Annyeonghaseyooo
Siapa kangen aku ? wkwkwkwk “gimana nih author nipu banget deh katanya buat next part ga pake jarak seminggu ngepost eh ini malah molor lagi!” Hehehe mianhe. Entalah aku juga ga tau kenapa after lovelife nih jadi mati rasa lagi sama fanfiction, tapi tunggu aja aku sampai gairahku kembali(?) kembali lagi ne hehehe. Oke kenapa chap 5 ga di protect ? soalnya ncnya gitu-gitu aja sih /? Oke sekian pesan saya chingudeul tercintaaaa.
Okay! Gidaehaedo joha, Let’s Go!
Title : Lovelife / Chapter 5
Main Pair : Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun
Other Cast : Tiffny Hwang, Choi Siwon, Im Yoon Ah, Narin Wu
Rated : 18
Warning : NC nyempil sebentar, OoC, typo –maybe?-, umur tidak sesuai, tema umum
Disclaimer : Cast milik dirinya sendiri (namun masih tanggung jawab orang tua dan dibawah naungan Tuhan), Super Junior dan snsd teken kontrak sama SM Entertainment. Saya hanya pinjam nama dan karakter.
Please Do Not Bashing The Chara!
Thank you
Happy Reading ^^
.
.
“Kau nakal, Tuan Choi.”
Pria itu tersenyum lebar. Tak perduli dengan ranjangnya yang berantakan, dia memandang kekasihnya yang tengah menikmati permainan jarinya. Wajahnya menunduk untuk menggapai puting tegang wanitanya. Menghisapnya lembut lalu memutarkan lidahnya disana.
“Ouuhhh… Siwonnieehhh…”
Wanita itu menegang nikmat. Membusungkan dada hingga hampir separuh payudaranya tenggelam didalam mulut kekasihnya. Meremas kuat rambut hitam Siwon yang lebat, Tiffany semakin melebarkan kangkangannya. Jemari Siwon masuk semakin dalam dan tanpa henti melancarkan aksi penuh sensasi.
Pria itu tersenyum puas saat merasakan jemarinya begitu basah dengan cairan lengket milik Tiffany. Didekatinya wajah Tiffany yang masih berusaha menormalkan nafasnya yang terengah-engah.
“Saranghae.”
Dipeluknya tubuh Tiffany yang berpeluh. Merebahkan kepalanya dileher sang wanita dengan sesekali mencium bahunya lembut. Dada Tiffany yang naik turun bisa dengan jelas dirasakannya.
Siwon hendak mencium bibir Tiffany kala suara ponsel milik kekasihnya itu dirasa mengganggu. Pria itu merayap untuk meraih tas tangan Tiffany diatas lantai dan mengacaknya. Menemukan ponsel putih itu berkelap kelip dengan nama pemanggil dilayarnya.
“Kyuhyun oppa?”
Siwon mengangguk. Dia tahu Tiffany mengatur dering ponsel berbeda untuk Kyuhyun dan dirinya. Diliriknya kekasihnya yang masih terengah-engah. Mana mungkin Siwon membiarkan Tiffany mengangkat telepon dengan keadaan seperti itu.
“Ne, hyung?”
Kembali Siwon melirik Tiffany yang masih memandangnya penuh tatapan tanda tanya.
“Ya. Dia denganku. Ada apa?”
Siwon berjengit ketika merasakan jemari Tiffany perlahan memainkan juniornya yang menegak.
“Mengantarnya pulang? Ssshhh… Ini malam minggu, hyung. Aku sudah izin padamu agar Tiffany menginap di apartemenku.” Pria itu memejamkan matanya ketika kehangatan rongga mulut Tiffany menyelimuti adik kecilnya.
“Arra.” Siwon membuka mata dan menoleh sesaat pada jam dinding dikamarnya. “Setengah jam lagi. Oke?”
“Pulang?” Tanpa suara Tiffany menggerakkan kedua belah bibirnya yang sejenak melepaskan kegiatannya memainkan junior kekasihnya. Siwon mengangguk.
“Ne, hyung. Aku tutup.”
