Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

[Oneshot] Blue Tomorrow

$
0
0

Title : Blue Tomorrow

Length : Oneshot

Rating : PG-15

Genre : Romance

Author : EunJungELF

Cast :

-          Cho Kyuhyun

-          Choi Sooyoung

Note : This is my first FF! Jadi saya mohon komentarnya karena saya ini masih amatiran banget ._.v   SO HAPPY READING AND DON’T FORGET TO COMMENT! ^^

Song : SJM – Blue Tomorrow (Korean Version)

 

 

 

If we were meet tomorrow

On the corner of the street

I couldn’t go there again

 

-Flashback-

“Oppa, kurasa hubungan kita harus berakhir sampai disini.” Ujar Sooyoung lirih “MWO? Apa maksudmu, Soo-ah? Apa salahku? Ini benar – benar tidak lucu…” balasku “Aniyo, oppa… Ini salahku…. Mianhae… Kita memang tidak bisa bersama… Gomawo untuk semuanya…Annyeong, nae sarang…” Sooyoung berlari menjauh “SOO-AH! ANDWAE!” teriakku. Aku berusaha menghentikannya. Tapi semua itu gagal karena aku tergelincir dan jatuh. Kami putus. Hujan deras  turun secara tiba – tiba, seakan ikut menangis bersamaku.

-Flashback end-

Aku bukan tipe pria cengeng yang akan terus menangis setiap hari karena diputus yeojanya. Tapi aku juga manusia yang bisa merasakan kesedihan, kan? Jadi inilah yang kulakukan. Berusaha terlihat biasa – biasa saja, namun setiap sore aku selalu datang ke Kyuyoung café, mengenang momen – momen indah yang kulalui bersamanya. Siapa bilang aku tak menangis? Ini adalah pertama kali dalam hidup aku menangis, yang periodenya sangat lama, dan hanya karena diputuskan oleh yeojachinguku. Hidup memang penuh tantangan.

“Kyaa! Oppa, gomawo!!!”

Suara cempreng yang tak mungkin tidak kukenali -yah, itu suara Sooyoung- menarik perhatianku. Aku segera menolehkan kepalaku untuk melihat apa yang terjadi melalui kaca di café Kyuyoung. Aku langsung menyesali keputusanku melihat ke luar. Disana ada Sooyoung, bersama seorang namja yang memberikan sebuket mawar kepada Sooyoung sambil berlutut. Persis seperti apa yang kulakukan saat aku memintanya menjadi yeojachinguku. Rasanya aku ingin pergi ke luar dan menarik Sooyoung pergi bersamaku tanpa perlu menerima mawar namja tadi. Tapi sekarang aku tidak punya hak lagi untuk melakukan hal itu. Dia, Choi Sooyoung, bukan yeojachinguku lagi.

 

If tomorrow morning I were to open my eyes

You can’t be the first thing I think of

Now, are you happy?

Did you forget about me?

Your name still lingerson my lips

 

“Kyuhyun-ah… Ayo bangun…. Kamu hari ini ada kelas, kan?” Suara lembut eomma membangunkanku dari mimpi indahku bersama Sooyoung. Hah…. susah sekali menghapus semua tentang yeoja itu. Yeoja yang merebut hatiku.  “Ne, eomma. Aku sudah bangun” ujarku malas dan beranjak pergi ke kamar mandi.

@KyungHee University

“Yak! Apa kabar, bro?!” Sungmin menepuk pundakku dan berjalan bersamaku.

“Eo..” balasku singkat dengan senyum terkulum tipis.

“Annyeong, Sooyoung-ah!!” ujar Sungmin lalu melambaikan tangannya pada Soo yang berada tak jauh dari kami.

“Annyeong, Sungmin oppa!” balasnya dengan suara khasnya yang belum juga -mungkin tak akan pernah-  bisa hilang dari ingatanku.

“Kyu.. Tumben sekali Sooyoung tidak menyapamu… Apa dia melupakan keberadaanmu?”

“Hm… Mungkin saja…”

“Mworagu????”

“Lupakan.”

