantai dansa ditengah-tengah ruangan. Dimana beratus-ratus orang menggoyangkan badan menikmati lagu berirama beat cepat yang diputarkan DJ.

Yoona terlihat ahli menggoyang-goyangkan badannya. Begitu pula Donghae. Bahkan tak jarang menarik perhatian dari orang-orang disekitar mereka. Kadang keduanya juga melakukan tarian berpasangan. Sebenarnya membuat Sooyoung iri sih. Dia hanya sendiri.

Lelah meliukkan badan, ketiganya kembali kesofa yang memang hanya disediakan untuk mereka. Oh, ayolah. Mereka itu tamu kehormatan bagi semua yang mengadakan party. Sudah menjadi aturan yang tidak tertulis bahwa sofa satu-satunya yang ada diaula saat pesta itu dipegang oleh mereka.

Sudah ada Kyuhyun dan Jungmo disana. Beberapa teman Jungmo yang sering bersama namja itupun ada disana. Namun yang berbeda, ada beberapa botol yang Sooyoung kenal sebagai bir dimeja mereka.

“Yo!” sapa Jungmo.

Donghae yang berjalan didepan segera mendekat dan mengambil salah satu botol kaca berisi alkohol itu. Yang membuat Sooyoung terkejut adalah, Donghae meminumnya?

Sooyoung mengikuti Yoona dan duduk bersama berdempetan disofa panjang. Hanya ada 2 sofa single dan sebuah sofa panjang disana. Dengan Siwon dan Tiffany yang masih duduk berpangkuan disalah satu sofa single, Kyuhyun disofa single lainnya, dan Jungmo, Yoona serta dirinya disofa panjang, membuat Donghae serta 3 namja lain teman Jungmo harus berdiri atau duduk dipinggiran sofa.

“yoong,” bisik Sooyoung tepat ditelinga Yoona. Jika tidak seperti itu, tentu saja Yoona tidak mendengar. Hingar bingar lagu begitu keras menggema diaula yang membuat Sooyoung merasa aneh, bahwa aula itu kedap suara.

“Ya?”

“Itu bir? Alkohol?” tanya Sooyoung agak keras. Berbisik sepertinya tidak akan terdengar lagi.

Yoona mengangguk. “Ne. Wae?”

Sooyoung bergidik. “Alkohol diperbolehkan?”

“Itu bukan alkohol kadar tinggi. Yah, mungkin akan memabukkan jika kau tak kuat,” jelas Yoona santai.

“Apa boleh?”

“Diparty asrama? Sebenarnya tidak jika kau meminta izin kepala asrama. Namun jika kau sudah mengantongi izin dari Yesung, kepala asrama tidak bisa melarang. Hanya saja Yesung menetapkan bahwa hanya boleh bir berkadar alkohol rendah dan hanya beberapa botol saja. Bisa juga soju. Karenanya Jungmo hanya menyediakannya disini. Bukan dimeja sana,” jelas Yoona seraya menunjuk meja berisi minuman untuk penghuni asrama.

“Kalian disini peminum?” tanya Sooyoung. Pikirannya tiba-tiba negative membayangkan teman-temannya adalah pemabuk.

Yoona terkekeh kemudian menggeleng. “Disini hanya Siwon dan Jungmo yang peminum andal. Kau tahulah. Keduanya teman sedari kecil. Keluarga kaya. Membuat mereka menghadiri party sedari kecil dengan wine sebagai menu minumannya.”

“Donghae meminumnya. Mereka juga,” tunjuk Sooyoung pada Donghae dan namja lainnya, termasuk Kyuhyun.

Yoona menggeleng. “Mereka hanya bisa meminum sedikit. Jika kelebihan, bom! Mabuk.”

“Kau tidak minum?”

Yoona menggeleng kembali. “Aku, Tiffany, Yuri dan Yesung tidak pernah minum.”

“Yesung juga?” Sooyoung heran. Namja tak minum tapi memperbolehkan alkohol memasuki gerbang asrama.

“Kita hidup di wilayah dengan empat musim berbeda Sooyoungie. Yesung hanya memandang alkohol sebagai minuman penghangat walaupun dia tak suka,” jelas Yoona. Yeoja itu memanggil seorang maid pria dan mengambil dua gelas berisi cocktail buah lalu memberikannya satu pada Sooyoung. “Cheers!”