Dengan kasar Siwon meletakkan ponsel itu diatas meja. Merasa kehilangan saat Tiffany sudah tak lagi duduk diatas tubuhnya. “Kemana kau?”
Tiffany bangkit dan mengambil pakaian dalamnya. “Kyuhyun oppa memintaku pulang kan?”
Siwon menggeram frustasi. Melirik kasihan pada sang junior yang kini hanya tinggal setengah nyawa. “Selesaikan dulu.”
Tiffany memekik kaget ketika Siwon menariknya kembali keatas ranjang yang sudah acak-acakan itu. Memukul lengan kekar pria yang kini menciuminya dengan nafsu dan tanpa aba-aba melancarkan serangan di bagian bawah tubuh Tiffany.
“Nnggghh… Siwonniieehh…”
.
.
Kyuhyun menyentil pelan leher Tiffany. “Kenapa sih dia suka memberikanmu bekas cinta seperti ini?”
Tiffany mempoutkan bibirnya lucu. Merapikan rambut hitam panjangnya agar bisa menutupi sisa percintaannya sesaat lalu dengan Siwon, kemudian menggamit lengan kakak lelakinya. “Seperti kau tidak melakukannya pada kekasihmu saja, oppa.”
“Aku tidak.” Kyuhyun menyentuh pelan jemari adiknya yang melingkar dilengannya.
“Ya.” Tiffany berhenti lalu merapikan dasi panjang yang mengait dileher Kyuhyun. “Hanya saja kau membuatnya ditempat yang tersembunyi.”
Kyuhyun mencibir. Kembali meraih tangan Tiffany agar memeluk lengannya. Mengangguk kecil pada penjaga yang berdiri didepan ballroom hotel mewah itu dan masuk dengan langkah ringan.
“Kenapa kau mengajakku sih?” Tiffany menahan lengan Kyuhyun agar tak berjalan terburu-buru. Sepatu hak tingginya menuntutnya agar berjalan pelan penuh keanggunan. Gaun malam hitamnya yang sebatas paha meski berlengan panjang pun tak nyaman jika digunakan untuk melangkah lebar dan cepat.
“Appa yang meminta kita datang.” Pria berjas hitam itu mengedarkan pandangannya. Mencari sesosok pria tua yang dipanggilnya ayah.
“Appa memintamu. Bukan aku.” Tiffany menyela.
“Kau juga, anak nakal.”
“Aku tidak suka pesta.” Tiffany menoleh sesaat pada seorang wanita tua dengan hamparan perhiasan memenuhi setiap jengkal tubuhnya. Wanita itu memandangnya rendah dan seakan ingin memamerkan kekayaannya. Membuat Tiffany mencibir meski hanya didalam hati.
“Aku juga tidak suka.” Kyuhyun menggeram pelan. Kakinya terus melangkah masuk lebih jauh untuk mencari ayah mereka. “Tapi jika kita tak datang, appa akan mengamuk.”
Tiffany merotasikan manik hitamnya bosan, lalu menunjuk pada salah satu meja. “Itu appa.”
Kyuhyun menoleh pada arah yang ditunjuk jemari lentik adik perempuannya. Menghela nafas kemudian menarik pelan tangan Tiffany yang melingkar dilengannya. “Ayo.”
Keduanya berjalan pelan menghampiri pria yang tengah berbincang dengan beberapa orang dimeja bulat itu. Sesaat pria itu menoleh lalu melambai. Bangkit dari duduknya dan berjalan menuju keduanya.
“Appa pikir kalian tak datang.” Diciumnya pipi Tiffany dengan sayang meski wanita itu hanya mengerucutkan bibirnya. Tak menolak. Toh pria itu ayahnya sendiri.
“Pasang wajah cantikmu. Kau boleh tak menyukai appa. Tapi jangan disini.” Pria tua bermarga
Cho itu meraih tangan Tiffany agar memeluk lengannya.
Kyuhyun terkekeh dan memukul pelan kepala Tiffany. Berjalan dibelakang adik dan ayahnya kembali menuju meja yang diduduki ayahnya.