***

Malam ini kuputuskan untuk tidur di apartemenku. Kulangkahkan kakiku masuk menuju apartemen yang tak pernah kugunakan lagi sejak dia meninggalkanku.

“Sooyoung… Choi Sooyoung…”

Tampaknya, akan sangat sulit menghapus namamu dari ingatanku. Terlalu banyak memori tentangmu dalam ingatanku.

 

If you were to leave me tomorrow

If my dreams were to leave me tomorrow

What should I do?

How can you forget about me?

If times goes by and I can’t forget you

How much longer do I have to cry?

 

Pagi ini aku terbangun dalam apartemenku, tanpa dia di sisiku.

-Flashback-

Sinar matahari yang merambat masuk melalui jendela apartemenku membuatku bangun dari tidur nyenyakku, mimpi indahku. Betapa bahagianya hatiku pagi ini. Bagaimana tidak? Pagi yang indah ini, aku terbangun dengan yeoja yang kucintai masih terlelap dengan wajah manisnya dalam dekapanku. Aku mengelus puncak kepalanya, kemudian mengecupnya pelan. “Morning, oppa.” Bisiknya masih dengan mata tertutup. “Morning, chagiya. Kenapa kau berpura – pura masih tidur, hmm?” balasku. “Karena kalau aku tidak terlihat tidur, oppa tidak akan melakukan hal yang tadi oppa lakukan, kan? Lagipula, posisi ini sudah terlalu nyaman hingga aku tidak berniat untuk bangun. Hehe.” Akhirnya dia membuka mata besarnya yang merupakan salah satu favoritku. Aku hanya tersenyum menanggapi penjelasannya, kemudian mempererat dekapanku. “Kau tahu Sooyoung-ah? Bisa selalu bersamamu adalah salah satu mimpiku. Tiap malam, aku selalu berdoa agar Tuhan selalu menyertai hubungan kita.” Ujarku sambil mengelus rambut panjangnya, yang -lagi-lagi- juga favoritku. “Teruslah berharap oppa. Karena harapan adalah mimpi yang tidak pernah tidur. Aku berharap Tuhan memberkati hubungan kita.” Balasnya sambil menatapku.

‘Tuhan, berkatilah hubungan kami. Berilah yang terbaik untuk hubungan kami. Amin’

-Flashback end-

Aku menangis lagi.

Tes. Tes. Tes.

Aish… air mata sialan… Tidak bisakah kau berhenti?

Choi Sooyoung… Apakah kau benar-benar sudah melupakanku? Melupakan hubungan yang pernah kita rajut bersama? Melupakan semua kenangan tentang kita?

Ini sudah 1,5 bulan dan aku masih belum bisa melupakanmu. Apakah aku harus terus menangis setiap mengingatmu?

 

Up until now, I still love you….

Everything I have in my room

And even the small pictures in my phone

Remind me of you

Aku melihat foto yang menjadi wallpaper handphoneku. Foto kami saat jalan – jalan ke salah satu pantai di Jeju.

-Flashback-

“Woah oppa… Apakah ini benar – benar di Jeju?”

“Tentu saja! Apakah kau menyukainya?”

“Bagaimana mungkin aku tidak menyukai pantai seindah ini, oppa?”

“Haha.. Aku senang kau menyukainya.”

“Oppa… Apa disini tidak ada orang lain? Kenapa sangat sepi?”

“Eoh? Jjinjja? Entahlah. Aku juga tidak tahu. Tapi tampaknya memang hanya kita berdua yang ada disini.”

“Haaah… Mari bermain!!!!”

Sooyoung berlari menuju bibir pantai. Ia tampaknya sangat menyukai pantai ini. Aku tersenyum kecil dan mengikutinya bermain air.

“Oppa.. aku benar – benar lelah.”

Dia duduk dia atas pasir putih pantai ini. Aku duduk di sebelahnya.

“Gomawo oppa. Ini benar – benar indah dan menyenangkan.”

Dia kemudian menjatuhkan kepalanya ke bahuku.

“Gomawo juga, karena kau telah masuk dalam kehidupanku. Dan membuatku merasakan indahnya mencintai dan dicintai.”