.

.

“Bisa tolong antarkan Kyuhyun kekamarnya Sooyoungie? Aku dan Yoona masih ada keperluan.” Donghae meletakkan lengan Kyuhyun dibahu Sooyoung yang terbengong-bengong.

“Aku?”

Donghae mengangguk. “Maaf ne. Kami harus membicarakan sesuatu pada kepala asrama. Jungmo juga. Selesai party aku dan Yoona memang harus menghadap kepala asrama untuk sekedar memberikan laporan. Bersama pembuat partynya.”

“Siwon?” Sooyoung memperkuat pegangannya pada lengan dan pinggang Kyuhyun. Namja itu sudah mengigau tak jelas.

Donghae memutar bola matanya. Menoleh sebentar kearah sofa yang tadi mereka duduki. “Kau tahulah. Dia dan Tiffany.”

“Ah, yeah.” Sooyoung mengangguk. “Baiklah.”

“Gomawo ne!” Donghae tersenyum ceria. Wajahnya sedikit merah dengan alkohol yang tadi diminumnya.

“Anak ini.” Donghae memukul pelan kepala Kyuhyun yang tergolek lemah dibahu Sooyoung. “Sudah tahu tidak kuat minum, masih saja berulah. Mabuk kan jadinya.”

Sooyoung meringis. “Aku pergi dulu. Lama-lama dia berat juga.”

“Oke.”

.

.

“Unghh…”

“Diam, anak kecil. Jangan banyak bergerak. Kau itu berat.”

Baru saja menaiki tangga, Kyuhyun kembali melenguh. Mungkin namja itu belum benar-benar tertidur. Hanya memejamkan mata. Karena dia masih bisa berjalan dan menahan sedikit berat badannya saat mereka berdua hampir tersungkur tadi. Kyuhyun itu berat. Tak sepadan dengan Sooyoung yang lebih kecil.

“Nghh… Lift…” igau Kyuhyun.

“Ah, ya.” Seperti tersadar, Sooyoung berhenti menaiki tangga dan merubah arah jalannya. Beberapa penghuni asrama terlihat duduk-duduk diluar meninggalkan party diaula. Sooyoung mengacuhkan mereka dan memapah Kyuhyun menuju pojok tempat lift berada.

Kyuhyun terkekeh geli saat Sooyoung memegang-megang tubuhnya. Oh, bukan maksud Sooyoung seperti itu. Dia harus mencari pass card lift dan kunci kamar milik Kyuhyun.

Ting!

Lantai 4. Tergopoh-gopoh Sooyoung memapah Kyuhyun yang mabuk. Berusaha tak memikirkan tangan Kyuhyun yang meraba beberapa bagian tubuhnya. Menahan marah karena namja itu sedang tak sadar.

Cklek!

Bruk!

“Ah!” Sooyoung berseru tertahan. Baru saja mereka masuk, punggungnya ditabrakan ke pintu kamar. Belum sempat mengeluarkan protes, bibirnya terkunci oleh bibir Kyuhyun. Namja itu menciumnya!

“Mmmmhhh…” desah Kyuhyun. Bibirnya melumat bibir tipis menggoda milik Sooyoung.

Sooyoung berusaha mendorong bahu Kyuhyun. Namun namja itu lebih kuat. Bahkan kini kedua tangan mereka saling bertautan. Kyuhyun menghimpit tubuh Sooyoung dipintu kamar dan meletakkan kedua tangan mereka diatas kepala Sooyoung.

“Ugh…” Sooyoung meremas genggaman mereka saat Kyuhyun menggigit bibirnya.

Dengan kesadaran yang tersisa, Kyuhyun mengangkat kedua paha Sooyoung dan melingkarkannya dipinggang. Menggendong Sooyoung tak perduli yeoja itu memukulnya dan menggeliat liar saat digendong.

“Kyu!” Sooyoung memukul bahu Kyuhyun keras. “Turunkan aku!”

Bruk!

Sooyoung memang turun dari gendongan Kyuhyun. Tapi bukannya mendarat dilantai, Sooyoung justru merasa punggungnya dihempas Kyuhyun diatas ranjang dan tubuh namja itu menindihnya.