“Ini anak-anakku.”
Dengan senyum profesional Kyuhyun menyalami satu persatu tamu yang ada. Begitu pula dengan Tiffany meski Kyuhyun yakin adiknya itu hanya setengah hati menyentuhkan telapak tangannya pada tangan-tangan yang terulur.
Perbincangan itu hanya didominasi oleh Tuan Cho senior dan koleganya. Membicarakan pekerjaan dan perjanjian kerja yang Tiffany tak mengerti. Diliriknya sang kakak lelaki yang sesekali tersenyum dan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan kepadanya. Menggerutu pelan, wanita itu mengaduk-aduk cake yang ada didepannya dengan garpu kecil.
Tiffany masih tak bisa mengerti jalan pikiran Kyuhyun. Dia tahu kakaknya itu menyukai dan memilih fotografi sebagai pekerjaannya. Tapi pria itu menolak ketika ayah mereka menawarinya untuk meneruskan rumah produksi milik keluarganya yang sudah menelurkan berpuluh-puluh model dan artis yang menaungi menejemen mereka.
Setidaknya Kyuhyun akan tetap berada didunia hiburan dan memiliki jabatan tinggi. Bukan menjadi bawahan dengan penghasilan yang meski mencukupi kebutuhan keduanya tapi dengan jam kerja yang melebihi kapasitas pekerja pada umumnya. Ayahnya bahkan dengan sukarela memberikan usahanya itu sepenuhnya pada Kyuhyun.
Ayahnya. Tiffany melirik pria tua disebelahnya yang tengah tertawa keras.
Bukan. Tiffany bukan membenci ayahnya. Bagaimanapun dia tetap menyayangi pria itu. Tapi mengingat kehidupan ayahnya yang begitu bebas, wanita itu menggeleng.
Ayahnya berubah sejak ibunya meninggal ketika Tiffany kecil. Mungkin karena begitu kehilangan, ayahnya mencari kehangatan wanita lain diluar sana. Berbeda dengan Kyuhyun yang memilih diam, Tiffany remaja yang merasa tidak sependapat dengan sang ayah dan sering bertengkar, memilih untuk meninggalkan rumah besar penuh kenangannya dengan sang ibu dan memilih tinggal di apartemen. Kyuhyun yang tak tega meninggalkan adiknya sendiri berinisiatif untuk ikut menemani Tiffany ditempat tinggal barunya.
Wanita bermarga Cho itu tersadar dari lamunan saat merasakan rambutnya dirapikan oleh Kyuhyun. Pria itu mengatur rambutnya agar menutupi bercak merah keunguan yang menghiasi lehernya.
“Melamunkan apa, nae dongsaeng?” Kyuhyun mendekat dan berbisik ditelinganya.
Tiffany menggeleng lalu menyuapkan cake dengan potongan kecil kemulutnya. “Tidak ada.”
“Appa.”
Perhatian teralihkan pada sesosok wanita muda yang berdiri disalah satu pria tua yang duduk disalah satu kursi. Pria tua itu tersenyum lalu mengenalkan sang wanita.
“Ah, tuan-tuan. Ini putri kecilku.”
“Appa~” Wanita anggun itu merengek manja seraya tersenyum manis. Memperkenalkan diri sebagai Narin Wu, wanita itu mengambil tempat disebelah Kyuhyun yang memang kosong.
“Kyuhyun-ah, bagaimana? Narin cantik tidak?”
Tiffany melirik mendengar godaan sang ayah untuk Kyuhyun. Kakak lelakinya itu hanya tersenyum tipis lalu mengangguk.
“Terima kasih. Kyuhyun-ssi juga tampan.”
Riuh rendah mengisi meja bundar itu. Pria-pria tua pemilik saham dan perusahaan besar saling menggoda Kyuhyun dan Narin yang terlihat mengulum senyum.
“Kau suka?” Tuan Cho kembali bertanya pada putranya.
Kyuhyun tak menjawab. Hanya memperlihatkan senyum profesional dibibirnya.
