Quantcast
Channel: Kyuyoung Shipper Indo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

We Are Twins Chapter 2 [ Perancis ? OMG! ]

$
0
0

Annyeonghaseyo

Aku cuma mau bilang semoga kalian suka sama we are twins ini hehe pokoknya jangan lupa komen ya, oh iya chap 2 belum ada konfliknya ya tapi akan mulai ada koflik(?) all of this story just kyuyoung moment. Setelah we are twin nanti aku punya ff nc long story, ga terlalu long sih tapi (?)

Title : We Are Twins/ Chapter 2

Cast and Pair : Cho Kyuhyun dan Choi Sooyoung.

Warning :OOC, mungkin ada typo, umur tidak sesuai, tema umum

Disclaimer : Cast milik dirinya sendiri (namun masih tanggung jawab orang tua dan dibawah naungan Tuhan), Super Junior dan SNSD teken kontrak sama SM Entertainment. Saya hanya pinjam nama dan karakter. Fanfict ini murni pemikiran saya chovenna dan diedit oleh barbiekim(?).

Thank you ^^

Okay! Gidaehaedo joha, Let’s Go !

Happy reading ^^

.

Sooyoung bergegas menuju lift dengan perasaan tak menentu. Tangannya saling menggenggam dan bergerak gelisah. banyak pertanyaan berputar dalam benaknya sekarang. Kenapa Cho Yongjae sajangnim memanggilnya? Kesalahan apa yang dibuatnya? Apa yang akan terjadi setelah ini? Sooyoung memijat keningnya pelan, menekan angka 25 yang terdapat di lift. Memandang kosong kedepan. Ada apa sebenarnya?

Matanya spontan membulat mengingat sesuatu? Apa dia sudah ketahuan? Oh, ingin rasanya Sooyoung lari dan pulang ke rumahnya. Namun kenyataan berkata lain. lift sudah terbuka dan Sooyoung harus menghadapinya.

Gadis bermarga Choi itu melangkahkan kakinya perlahan ketika sampai di lantai 25. Lorong yang dia lalui terasa sangat panjang dan dia tak suka itu. Meski lututnya sedikit bergetar, bibirnya masih sanggup menyunggingkan senyum kaku ketika bertemu beberapa orang yang tak ia kenal. Karena berbeda lantai dan berbeda direksi dengannya.

Gadis cantik itu sampai didepan sebuah pintu paling besar di tengah ruangan lantai 25 itu. Tangan kirinya mengelus perutnya yang terasa sedikit mulas karena gugup. Telapak tangannya berkeringat. Punggungnya menegang dan keringat dingin dengan ganasnya mampir disana.

“Seperti pintu ruang kerja appa.” Gumamnya pelan.

Seraya menghela nafas agar tenang, tangan kanannya menyentuh gagang pintu dari kayu mahoni itu, lalu mendorong pelan dengan badannya. Tersenyum tulus ketika ia bertatapan dengan lelaki paruh baya yang tengah menunggunya meski gugup masih mendominasi. Sooyoung mengenal Cho Yongjae karena sempat bertemu beberapa kali dengannya jika ada acara bisnis di perusahaan ayahnya. Cho Yongjae, ayah Kyuhyun. Seorang pria dengan umur lebih dari setengah abad. Perawakannya tak jauh berbeda dengan ayahnya, Choi Siwon. Tipikal pria berwajah ramah dengan aura tenang dan penuh kebijaksaan layaknya seorang kepala keluarga.

“Silahkan masuk, Yoora-ssi.”

“Annyeonghaseyo, sajangnim.”

Sooyoung membungkukkan badannya memberi salam setelah menutup pintu. Namun saat salam yang Sooyoung berikan belum usai tiba-tiba pintu besar itu terbuka, membuat Sooyoung terdorong maju dan jatuh tersungkur karena keseimbangannya hilang. Ayah Kyuhyun yang melihat kejadian itu melangkah maju membantu Sooyoung berdiri. Kyuhyun yang baru memasuki ruangan ayahnya itu dengan wajah yang tidak tau apa-apa turut membantu Sooyoung. Cho Yongjae mempersilahkan kedua manusia berbeda jenis untuk duduk terlebih dahulu agar suasana menjadi lebih tenang.

“Maafkan aku, Yoora-ssi. Aku tak tau kau dibelakang pintu.”

“Gwaenchanayo, sajangnim.”

Gadis itu menjawab permintaan maaf Kyuhyun dengan kesalnya, ia merasa sangat malu pada ayah Kyuhyun. Sooyoung melirik Kyuhyun tajam, Kyuhyun yang tidak tau harus bagaimana hanya bisa menggaruk tengguknya yang sama sekali tidak gatal.

“Aku memanggil kalian kemari karena ini ada hubungannya dengan kerjasama internasional kita di Perancis. Kalian berdua akan aku kirim ke Perancis selama satu minggu untuk mengadakan pengkajian kerjasama ini.”

“Mworagoyo sajangnim? Perancis?” Sooyoung terlihat tak mampu menahan suaranya untuk sedikit meninggi. Sesaat dia sempat bersyukur bahwa penyamarannya belum terbongkar.

“Ne, Yoora-ssi. Apa kau keberatan?”

Kyuhyun menginjak kaki sooyoung sebagai tanda untuk gadis bermarga Choi itu supaya menyetujui apa yang ayah Kyuhyun katakan. Kepala gadis itu sedikit menengok ke arah Kyuhyun ketika ia merasakan kakinya sakit karena di injak.