“Hm.. ne oppa..”

“Sooyoung…”

“Ne?”

“Saranghae. Yeongwonhi.”

“Hm..  Nado saranghae oppa…”

-Flashback End-

“Saranghae, Sooyoung-ah… Yeongwonhi..”

 

Throw away, throw away everything that’s hers

Delete, delete everything that’s hers

But like magic, I’m drawn to you

 

Aku terdiam.

Aku menatap langit-langit kamarku.

Memori ketika kami masih bersama kembali berkelebatan dalam otakku.

Aku tersenyum kecil, mengabaikan butiran kristal yang kembali menetes dari pelupuk mataku.

Apakah semua kenangan itu harus berakhir disini?

Aku menatap meja belajarku, lalu tertawa kecil mengingat kenanganku bersamanya.

-Flashback-

“Hyaa.. Oppa… Guru kita itu kejam sekali yah..”

“Youngieku sayang, kalau kau mengoceh terus, kapan tugasmu itu selesai?”

“Makanya… Chagiya… Ajarin aku dong”

“Tidak. Kau harus mandiri. Belajarlah dari catatan yang diberikan gurumu.”

“Yah… oppa… Ayolah…”

“Shireo.”

CHU~

“Jebalyeo oppa….” Sooyoung mulai mengeluarkan aegyonya

“Yak! Kau kira dengan menciumku aku mau mengajarimu?!” Aku membentaknya

“Hiks.. mianhae.. Aku akan belajar sendiri. Tapi percayalah, aku tidak akan memintamu mengajariku kalau aku memang mengerti pelajarannya. Mianhae telah mengganggumu belajar.” Ujar Sooyoung sambil merapikan bukunya kemudian beranjak keluar dari kamarku.

Aku menatapnya keluar dalam diam. Aish… aku paling tidak tahan kalau dia menangis, tapi dia juga harus bisa belajar.

15 minutes later

Hah… akhirnya selesai juga semua PR hari ini. Ah… Sooyoung!

Aku langsung berlari keluar dan mendapatinya masih belajar dengan serius di ruang makan.

Aku tersenyum kecil dan berjalan mendekatinya.

Ya ampun… satu soal pun belum bisa dikerjakannya..

Hm.. sepertinya dia benar – benar tidak bisa..

Aku memeluknya dari belakang. Aku bisa merasakan badannya tiba – tiba menegang.

“Kyu…”

“Aku akan mengajarimu.”

Sooyoung membalikkan badannya dan menatapku dengan tampang apa-kau-serius miliknya.

Aku tersenyum kecil.

CHU

“Jadi, mana yang kau tidak bisa?” ujarku setelah mengecupnya

“Soo?” tanyaku ulang setelah duduk di kursi di sebelahnya

“Ah! Ne?”

“Mana yang perlu aku bantu?”

“Hm…Apa kau benar – benar mau membantuku?”

“Ne.. Karena itu, berikan bukumu dan kita akan mulai belajar.”

“….”

“Sooyoung… cepat berikan bukumu sebelum aku berubah pikiran.”

Sooyoung langsung memberikan bukunya. Aku memulai penjelasanku. Ia tampak mengangguk-angguk tanda mengerti. Akhirnya, semua soal dapat dikerjakannya dengan baik.

“Hah… Gomawo oppa! Kalau tidak ada kamu, aku pasti tidak akan bisa menyelesaikan tugas dari guru kita yang kejam itu..”

“Yaa.. yaa…yaa… Jadi hanya begitu saja caramu berterima kasih?”

CHU

Hihi.. Dia memang selalu tahu apa yang kuinginkan!

“Nah.. begitu dong..”

“Oppa, mandilah. Sudah jam 5 sore. Aku akan memasak untuk makan malam kita.”

“Ne, Youngie-ah. Saranghae…”

“Nado saranghae oppa”

-Flashback End-

Aku menatap sedih album foto yang diberikannya kepadaku.

Haruskah aku membuang semua hal tentangnya?

Aku meletakkan barang – barang pemberiannya dalam sebuah kardus dan kuletakkan di pojok kamar. Aku akan membuangnya nanti. Nanti.