Tiffany terkikik. Jadi ini alasan Kyuhyun mengajaknya kemari. Menjadikannya sebagai tameng dan teman agar tak merasa bosan kala digoda oleh kolega ayah mereka.
“Kami harus pulang.” Kyuhyun berdiri dan menarik tangan Tiffany dengan pandangan penuh makna.
Tiffany mengangguk lalu tersenyum sopan. “Maaf. Silahkan menikmati pestanya.”
Ditemani dengan Tuan Cho senior, keduanya berjalan menuju pintu keluar.
“Bagaimana pendapatmu tentang Narin?” Tuan Cho berjalan disamping Tiffany yang terlihat menguap kecil. “Kau mengantuk?”
Tiffany mengangguk lalu memeluk lengan ayahnya.
“Dia baik,” jawab Kyuhyun singkat. Pandangannya lurus kedepan dengan kedua tangan yang bersembunyi disaku celana.
“Menurutmu?” Tuan Cho mengelus pelan jemari putrinya. “Appa pikir jika Kyuhyun mau, mungkin saja mereka berjodoh.”
Tiffany berjengit kaget. “Ne?!”
Melihat senyum ayahnya dan reaksi Kyuhyun yang tak menyangkal, Tiffany yakin bahwa kakaknya itu tahu apa yang sedang direncanakan ayah mereka.
“Pikirkanlah, Kyuhyunie.” Tuan Cho menunduk agar bisa melihat kedua anaknya yang sudah duduk dimobil. Setelah mencium kening putrinya dengan sayang, pria tua itu melambai pada mobil Kyuhyun yang menjauh.
.
.
“Oppa.”
Kepala Tiffany menyembul dari balik pintu. Kamar Kyuhyun terlihat sepi. Hanya televisinya saja yang menyala.
“Mandi ya?”
Suara gemercik air terdengar samar. Mengangkat kedua bahunya, wanita itu masuk dan duduk diranjang Kyuhyun.
“Kau disini?” Pria bercelana pendek dengan rambut hitamnya yang basah keluar dari kamar mandi. Berjalan santai menuju lemari untuk mengambil kaos rumahannya.
“Kau tak cerita apapun padaku, oppa.” Tanpa basa basi, Tiffany pun tahu Kyuhyun mengerti maksud ucapannya.
Kyuhyun menghela nafasnya berat lalu duduk disamping Tiffany. Pria itu tahu manik hitam Tiffany menatapnya tanpa kedip.
“Appa menjodohkanmu?” Tiffany menunduk untuk kembali memoles kukunya dengan nail polish berwarna peach. Menggantikan warna mutiara yang menghiasi kukunya beberapa hari ini.
Kyuhyun mengangguk. “Sudah beberapa kali.”
“Ne?!” Tiffany memukul lengan kakaknya keras. “Kenapa tak memberitahuku?”
“Untuk apa?”
Tiffany menggeram kesal pada pribadi Kyuhyun yang begitu tertutup. Membuat pria itu selalu memendam sendiri perasaannya dan tak mau orang lain tahu apa yang sedang dipikirkannya.
“Appa memintaku segera menikah.” Pria itu meraih botol kecil berisi cat kuku yang Tiffany sodorkan. “Aku masih belum bisa memutuskan.”
“Tapi kan kau sudah punya Sooyoungie.”
Tiffany mengernyit bingung ketika kakaknya berhenti memoles kukunya sesaat. Pria itu menghela nafasnya lalu kembali meratakan cat kuku dijemari adiknya. “Ya. Aku sudah punya dia.”
“Ada apa?” Tiffany sadar ada perubahan diraut wajah dan mood Kyuhyun. “Kau bertengkar?”
Kyuhyun menghentikan kegiatannya. Mengernyitkan kening dan memandang wajah polos adiknya.
‘Apa Sooyoung belum cerita?’ Batin pria itu bicara.
Kyuhyun mengamati hasil polesannya dijemari adiknya. Meski dia pria, ketiadaan ibu mereka sejak lama membuat Kyuhyun harus bisa menempatkan diri sebagai orang tua dan teman untuk Tiffany. Tak heran kadang Tiffany meminta bantuannya dalam hal-hal yang berbau wanita. Seperti nail polish ini.