“Aniyo, sajangnim. Saya hanya sedikit kaget. Kapan kami akan berangkat sajangnim?” Sooyoung berusaha menutupi keterkejutannya dengan tetap memberikan senyum profesionalnya. Ingatkan Sooyoung bahwa dia masih di kantor dan pelaku penginjak kakinya adalah atasannya. Gadis itu berharap masih ada sisa kesabaran sebelum dia meledak nantinya.

“Kalian berdua bisa berangkat lusa. Pihak perusahaan Perancis sudah mempersiapkan segalanya.” Yongjae beralih pada Kyuhyun yang duduk di samping Sooyoung. Bagaimana Kyu?”

“Ne appa. Apa kah ada yg lain yang harus kita persiapkan untuk di Perancis nanti?” Pria itu terlihat tenang.

Melihat ketenangan yang Kyuhyun berikan, mata Sooyoung menyipit. Sooyoung curiga bahwa sepertinya Kyuhyun sudah mengetahui rencana perjalanan bisnis ini.

“Tidak ada. Kalian bisa kembali bekerja sekarang.”

Sooyoung dan Kyuhyun beranjak pergi dari ruangan itu setelah sebelumnya berpamitan. Kyuhyun berjalan di depan Sooyoung yang sedang menutup pintu ruangan kerja Cho Yongjae. Mengetahui dirinya tak dihiraukan oleh Kyuhyun, Sooyoung berlari kecil menyusul pria itu lalu memukul keras punggung Kyuhyun dengan tangannya yang ramping.

“Ya! Choi Yoora. Kenapa kau memukulku?”

“Itu karena kau membuatku malu didepan ayahmu.” Sooyoung berjalan dengan kesal di samping Kyuhyun. Beriringan menuju lift diujug lorong.

“Aku kan sudah katakan bahwa aku tidak tau kau ada dibelakang pintu.”

Lagi-lagi Sooyoung memukul punggung Kyuhyun, Lelaki bermarga Cho itu kini berbalik menghadap Sooyoung mengangkat tangannya dan melayangkan jitakan kecil ke arah kepala Sooyoung.

Gadis berkaki jenjang itu dengan refleks memegang kepalanya dan memberika death glare pada sajangnimnya itu.

“Wae? Itu tak sesakit pukulanmu padaku, Nona Choi. Kau tahu, tenagamu bahkan seperti pekerja bangunan.”

Kyuhyun melenggang dengan santainya. Menekan tombol lift dan masuk kedalamnya ketika pintu otomatis itu terbuka. Meninggalkan Sooyoung yang masih terpana tak percaya akan ucapannya berusan. Pria itu sempat tertawa kecil. Sebelum akhirnya sedikit berteriak untuk mengembalikan pikiran Sooyoung yang entah menghilang kemana.

“Ya! Kau mau masuk atau tidak?”

Sooyoung tergagap sesaat. Agaknya pikiran gadis itu sudah kembali ke bumi. Kata-kata ‘pekerja bangunan’ benar-benar sanggup membuat kesadarannya menghilang barang sebentar. “Aissh. Kau itu bisa tidak lembut dengan wanita, sajangnim?”

Kyuhyun yang terlalu menyadari perubahan Sooyoung itu menggeleng pelan dan tertawa kecil. Lelaki itu terlihat mulai tertarik dengan gadis cantik di sampingnya, Dengan gadis yang ia kira bernama Choi Yoora yang kini bersikap terbuka dan lebih bisa mengekspresikan dirinya ketimbang Choi Yoora yang pemalu dan selalu mengiyakan permintaannya.

“Kenapa tertawa Cho Kyuhyun sajangnim? Ada yang lucu?” Gadis itu kini mempoutkan bibirnya sambil sedikit mengguncangkan kaki pelan. Masih berpikir bahwa Kyuhyun menertawakan kebodohannya tadi.

“Memang ada pengaruhnya jika aku lembut kepadamu, Choi Yoora-ssi?” Pria itu mengerling jenaka dengan senyum geli.

“Aniyo. Kau akan terlihat sama mengesalkannya bagiku walaupun kau bersikap lembut.” Sooyoung berpura-pura bergidik ngeri karena ucapannya sendiri.

“Kau juga mengesalkan. Kau tau itu?”

“Kau lebih mengesalkan, Tuan Cho.” Sooyoung tak mau kalah.

TING

Pintu lift yang terbuka membuat dua manusia yang tengah berdebat itu tutup mulut lalu keluar dan melangkah beriringan menuju ruang kerja mereka masing-masing.

“Choi Yoora gadis pemalu yang selalu mengiyakan permintaanku setelah 2 hari mengilang dan kembali mengapa jadi gadis yang mengesalkan.” Gumam Kyuhyun.

Sooyoung yang mendengarkan perkataan Kyuhyun yang begitu tiba-tiba itu mendongak kaget. Jantungnya berdetak degan cepat karena Kyuhyun terlihat menyadari sesuatu. Gadis itu takut Kyuhyun mengetahui kenyataan sebenarnya bahwa dia adalah Choi Sooyoung. Sooyoung menggeleng kuat dan menampik pikiran negatifnya.

“Kau sebegitu memperhatikanku, sajangnim?”

“Nuguya? Aku? Kau itu terlalu besar kepala, Yoora-ssi.” Kyuhyun terlihat tak percaya akan ucapan bawahannya itu. Setelah merasa terkejut dengan perubahan sifat Sooyoung -Yoora, menurut Kyuhyun- kini pria itu terkejut dengan pemilihan kata sang bawahan yang lain dari biasanya.