 

I still love you

It seems I can only see you

What can I do to forget you?

I still love you

Can I love you, or do I have to leave?

I’ll wait forever

Until the day you’ll come back to me

 

“Kyuhyun-ah!! Kau tidak mendengar noonamu yang cantik ini, huh?!” ujar Ahra eonni

“Ne? Ah.. Mianhae, noona..”

“Kau melamunkannya lagi?”

“Entahlah… Aku tak bisa menghapus ingatanku tentangnya..”

“Kyu-ah… Yang sabar yah.. Kau pasti bisa mencari penggantinya..”

“Aniya.. Aku tak akan bisa.. Lagipula aku tak mau.. Shirreo..”

“Hah.. terserahmu deh..”

“Aku hanya ingin melupakannya, tapi aku belum ingin mencari penggantinya..”

“Hm.. bagaimana kalau kau melanjutkan studimu di luar negeri? Mungkin dengan begitu kau akan melupakannya..”

‘Haruskah? Tak bisakah aku tetap disini dan menantimu kembali padaku?’ batinku

“Gimana, Kyu?”

“Hm.. Baiklah noona.. Setelah S1-ku selesai, aku akan melanjutkan S2-ku di German.”

Sooyoung-ah..

Walau aku pergi, aku tetap menunggumu..

 

Can’t you go back to being my girlfriend like yesterday?

There’s so much I could’ve done to you that I didn’t do

And I made it really hard on you

Now I know what love is

 

@KyungHee University

“Sooyoung-ah!!”

Teriakan Kyuhyun berhasil membuat Sooyoung berhenti dan berbalik mennghadapnya

“Waeyo?”

“Soo-ah.. Bisakah kita… kembali…. berpacaran??”

“Mwoya??”

“Aku..aku.. Selama kita berpacaran, aku belum pernah membuatmu merasa special kan? Banyak hal yang belum kita lakukan.. Aku selalu membuatmu menangis..”

“Geumanhae.”

Sooyoung meneteskan air matanya.

“Kau memang sering membuatku marah, menangis, putus asa. Tapi bukan itu alasanku memutuskanmu. Aku punya alasan lain yang tidak perlu kau ketahui. Aku.. harus pergi.”

Sooyoung berbalik dan beranjak meninggalkan Kyuhyun. Namun Kyuhyun menahan lengannya.

“Bulan depan, aku akan pergi ke German.. Aku tak tahu kapan aku akan kembali..”

“Jadi?”

“Aku mohon.. Kembalilah padaku..”

“Shirreo.”

Sooyoung melepaskan tangan Kyuhyun dari lengannya

“Sekarang aku mengerti.”

Ucapan Kyuhyun membuat Sooyoung terdiam, menunggu kata selanjutnya yang akan terlontar dari bibir pria itu.

“Cinta itu seperti burung yang terbang di angkasa luar. Mereka bebas memilih dimana mereka akan hinggap dan membuat sangkar mereka untuk menetap selamanya. Sama seperti setiap orang di dunia ini. Kita diberi kebebasan untuk memilih pada siapa kita akan memberikan hati kita. Aku hanya memiliki satu hati. Dan aku memilihmu, untuk menjaga hatiku yang berharga ini….”

 

If times goes by and I don’t forget you

Can you back to me?

Come back to me, I love you.

 

3 years later…

@Kyuyoung Café

Kring

“Selamat datang…”

Aku berjalan menuju spot favoritku di café ini. Pojok dekat jendela. Tiga tahun sudah berlalu sejak saat itu. Aku sudah menyelesaikan studiku di German, namun aku tetap tak bisa melupakannya. Aku tak bisa melupakan Sooyoung. Aku tak pernah melupakan saat terakhir kali kami bertemu.

-Flashback-

“…Aku memilihmu, untuk menjaga hatiku yang berharga ini, Sooyoung-ah..”

Sooyoung berbalik. Ia memberiku senyuman yang tak dapat kumengerti. Kemudian pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

-Flashback End-

Aku tersenyum kecil saat mengingat kejadian itu.

“Permisi, tuan..  Anda ingin memesan apa?”