“Yah.” Kyuhyun menutup botol kecil berisi cat kuku itu. “Hanya sedikit kesalahpahaman.”
“Kesalahpahaman?” Tiffany meniup kuku lentiknya. “Apa?”
Kyuhyun berdecak kesal mendapati adiknya yang selalu ingin tahu. “Nanti dia pasti akan cerita padamu.”
Tiffany mencibir. “Kau tahu, kalau kau menyakitinya, Ponsel oppa akan menghajarmu, oppa.”
“Aku tahu.” Kyuhyun berbaring dan menjadikan lengannya sebagai bantal. “Aku akan menemui Sooyoung besok.”
“Melamarnya?” Tiffany bertanya jahil dan berbaring diperut kakak lelakinya. “Bukankah appa memintamu menikah?”
“Kalau benar aku melamarnya, kau mau?”
“Tentu saja!” Tiffany mengangkat tangannya seakan menggapai langit-langit kamar. “Selain dia temanku, dia juga baik dan cocok denganmu. Kau dingin dan dia hangat.”
Kyuhyun menjitak pelan kepala adiknya. “Aku bukan pria dingin.”
“Ya. Kau dingin, oppa.” Putus Tiffany mutlak. “Kau mencintainya kan?”
Kyuhyun terdiam. Memejamkan matanya dengan tangan yang mengelus pelan rambut hitam Tiffany. “Ya. Aku mencintainya.”
“Nah!” Tiffany menoleh dan mendapati Kyuhyun tengah memejamkan mata. “Bagaimana?”
Kyuhyun terdiam.
“Apa appa benar-benar memintamu menikah?” Tiffany bangkit dan meraih ponselnya yang bergetar pelan. “Dalam waktu dekat ini?”
“Tidak sih.” Kyuhyun membuka mata. “Tapi appa mengancamku.”
“Huh?” Tiffany mengernyit dan kembali menyimpan ponselnya keatas meja. “Mengancam bagaimana?”
“Appa punya saham besar dikantorku sekarang. Jika aku tak menurutinya, dia akan mengambil sikap untuk menghalangi pekerjaanku.” Kyuhyun menggeram berat. “Ini yang aku tak suka dari appa. Dia selalu bersikeras kita mengikuti kemauannya.”
Tiffany berbaring disamping Kyuhyun dan memeluk guling yang ada di ranjang.
“Appa memintaku menikah sekarang jika aku masih mau bekerja sesuai dengan keinginanku. Sepertinya ini karena aku selalu menolak untuk melanjutkan perusahaannya.”
“Kenapa kau tak mau?” Tiffany mengernyit heran. “Bukankah itu bagus? Perusahaan appa sudah cukup besar kan?”
“Karena itu.” Kyuhyun menyentil hidung adiknya. “Orang-orang akan menganggap aku hanya memanfaatkan kesuksesan appa.”
“Lalu bagaimana?”
“Entahlah.” Kyuhyun mengangkat bahunya. “Kau dan Siwon sendiri bagaimana?”
Kyuhyun terkekeh mendapati wajah adiknya merona.
“Dia sedang menabung.”
“Baguslah. Aku tak mau adikku hidup kesusahan.”
Tiffany memukul lengan kakaknya main-main. “Oppa!”
“Sudah. Sana tidur.”
Tiffany mencibir pelan lalu memejamkan matanya. Membelakangi Kyuhyun yang menatapnya heran.
“Kau tidur disini?”
.
.
“Aku belum siap, eonnie.”
Sooyoung memutar manik matanya. Memandang kesal pada Yoona yang memegang lengannya kuat.
Sesuai janji, Sooyoung akan mengantar Yoona pulang kerumah. Setelah menjenguk Jessica yang tengah dirawat dirumah sakit, dengan taksi keduanya kini sudah berada didepan gerbang rumah mereka.