“Buktinya kau bisa berkata seperti tadi. Padahal menurutku aku tak berubah sedikitpun.” Sooyoung melangkah ringan dengan mata yang masih memandang lurus ke depan.

Kyuhyun membalikkan badan Sooyoung supaya berhadapan dengannya, menyintil dahi Sooyoung sambil tersenyum. Menyampingkan perubahan Sooyoung, Kyuhyun memandang wajah gadis itu dengan seduktif untuk mencari-cari kekurangan diwajahnya. Namun yang ia temukan hanyalah kekaguman pada Sooyoung. Kini Kyuhyun merasa semakin tertarik pada gadis itu.

Sooyoung yang juga memandang Kyuhyun merasa jika lelaki didepannya ini tampak sangat tampan. Hatinya sedikit bergetar ketika jemari Kyuhyun menyentil dahinya pelan bahkan sajangnimnya itu tersenyum padanya. Pipi gadis itu merona merah lagi. Mulutnya bahkan sempat terkunci beberapa saat.

“Pipimu mengapa memerah, Nona kepala besar? Kau menyukaiku ya?” ujar Kyuhyun sambil tertawa.

“Ya! Sudahlah sajangnim aku kembali ke ruanganku sekarang.”

Sooyoung meninggalkan Kyuhyun yang masih tertawa, berjalan dengan cepat sambil menepuk-nepuk pipinya agar warnanya kembali normal.

“Mengesalkan sekali sajangnim itu.”

Gadis tinggi itu kini sudah memasuki ruang kerjanya dan langsung mendudukan diri di atas meja kerja Taeyeon.

“Kyuhyun sajangnim memang kelakuannya seperti setan saja.”

“Ada apa lagi dengan kalian berdua hah?” Taeyeon memutar maniknya bosan. Gadis cantik itu tak merasa risih pekerjaannya terganggu dengan kedatangan Sooyoung yang mengklaim meja kerjanya sebagai kursi.

“Kau tahu, Taeyeon-ah? Lusa aku akan pergi ke Perancis bersama Kyuhyun sajangnim. Bukankah itu menyebalkan?” Sooyoung melipat kedua lengannya di dada. Wajahnya mengernyit kesal dengan aura gelap yang menyeramkan.

“Jeongmallyo? Berapa lama kau disana? Apakah ini ada hubungan dengan kontrak kerja kemarin?” Berkebalikan dengan Sooyoung, kedua mata Taeyeon justru berbinar cerah. Dalam hati gadis itu bersiap untuk menyebarkan berita ini saat istirahat siang nanti. Seringaian muncul di bibir Taeyeon.

“Hanya satu minggu, Taeyeon-ah. Cho Yongjae sajangnim yang memintanya.” Kedua lengan Sooyoung terhempas pasrah di sisi tubuhnya. Matanya terpejam dengan wajah lelah yang menghadap langit-langit kantor. Mengeluh adalah satu-satunya hal yang Sooyoung inginkan. “Oh, ini bisa membuatku gila!”

Mengacuhkan Sooyoung yang berkeluh kesah, Taeyeon sudah berada di dunia mimpinya sendiri. “Itu pasti sangat menyenangkan, Yoora-ssi. Kau bisa melihat negara paling romantis itu. Aku iri padamu. Sungguh. Apalagi kau pergi bersama Kyuhyun sajangnim. Kau jangan melupakan oleh-oleh untukku.”

“Ne.” Sooyoung membalas bosan seraya mengangkat bahunya. Gadis itu memang tidak terlalu tertarik dengan Perancis karena ini sudah akan menjadi kesekian kalinya ia mengunjungi negara itu.

Taeyeon yang mendapatkan respon tak mengenakkan dari Sooyoung hanya bisa berdecak kesal. “Kau itu tak antusias sekali. Seperti sudah pernah kesana saja.”

.

.

Choi Yoora membuka pelan pintu kamar kakak kembarnya. Sooyoung terlihat sedang duduk di depan cermin sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sooyoung yang melihat adiknya dari pantulan cermin masuk kedalam kamarnya dengan tersenyum penuh arti itu mengeluarkan ekspresi wajah penuh pertanyaan.

Yoora yang tahu kakaknya sudah menyetujui dirinya untuk masuk segera berlari menghempaskan badannya ke atas ranjang di mana kakaknya biasa tidur.

“Sesekali aku ingin tidur disini lagi.” Yoora memejamkan mata menyesap udara kamar Sooyoung yang selalu terasa menenangkan.

Sooyoung membalikkan badannya menghadap Yoora, menghela nafasnya lalu beranjak duduk di samping adiknya.

“Tidurlah disini kalau kau mau.”

Yoora hanya tersenyum lebar mendengar jawaban kakaknya, lalu merangkulkan tangannya ke pundak Sooyoung.

“Unnie, bagaimana keadaan kantor hari ini?”

“Semuanya baik-baik saja. Yoora-ah, lusa aku mendapatkan tugas ke Perancis bersama Kyuhyun sajangnim.” Sooyoung masih menggerakkan handuk di kepalanya. Berharap sisa-sisa air yang menempel di kepalanya meresap dalam jalinan kain lembut itu.

“Ne?”

“Ini atas perintah Tuan Cho, jadi aku tak mungkin menolaknya.”

“Tuan Cho?”

Sooyoung mengangguk. “Cho Yongjae sajangnim.”