“Apa yang kau lak-mmmmhhh!”

Sooyoung menggeram marah saat Kyuhyun kembali menciumnya. Dengan posisinya yang seperti ini, Sooyoung ketakutan. Kyuhyun berada diantara kangkangan kedua kakinya. Sebelah tangan mereka masih saling menautkan jari. Tangan Sooyoung yang lain terkepal dan memukul bahu serta punggung Kyuhyun. Tangan Kyuhyun yang lain? Ini yang Sooyoung takutkan. Tangan namja itu merangsek masuk kedalam blus yang Sooyoung kenakan. Meremas serta memainkan dada Sooyoung.

Sooyoung terus memukuli Kyuhyun. Namun namja itu malah mendesah menikmati apa yang Sooyoung lakukan. Menggigit Kyuhyun? Saat ini lidahnya berada dimulut Kyuhyun. Jika dia menggigit, maka dia akan menggigit lidahnya sendiri. Kyuhyun makin mendesah saat dia menggesekkan bagian bawah tubuh mereka. “Mmhhhh… Ungghh… Unghh…”

Sooyoung sudah berurai air mata. Merasa sangat malu pada dirinya sendiri. Tangan Kyuhyun yang tak lepas dari dadanya. Bibirnya yang sudah bengkak dilumat kasar oleh Kyuhyun. Dan leher yang entah sejak kapan Sooyoung rasa lengket oleh saliva. Sooyoung yakin, rasa perih yang tadi dirasakannya adalah karena namja itu melumat kasar lehernya.

Tak mau menyerah, Sooyoung mengedarkan pandangan matanya yang mengabur karena air mata. Bisa dilihatnya sebuah handphone terletak dimeja samping ranjang. Mungkin milik Kyuhyun.

Memaksakan tubuhnya bergerak dibawah himpitan Kyuhyun, Sooyoung berusaha memanjangkan tangannya untuk meraih benda itu. Dapat!

Dengan tangan bergetar Sooyoung menyentuh layar handphone itu. Dengan Kyuhyun yang masih tak mau melepaskan bibirnya, terpaksa Sooyoung memiringkan kepalanya dan melihat layar handphone itu dari balik kepala Kyuhyun.

Menyentuh icon telepon berwarna hijau. Sooyoung mengucap syukur saat nama teratas adalah Siwon. Ditekannya kembali icon itu dan menyentuh pilihan loudspeaker.

“Yeoboseo?”

“Mmh!” lenguh Sooyoung keras. Berharap Siwon mengerti.

“Hahahaha. Jika kau sedang sibuk, jangan menelponku Kyu.”

Kesempatan Sooyoung hampir hilang. Jika Siwon menutup telponnya, habislah Sooyoung. Sooyoung menggerakkan kepalanya dengan liar, sehingga Kyuhyun melepas ciumannya dan menjilati leher Sooyoung. Ini dia!

“Siwon! Tolong aku!”

“Eh? Soo-“

Sreet!

Brak!
Sooyoung terkejut. Kyuhyun menyadari perbuatannya. Namja itu kini menatap Sooyoung tajam setelah merebut dan melempar handphonenya kedinding. Giliran Sooyoung yang bergetar menahan takut. Air matanya bahkan tak berhenti mengalir dari tadi.

Kyuhyun menggeram marah. Digenggamnya kedua tangan Sooyoung dengan satu tangan. Tangan lainnya dia perintahkan untuk menarik blus Sooyoung keatas. Memperlihatkan apa yang Sooyoung tutupi.

“Kyu…” lirih Sooyoung lemah.

Kyuhyun mentatap Sooyoung tetap dengan tatapan tajamnya. Tak menanggapi tatapan Sooyoung yang memohon. “Hentikan Kyu…”

To Be Continue

Yeah !

Chap 5! Adakah yang udah menebak akhir chap akan seperti ini? Yang udah nebak dengan benar, selamat ne ^^

Panjang banget ya chap ini. Tadinya pengen potong ditengah. Tapi kok rasanya kurang dapat ntar gregetnya. Jadinya, chap ini 5rb word lebih. Hehe. Komentnya jangan lupa ^^



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>