Berbicara tentang Jessica, wanita itu kini mulai membaik pasca pemerkosaan yang dialaminya. Dukungan keluarga dan teman-teman yang besar membuatnya bangkit dari keterpurukan. Tersangkanya pun kini tengah berurusan dengan pihak yang berwajib. Membuat Sooyoung bernafas lega dan berulang kali menasihati Yoona agar tak salah lagi dalam melangkah.
“Kita sudah sampai dirumah, Yoona-ya.” Sooyoung sedikit menyeret tangan Yoona. “Eomma tak akan marah padamu.”
“Aku tak masalah dengan eomma.”
“Leeteuk oppa?”
Yoona mengangguk.
Sooyoung kembali memutar matanya bosan. “Dia tak akan marah. Aku janji.”
Perlu kekuatan besar agar bisa menarik Yoona masuk kedalam. Saling seret menyeret terjadi diantara keduanya. Sebelum suara mobil yang masuk kehalaman rumah mengalihkan perhatian.
Yoona berjengit kaget dan bersembunyi dibelakang Sooyoung. Sooyoung terkikik geli dan menjitak pelan kepala adik perempuannya itu.
“Apa kubilang. Kalau dari tadi kita sudah masuk kedalam, kau tak akan bertemu oppa.”
Yoona masih saja menunduk seraya menggerutu pelan.
“Kau disini?” Pria itu berjalan kearah keduanya dengan tas besar disalah satu bahunya. Dilihat dari pakaiannya, Sooyoung menebak jika kakak lelakinya itu baru pulang dari gym.
“Ne. Baru saja sampai.”
Ponsel melirik adik bungsunya yang berdiri dibelakang Sooyoung. Gadis boyish itu terlihat sangar dan manis secara bersamaan.
Melihat Yoona tentu saja dia tak terkejut. Sooyoung sudah mengiriminya pesan bahwa Yoona sudah ditemukan.
“Masuklah.”
Pria itu membuka pintu ganda rumah mereka. Dengan langkah ringan pria itu masuk dan memanggil ibunya.
“Kau lihat? Oppa tak marah kan?”
Yoona meringis.
.
.
Sooyoung mengernyitkan keningnya heran saat menemukan seorang pria tengah berdiri didepan flatnya. Berjalan pelan dan mendekat, Sooyoung bersiap-siap untuk membalikkan badannya saat tahu siapa pria yang tengah menunggunya itu.
“Baby!”
Sooyoung berjengit mendengar panggilannya dan terus melangkah cepat menghindar.
“Hei!”
Lengan kekar itu berhasil menahannya.
“Jangan mengacuhkanku.”
Sooyoung diam. Beberapa tetangga yang merasa terganggu mengintip dari balik pintu. Mengerti bahwa tak baik untuk bicara diluar dan menarik perhatian, Sooyoung menyeret lengan Kyuhyun untuk masuk kedalam flatnya.
“Aku tak punya banyak waktu.” Sooyoung bersedekap. Bahkan kini mereka masih berdiri didepan pintu.
“Aku tak menyangkal. Yang Yoona katakan memang benar.” Kyuhyun menatap Sooyoung penuh harap. “Maafkan aku.”
“Setelah apa yang kau lakukan pada Leeteuk oppa?”
“Aku akan jelaskan.” Kyuhyun menghembuskan nafasnya berat. “Kami memang sama-sama menyukai Taeyeon noona.”
Sooyoung mengernyit. Hantinya terasa panas dan cemburu. Tentu saja. Kyuhyun kini kekasihnya. Mendengarnya bicara tentang wanita lain cukup membuatnya tak senang. Terlebih itu adalah kekasih kakaknya sendiri.
“Aku berusaha mendapatkannya. Tapi cara yang kugunakan salah. Aku pikir Leeteuk akan menyerah dan lebih fokus pada karirnya dari pada mengejar Taeyeon noona.”
Sooyoung memalingkan wajahnya kearah lain.
“Tapi aku salah. Dia dan Taeyeon noona malah semakin dekat. Leeteuk tahu aku yang menyebarkan rumor tak enak tentang dirinya. Tapi dia diam saja dan tak pernah menuntutku. Saat itu aku sadar semuanya salah.”