Yoora terdiam dan menidurkan badannya dengan menyilangkan tangannya dibawah kepala sambil melihat ke langit-langit kamar Sooyoung. Beberapa detik hening menyelimuti kamar itu.

“Sebenarnya aku merasa iri padamu bisa pergi dengan Kyuhyun sajangnim. Namun mau bagaimanapun aku yang menginginkan semua ini.”

“Hei. Aku bisa membatalkannya jika kau tak setuju, Yoora-ah. Aku akan minta tolong appa.” Sooyoung merasa tak enak dengan apa yang terjadi. Gadis itu berdiri dan menyimpan handuknya lalu kembali duduk di samping Yoora. “Sepertinya kau menginginkan perjalanan ini.”

“Aniya unnie, appa akan marah padamu karena melepas tanggung jawabmu. Aku tak apa. Ini kan hanya sebuah perjalanan kantor.” Yoora tersenyum menenangkan.

“Benarkah?”

“Ne. Unnie, bagaimana Kyuhyun sajangnim? Dia baik bukan?” Yoora mengalihkan pembicaraan. Gadis itu duduk dengan tiba-tiba membuat ringisan kecil keluar dari bibirnya. Punggungnya masih sedikit nyeri jika dia bergerak terlalu cepat.

“Pelan-pelan!” Sooyoung panik sesaat. Lalu kembali berdecak kesal mengingat atasannya di kantor. “Untukku dia tetap sajangnim yang menjengkelkan. Aku memukulnya dua kali hari ini.”

“Mwo? Ya Choi Sooyoung berbaik-baiklah dengan dia. Ingat juga yang dikatakan appa.” Geram Yoora. Matanya membulat tak percaya dan kesal bersamaan.

“Arreseo, Nyonya Cho.” Sengaja Sooyoung menggoda adiknya.

“Unnie!” Yoora merona yang segera dibalas tawa oleh Sooyoung.

Melihat kelakuan adiknya yang sedang jatuh cinta itu membuat Sooyoung sedikit berfikir kapan dia akan merasakan jatuh cinta lagi. 3 tahun bukan waktu yang sebentar sejak ia putus dengan mantan kekasihnya. Sooyoung mulai merasa merindukan dirinya ketika jatuh cinta seperti dulu. Namun entah kenapa ketika gadis itu berfikir tentang jatuh cinta yang terbanyang adalah Cho Kyuhyun, lelaki yang di sukai oleh adik kembarnya.

.

.

Sudah satu jam Sooyoung dan Choi Siwon menunggu dibandara. Kini jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi sedangkan orang yang ditunggu Sooyoung dan ayahnya, Choi Siwon, belum juga menampakkan batang hidungnya.

“Appa, eotte? Haruskah aku berangkat sendirian? 1 jam lagi pesawatku take off.” Sooyoung terlihat khawatir. Berkali-kali dia melirik jam tangannya.

“Kyuhyun sebentar lagi pasti datang, Sooyoungie.” Siwon terlihat sabar dan coba menenangkan.

“Appa, jangan sampai lupa aku disini Yoora bukan Sooyoung, arraseo?” Sooyoung kembali mengingatkan. Dia tak mau penyamarannya terbongkar setelah beberapa saat mampu mengelabui Kyuhyun dan teman-teman kantornya.

“Yes bos.” Siwon mengangguk paham dengan senyum menawannya.

“Arraseo appa, aku akan membeli minum sebentar ne.”

Baru saja Sooyoung pergi meninggalkan ayahnya, Cho Kyuhyun datang bersama Cho Yongjae dan istrinya. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, Cho Jieun, menggandeng lengan suaminya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. Kedua lelaki paruh baya yang bersahabat itu saling berpelukan setelah beberapa minggu ini tak bertemu karena kesibukan masing-masing.

“Maafkan Kyuhyun, dia terlambat bangun. Anak itu memang keterlaluan. Dimana Yoora?” Yongjae tersenyum tak enak seraya menepuk bahu Siwon.

“Tak apa Yongjae-ah, Yoora sedang pergi membeli minuman.” Siwon masih saja tersenyum. Merasa senang bertemu dengan sahabatnya.

“Istrimu dan Sooyoung tak ikut, Siwonnie?” Jieun bertanya setelah berpelukan ringan dengan Siwon.

“Sooyoung sedang sakit jadi Tiffany harus menjaganya dirumah.”

“Benarkah? Sakit apa anak itu? Aku sudah lama tak melihat anakmu yang cantik itu, Siwonnie” Jieun sedikit sedih mendengar gadis cantik yang dicarinya tengah dalam keadaan tak sehat.

“Cidera tulang punggung karena mengalami kecelakaan.” Siwon merapatkan jaket kulit hitamnya. Cuaca sedikit dingin saat ini. Angin berhembus cukup kencang dan mereka berada di ruangan terbuka.

“Jeongmallyo? Kenapa kau tak mengatakan itu pada kami. Setelah pulang dari sini kita akan menjenguk Sooyoung.” Jieun menatap suaminya meminta persetujuan.

Kyuhyun yang merasa bingung dan penasaran dengan apa yang dikatakan ayah dan ibunya dengan Siwon hanya bisa duduk sambil memainkan ponselnya. Ketika ibunya duduk disebelahnya, lelaki itu mempunyai kesempatan untuk bertanya tentang Sooyoung, gadis yang sedari tadi orangtuanya bicarakan.

“Omma, Sooyoung nuguseyo?” tanya Kyuhyun sambil berbisik.