Suara itu membuatku tegang. Aku berbalik melihat pelayan yang tadi menanyaiku.

“Soo-ah..” ujarku lirih

“Kyuhyun oppa?”

Itu Sooyoung. Sooyoung yang selama ini kurindukan. Sooyoung yang tak pernah keluar dari otakku.

“Yah! Lama tak bertemu, Choi Sooyoung! Apa kau bekerja di sini sekarang?”

“Hm.. begitulah.. Kerja paruh waktu.. Jadi apa yang akan kau pesan, Tuan Cho?”

“Aku pesan dua hot chocolate special.”

“Dua?”

“Ne. Nanti temani aku minum yah.. Kau tahu aku tak suka sendiri..”

“Huft.. baiklah..”

Sooyoung kemudian pergi menuju dapur. Jujur, aku tak pernah menyangka kami akan berbica se-informal ini ketika kami bertemu setelah berbagai masalah di masa lalu yang tak jelas penyelesaiannya.

5 menit kemudian Sooyoung datang dengan 2 gelas berisi hot chocolate di tangannya kemudian ia duduk di depanku.

“Jadi.. bagaimana keadaanmu sekarang?” ujarku memulai pembicaraan

“Seperti yang kau lihat.”

“Hah.. Sifat nyolot-mu tidak berubah ya, Choi..”

“Hm. Begitulah..”

“Omong – omong, dulu aku pernah melihat seorang namja berlutut di depanmu dan memberimu bunga di depan café ini..”

“Ah.. dia Choi Siwon, kakak sepupuku..”

“Oh.. Arrasseo”

Sooyoung menyesap hot chocolatenya sedikit, kemudian menatapku.

“Yah, Cho! Siapa yeojachingu-mu sekarang?”

“Kau.”

“MWOYA?!”

“Sudah kubilang, aku kan memberikan hatiku untukmu. Memang aku punya hati lagi untuk kuberikan pada orang lain??”

“…”

“Sooyoung-ah…”

“Hmm?”

“Kenapa dulu kau memutuskanku?”

“Karena aku tidak yakin dengan perasaanku padamu.”

“Jadi..?”

“Jadi?”

“Jadi sekarang bagaimana perasaanmu padaku?”

“Huft… Entahlah.. Tapi yang jelas aku tak pernah melupakan kenangan kita..”

“Jjinjja?”

“Ne.. Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak bisa melupakanmu..”

“Aku tahu cara agar kau bisa yakin dengan perasaanmu..”

“Jjinjja? Bagaimana? Kau tahu.. Aku selama ini tersiksa karena tak bisa melupakanmu..”

“Jadilah pacarku, Sooyoung-ah..”

“MWO? Aku menjadi yeojachingumu LAGI?”

“Ne!”

“Shirreo.. Aku lelah berpacaran lagi..”

“Maksudmu?”

“Aku punya satu hal yang belum sempat kukatakan sebelum kau pergi ke German dulu..”

“Apa?”

“Saranghae..”

“Yak Choi Sooyoung jangan bercanda!!”

“Apa menurutmu aku bercanda?”

“Jadi kau menungguku? Selama 3 tahun ini?”

“Kau telah mengambil hatiku tanpa izin ketika kau mengatakan tentang cinta, Cho Kyuhyun.”

“Jadi.. Kau mau menjadi yeojachinguku lagi?”

“Shirreo.”

“Mwoya? Kau mau kita langsung menikah?!”

“Ne.”

“Yak, CHOI! Jangan bercanda!”

“Aku serius, Cho.”

“Baiklah. Narang kyeoreonhae jullae?”

Sooyoung berdiri dan beranjak menuju dapur. Aku menarik tangannya dan membuatnya terduduk di atas pangkuanku.

“Saranghae, Choi Sooyoung.”

“Nado saranghae, Cho Kyuhyun.”

Aku menarik tengkuknya perlahan, kemudian mencium bibirnya yang lembut. Melumatnya pelan. Aku yakin ini adalah hari terindah dalam hidupku.

‘Saranghae, Choi Sooyoung. Yeongwonhi saranghae.’



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>