“Sooyoungie? Yoora mempunyai kakak kembar, Kyu. Namanya Choi Sooyoung.” Jieun mengangkat tangan untuk menyentuh poni anaknya yang terlihat tak begitu rapi.

Kyuhyun hanya menganggukkan kepala tanda mengerti tanpa ada rasa ingin tau lebih jauh tentang gadis yang baru saja ia tanyakan pada ibunya dan kemudian kembali berkutat dengan ponselnya.

Sooyoung yang melihat dari kejauhan Kyuhyun dan orangtuanya sudah datang segera berlari menghampiri mereka, memberikan senyum terindah yang gadis itu miliki.

“Annyeonghaseyo.” Sooyoung membungkuk untuk menyapa.

“Annyeong Yoora-ssi.” Jawab Cho Yongjae. Senyumnya mengembang melihat putri sang sahabat yang begitu bersinar di matanya.

“Kau terlihat sangat cantik, Yoora. Sama seperti kakakmu. Sudah lama aku tak bertemu kalian.” Ujar Cho Jieun sambil memeluk Sooyoung.

“Khamsahamnida, ommonim” Sooyoung membalas pelukan Jieun.

Kedua keluarga itu banyak berbincang untuk menghabiskan waktu sampai Kyuhyun dan Sooyoung sudah dipanggil masuk kedalam pesawat.

“Kalian bekerjalah disana dengan baik.” Pesan Siwon. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Sooyoung. Tak lupa mencium dahi anaknya. “Hubungi appa jika kau butuh sesuatu.”

Kyuhyun berjalan disamping Sooyoung saat melewati lorong menuju pesawat. Melirik gadis disebelahnya yang baru pertama kali lelaki itu lihat tanpa menggunakan baju kantornya. Celana jeans biru yang pas dikakinya yang jenjang kemeja putih tipis yang dipadukan dengan blazzer pink bunganya. Tak ketinggalan tas bermerk Channel berwarna pink dan highheels yang membuat kakinya terlihat seksi.

“Kau itu sudah tinggi masih saja menggunakan highheels.” Kyuhyun mencari topik pembicaraan. Tak nyaman rasanya ditinggal berdua dan hanya berdiam diri. Mulut Kyuhyun terasa gatal jika tidak menyela atau mengejek gadis di sampingnya itu.

“Karena ini adalah perjalanan kantor aku dituntut untuk tetap rapi, Cho Kyuhyun sajangnim.” Sooyoung berusaha menjawab dengan kepercayaan diri. Mengerti jika Kyuhyun sengaja mencari-cari sesuatu yang di rasa pria itu kurang pas.

Seorang pramugari cantik menyapa mereka ketika sampai didalam pesawat, menunjukan tempat duduk kelas Eksekutif dan menyuguhkan satu gelas jus apel sebelum pesawat lepas landas.

“Yoora-ssi, aku baru tau kalau kau memiliki saudara kembar.” Kyuhyun bertanya seraya mengeratkan seatbelt di pinggangnya. Sejenak mengucapkan terima kasih saat seorang pramugari menawarkan bantuan yang dengan rendah hati Kyuhyun tolak.

“Ah ne. Namanya Choi Sooyoung. Kau tau dari appaku?” Sooyoung mengambil gelas jus dan meminum isinya. Pembicaraan mereka cukup beresiko dan Sooyoung harus bisa mengatur kata-katanya dengan baik.

“Aniya, ayah dan ibuku tadi membicarakannya.” Kyuhyun mengambil gelas jus keduanya lalu menyerahkannya pada pramugari yang lewat.

Sooyoung tersenyum kaku mendengar jawaban Kyuhyun. Sekarang Kyuhyun mengetahui kalau Yoora memiliki saudara kembar dan Sooyoung harus menutupi identitas dirinya selama setidaknya satu bulan ini.

“Silahkan kencangkan sabuk pengaman anda beberapa saat lagi pesawat akan lepas landas.” Terdengar suara pramugari berbicara dari microphone pesawat.

“Kau terlihat cantik hari ini.” Kyuhyun bergumam kecil, meski Sooyoung yang sedang membenarkan sabuk pengamannya itu sempat mendengar perkataan Kyuhyun. Dan itu jelas membuat muka Sooyoung merona merah.

Tak mau menghiraukan apa yang dikatakan Kyuhyun kini gadis itu memasang earphonenya dan memejamkan matanya untuk menormalkan detak jantungnya yang berdetak luar biasa kencangnya. Tangan kanannya ia kibaskan didepan wajahnya yang terasa panas karena malu padahal pendingin didalam pesawat sudah cukup dingin.

Namun nyatanya itu tak mampu menahan keinginannya untuk tetap berinteraksi dengan Kyuhyun. Entahlah. Sooyoung tak bisa berkonsentrasi pada lagu yang sedang ia dengarkan. Gadis itu ingin sekali rasanya mengobrol dengan sajangnimnya itu. Ia melepaskan earphonenya dan memandang Kyuhyun sebentar sebelum mulai membuka mulutnya.

“Sajangnim, apa kau tak pernah merasa lelah selalu bekerja setiap hari?”

“Lelah pasti, tapi kalau aku merasakan bahwa aku lelah itu akan menghambat pekerjaanku. Diibaratkannya bahwa aku tak punya waktu untuk lelah.” Kyuhyun menyamankan kepalanya di sandaran kursi.

“Aku juga sama seperti itu. Kalau aku dan saudaraku menjadi gadis pemalas yang hanya bisa memakai uang appaku pasti ia akan sangat sedih. Karena itu kami berdua sepakat walaupun kami harus bekerja setiap hari setidakya sedikit demi sedikit kami dapat membalas apa yang appa dan omma berikan.” Sooyoung mengingat apa yang dia dan Yoora bicarakan beberapa tahun yang lalu. Keluarganya memang cukup berada. Namun tak akan bijaksana jika Sooyoung dan Yoora hanya bisa menikmati dan menonton kerja keras ayahnya.

Kyuhyun mengulurkan tangannya ke arah gadis yang berada disebelahnya, mengacak pelan rambut gadis itu dan beberapa kali menepuknya sambil tersenyum ke arah gadis cantik itu. “Kau bisa juga menjadi bijak Yoora-ssi.”

“Aku selalu bijak, tuan Cho Kyuhyun.” Sooyoung tersenyum. Senyuman yang dia harapkan mampu menutupi rona di pipinya.

“Kau itu sok bijak Yoora-ssi.”

“Hei, berbicaralah non-formal denganku. Kita ini seperti orang yang baru kenal saja. Panggil aku Yoora.” Sooyoung mencoba mendekatkan diri dengan Kyuhyun. Setidaknya ini akan mampu membuat Sooyoung nyaman di bandingkan harus selalu menetralkan detak jantungnya yang berdebar tak menentu jika berdekatan dengan Kyuhyun.

“Hmmm… Kalau begitu kau juga boleh memanggilku Kyuhyun,Yoora-ah.”

Sooyoung tersenyum lebar mendengar Kyuhyun memanggilnya begitu. Sepertinya jarak diantara kedua manusia berbeda jenis itu semakin memudar. Hal yang bagus bukan?

.

Kyuhyun dan Sooyoung baru saja turun dari sebuah taksi didepan sebuah hotel mewah dengan plang nama Four Seasons George V Hotel di pusat kota Perancis. Ini memang kali ketiganya Sooyoung pergi ke paris namun ia biasa menginap Ritz Hotel. Memang kedua hotel itu mempunyai fasilitas yang sama namun bagi Sooyoung hotel yang ia tempati kini terlihat lebih seperti istana di serial televisi kesukaannya waktu masih kanak-kanak.

“Aku sangat suka hotel ini. Aku bagaikan tinggal di istana.” Sooyoung mengedarkan pandanagannya dengan tatapan kagum.

Kyuhyun meninggalkan Sooyoung masuk kedalam hotel, memberikan koper mereka ke salah seorang bellboy disana.

“Cho Kyuhyun.”

Kyuhyun dan Sooyoung yang mendengar suara seseorang lelaki memanggil nama Kyuhyun segera melihat ke arah dimana suara itu berasal. Seorang pria tampan yang tidak terlalu tinggi dengan kemeja biru muda sedang tersenyum kearah mereka berdua.

“Hyung, apa kabarmu?” Tanya Kyuhyun sambil memeluk lelaki itu

“Aku baik-baik saja, kau apa kabar? Ini Choi Yoora rekan bisnismu?”

Sooyoung yang merasa namanya di sebut itu mengubar senyum manisnya mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan lelaki yang ternyata juga warga korea.

“Annyeong haseyo. Choi Yoora imnida.”

“Lee Donghae imnida, kau terlihat sangat cantik Yoora-ssi.” Donghae tersenyum mendapati balasan ramah dari Sooyoung.

Sooyoung hanya tersenyum mendengar ucapan Donghae. Gadis itu malu dipuji seperti itu oleh Donghae.

“Ya hyung! Kau itu sudah bertunangan jangan genit pada gadis lain.” Kyuhyun menegur dan merasa tak suka dengan ucapan Donghae.

“Aku tidak genit padanya, lagipula kenapa kau yang marah hah? Dia saja tidak keberatan.” Donghae tersenyum jahil lalu melirik Sooyoung.

Kyuhyun terdiam mengacak rambutnya frustasi menyesali perkataannya. Benarkah dirinya kesal Yoora dipuji cantik oleh lelaki lain? Entahlah. Lelaki itu sepertinya lelah sekali karena menempuh perjalanan yang sangat jauh hari ini.

“Aniya. Hyung, aku lelah bisakah kita mendapatkan kunci kamar segara.” Kyuhyun mengulurkan telapak tangannya dengan isyarat meminta.

Donghae tersenyum mengejek pada Kyuhyun. Lelaki itu merogoh kantong celanannya, mengambil 2 amplop kunci kamar yang sudah dipersiapkan. Tak kuasa melihat wajah lelah Kyuhyun yang menurutnya menyeramkan jika terus dibiarkan tanpa istrirahat.

“Beristirahatlah. Besok siang aku akan kemari lagi menjemput kalian.” Diserahkannya amplop itu pada Kyuhyun yang sudah sangat memerlukan bantuan. Lihatlah. Punggung pria itu tak lagi tegap. Matanya sayu dan sudut bibirnya menurun. Membuat Donghae ingin tertawa.

“Khamsahamnida, Donghae-ssi.”

Sooyoung memberi salam pada Donghae, lelaki itu membalasnya dengan lambaian tangan dan pergi meninggalkan Sooyoung dan Kyuhyun.

“Kau kenal baik dengannya, Kyu?” Sooyoung bertanya saat dirasanya sudah agak jauh dari Donghae.

“Ya, aku dan dia bersahabat. Ayahnya memiliki perusahaan disini dan dia memutuskan untuk tinggal disini.” Kyuhyun menjawab tanpa minta. Perhatiannya teralihkan sepenuhnya pada langkah kakinya yang ingin cepat-cepat sampai ke kamar.

“Dia terlihat seperti lelaki yang sangat baik hati.” Sooyoung menerawang seraya tersenyum.

“Aku juga lelaki yang baik hati.” Kyuhyun tak mau kalah. Merasa tersaingi, Cho Kyuhyun?

Perut Sooyong rasa mulas ketika mendengar ucapan Kyuhyun. Gadis itu memberikan death glare pada lelaki disampingnya. Kyuhyun yang merasa ucapannya benar tidak terima dengan death glare yang Sooyoung berikan.

“Waeyo? Itu kenyataannya Yoora-ah.” Kyuhyun membela diri.

Sooyoung berdecak. “Kau itu lelaki mengesalkan, Cho Kyuhyun.”

Kyuhyun menggeleng pelan, lalu menarik tangan Sooyoung. Berjalan dengan cepat menuju kamarnya karena sudah sangat lelah. Lelaki itu tidak mau melanjutkan perdebatan tidak pentingnya dengan gadis itu.

“Ya! Aku bisa jalan sendiri.”

Ucapan Sooyoung tak mendapat respon apapun. Gadis itu akhirnya menyerah membiarkan Kyuhyun menggandeng tangannya dan hanya bisa mengimbangi jalan Kyuhyun yang cepat dengan highheelsnya itu. Sooyoung merasa jantungnya kembali berdetak tak normal karena kulit tangannya bersentuhan dengan kulit tangan Kyuhyun.

.

.

Melihat suasana malam di kota Paris memang paling didambakan oleh setiap orang. Melihat menara eiffel yang diterangi sinar lampu dan melihat pasangan yang saling bermesra di sana membuat gadis bernama Choi Sooyoung yang kini sedang menikmati makan malam di restaurant hotel agaknya tampak bosan.

“Tak bisakah kita berjalan-jalan sebentar?” Sooyoung meletakkan sendok garpunya dan menatap Kyuhyun penuh harap.

“Kita harus istirahat karena besok pekerjaan pasti menumpuk.”

“Tapi kyu, aku bosan.” Sooyoung mengeluh. Memakan lagi makan malamnya tanpa minat.

“Kau pasti sudah pernah ke Paris bukan? Lalu apa yang mau kau lihat lagi?”

“Arraseo Tuan Cho.”

Sooyoung yang merasa kesal dengan Kyuhyun hanya mengacak-acak makanannya. Dirinya yang memang suka makan itu kini merasa sangat kenyang. Gadis itu berfikir setelah makan akan pergi sendirian. Mungkin melihat Sungai Seine pada malam hari bukan suatu hal yang buruk. Toh dia sudah pernah ke Paris sebelumnya sedikit banyak gadis itu tahu bagaimana Paris.

Kyuhyun dan Sooyoung yang sudah menyelesaikan makan malamnya segera beranjak dari restaurant. Namun gadis bernama Choi Sooyoung itu bukannya menuju arah lift tetapi menuju ke lobi hotel. Kyuhun yang menyadari kelakuan aneh Sooyoung itu mengerutkan keningnya.

“Choi Yoora, arah lift kemari.”

Sooyoung tak mau menghiraukan Kyuhyun. Gadis itu sangat kesal dengan lelaki yang yang bernama Cho Kyuhyun itu.

“Aku akan jalan-jalan. Kau saja tidur sana.” Teriak Sooyoung tanpa sedikitpun berhenti berjalan.

Lobi hotel itu terlihat sangat ramai. Sooyoung memberikan senyumnya kepada seorang security dihotel itu. Gadis itu perlu bantuan orang lain untuk memanggil taksi dan pergi ke sungai Seine.

Excusme sir, I wanna go to Seine. Can you help me to call a taxi?”

“Yes, Miss. Wait a minute.”

Benar dugaan Sooyoung, tak salah ia memilih tempat itu untuk berjalan-jalan malam ini. Gadis itu melangkahkan kakinya di pinggir jembatan Pont des Art. Lampu lampu yang menerangi jembatan itu terlihat sangat menarik bagi Sooyoung, Ia berdiri disalah satu sisi pinggir jembatan itu jemarinya menyentuh gembok-gembok cinta yang terpasang di jembatan itu. Ia memejamkan matanya, menghirup kuat-kuat udara Paris malam itu. Lalu mengeluarkan kekesalannya pada Cho Kyuhyun yang tak mau menemaninya.

“Sudah puas, Nona Choi?”

Suara Kyuhyun terdengar jelas disamping Sooyoung. Gadis itu membuka matanya mendapati Cho Kyuhyun sedang berdiri di sampingnya sedang memandang ke arah Sungai.

“Kau mengikuti ku hah? Tadi kau bilang tak mau pergi.” Sooyoung sempat memegangi dadanya. Tak mampu menutupi keterkejutannya melihat Kyuhyun kini ada bersamanya.

“Mana mungkin aku membiarkan seorang gadis pergi sendirian malam-malam begini, apalagi gadis itu tak tau negara ini.” Kyuhyun tak mau mengalihkan pandangannya dari permukaan sungai yang berkilauan bagai permata karena diterpa lampu kota.

“Kalau kau khawatir padaku kenapa menolak ajakanku hah?” Sooyoung masih belum mengerti pemikiran Kyuhyun. Jika pria itu merasa lelah, bukankah seharusnya dia berisitirahat di kamar hotel yang nyaman? Lagipula jelas-jelas tadi Kyuhyun menolak untuk berjalan-jalan.

Kyuhyun tak menjawab pertanyaan Sooyoung. Lelaki itu tetap memandang lurus kedepan pada sungai yang arusnya mengalir dengan tenang. Beberapa saat suasana diantara keduanya hening, mereka terhanyut pada pikiran masing-masing.

Entah kenapa Sooyoung sempat berfikir bahwa suatu saat ia ingin datang kemari lagi bersama Kyuhyun, memandang sungai Seine pada malam hari sambil bergandengan tangan.

“Ayo pulang Yoora-ah. Ini sudah malam dan semakin dingin, nanti kau sakit.”

Sooyoung juga merasakan bahwa angin malam mulai menembus hingga ke tulangnya, lalu melangkahkan kakinya perlahan dan menepuk punggung Kyuhyun mengisyaratkan bahwa gadis itu menyetujui ajakan Kyuhyun untuk pulang.

.

Sinar matahari mulai berada persis di atas kepala ketika Sooyoung dan Kyuhyun sedang menikmati makan siang mereka dipinggir pantai buatan ditengah kota Paris. Tak lupa ada Donghae disana. Menepati janji pria itu untuk menemui keduanya saat siang.

“Bagaimana pekerjaan kalian hari ini, apakah berjalan baik?”

“Ne, mereka semua membantu kami dengan sangat luar biasa sabarnya.” Jawab Sooyoung

“Kalian beruntung bisa bekerja sama dengan Tuan Orlando.”

“Yah, seberuntung apapun itu masih lebih nyaman bekerja dinegara sendiri.” Ujar Kyuhyun

“Kyuhyun-ah Yoora-ah, Tunanganku mengajak kalian makan malam hari ini. Apakah kalian mau?” Donghae meraih gelas kacanya dan meminum air mineralnya.

Wajah Sooyoung terlihat sumringah, itu artinya gadis itu nanti malam tak hanya akan berdiam diri didalam kamarnya. Tanpa berfikir panjang gadis itu menganggukkan kepalanya tanda setuju. Donghae yang melihat reaksi Sooyoung tertawa lepas dan sempat melirik Kyuhyun yang hanya menggeleng heran.

.

“Kyu, apa aku sudah cantik?”

Sooyoung bertanya pada Kyuhyun sambil merapihkan dress satin berwarna birunya. Dress itu begitu cantik melekat di tubuhnya. Membalut tubuh tinggi Sooyoung tanpa meninggalkan aura sopan khas wanita Asia. Lengan dressnya hanya mencapai siku. Bagian bawah dressnya hampir mencapai lutut.

“Kau selalu terlihat cantik Yoora-ah.” Kyuhyun memuji tulus. Pria itu sendiri memakai jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Dasi kupu-kupu yang Kyuhyun pakai menyempurnakan penampilannya saat ini.

“Tumben kau baik padaku sajangnim.”

“Sudah kubilang aku selalu baik padamu. Ayo cepat. Donghae sudah menunggu dilobi.”

Sooyoung yang merasa senang malam itu dengan tidak berfikir panjang berjalan disamping Kyuhyun dan mengkaitkan tangannya di tangan Kyuhyun. Lelaki bernama Kyuhyun itu memandang tangannya lalu pandangannya beralih ke Sooyoung. Gadis itu hanya tersenyum tanpa dosa kepada Kyuhyun.

“Annyeong Donghae-ya. Dimana tunanganmu?” Tanya Sooyoung sesampainya mereka di lobi. Matanya melihat keseliling melihat-lihat siapa tau ada wanita yang berasama Donghae.

“Dia tidak disini, sudah menunggu di restaurant. Ngomong-ngomong kalian bergandengan hah?” Tanya Donghae mnggoda. Senyumnya yang jahil menghiasi wajahnya yang tampan.

“Aniya, Yoora yang menggandengku.” Bantah Kyuhyun. Namun pria itu tak melepaskan kaitan tangan Sooyoung.

“Yes, itu sebagai hadiah untuknya karena memujiku cantik.” Jawab Sooyoung sambil tertawa.

Kyuhyun tak memperdulikan apa yang Yoora katakan. Lelaki itu melepaskan gandengan tangan Sooyoung, membuat sang pemilik tangan tersenyum tanpa dosa dan memasuki mobil Donghae.

Ketiga manusia itu melangkahkan kakinya kedalam sebuah restaurant yang sangat mewah. Seorang pelayan mengantarkan ketiganya ke meja yang sudah Donghae pesan.

Sooyoung melihat siluet tubuh seorang gadis dari kejauhan, Sooyoung sudah mempersiapkan dirinya untuk menyapa gadis yang ia yakin itu adalah tunangan Donghae.

“Chagi-ya.” Ujar Donghae.

Gadis itu menoleh ke arah Donghae dan beranjak dari duduknya. Mengangga lebar ketika matanya melihat gadis yang bersama Donghae dan Kyuhyun.

“Im Yoona?” Sooyoung kaget melihat sahabatnya yang sudah lama tak ia temui berdiri tepat dihadapannya, yang membuat ia lebih kaget gadis itu notabennya adalah tunangan Donghae.

“Choi Sooyoung?”

To Be Continue

Yay! Chapter 2 akhirnya selesai, bagaimana ? memuaskan ? apakah alurnya kecepetan atau malah terlalu lambat? hehehe jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya chingudeul. Khamsahamnida. Oh iya aku iseng ganti nama babykim jadi barbiekim wkwkwk.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1445

Trending Articles