Sooyoung merasa jemarinya menghangat. Kyuhyun menggenggamnya erat.
“Kami sudah saling memaafkan. Hanya saja canggung rasanya untuk kembali menjalin hubungan baik seperti dulu.”
Hening melanda keduanya. Kyuhyun masih menatap Sooyoung tanpa kedip. Berharap wanita itu mau memaafkannya.
“Aku tak pernah seperti itu lagi. Sejak bertemu denganmu. Aku janji akan menjadi yang terbaik.”
Sooyoung diam. Dipandangnya manik Kyuhyun yang menyorotkan sinar keputusasaan.
“Kau mencintaiku?” Akhirnya suara wanita itu terdengar.
“Sangat.” Kyuhyun mengangguk kuat. “Sangat mencintaimu.”
Sooyoung mengernyit heran. Bagaimana bisa pria itu mengatakan sangat mencintainya setelah selama ini tak pernah menyuarakan kalimat itu dari bibirnya.
“Aku tahu kau tak percaya. Tapi aku bersungguh-sungguh.”
“Pulanglah.”
Kyuhyun membelalakkan matanya. “Ne?!”
“Aku bilang pulang.” Sooyoung membuka pintu dan mendorong tubuh Kyuhyun keluar dari flatnya.
“Soo!”
Teriakan Kyuhyun masih dapat Sooyoung dengar. Menggedor penuh tenaga pada pintu coklat yang ada dibalik punggungnya.
Sooyoung memejamkan matanya. Mengusap kasar pada air mata yang tanpa izin darinya mengalir pelan dipipinya yang putih. Dalam kegelapan malam, wanita itu meringkuk diatas ranjang. Mengacuhkan keributan yang terjadi didepan flatnya.
.
.
Kyuhyun memukul keras setir mobilnya. Menggeram kesal sembari beberapa kali berteriak tertahan. Tak diperdulikannya ujung bibirnya yang pecah akibat hantaman kepalan tangan satpam flat Sooyoung. Lengannya membiru dan pelipisnya memar. Memejamkan mata, Kyuhyun merebahkan kepalanya disandaran bangku pengemudi.
“Sial!”
Dia tak tahu kapan satpam berbadan besar itu datang dan tiba-tiba menarik kerah belakangnya. Dia sadar teriakan dan gedorannya dipintu flat Sooyoung akan menarik perhatian tetangga kekasihnya itu. Kyuhyun pikir Sooyoung mungkin akan keluar dan mendiamkannya agar tak menganggu. Tapi malah kepalan pria berkumis tebal yang menutupi mulutnya.
Pria itu tak berniat pulang. Diambilnya dengan kasar tisu yang tersedia di mobilnya. Membasahinya sedikit dengan air mineral, dia harap itu akan meredakan rasa perih yang kini mulai menjalar diwajahnya.
.
.
“Kau mau kemana?”
Siang itu entah sudah hari keberapa Kyuhyun selalu menunggu Sooyoung. Bila tak ada pekerjaan dikantor, pria itu memarkirkan mobil hitamnya ditepi jalan dan menunggu kekasihnya terlihat.
Wanita itu tak acuh. Membuat Kyuhyun kesal dan menarik kasar lengan wanita jangkung itu.
“Aku tak suka diacuhkan.”
Pandangan keduanya bertemu. Sooyoung menghela nafasnya berat. Dia bisa melihat sisa-sisa memar diwajah tampan Kyuhyun. Kang haelmoni, tetangganya, menceritakan kejadian malam itu.
“Aku mau pulang.”
“Kerumahmu?”
Sooyoung mengangguk.
“Aku antar.” Kyuhyun berniat menarik kembali tangan Sooyoung. Tapi wanita itu menahannya.
“Tidak usah.”
“Aku ingin bertemu ibumu.”
Sooyoung mengernyit. “Untuk apa?”
Kyuhyun terdiam sejenak sebelum menjawab. “Berkenalan.”
Sooyoung tertawa miris. “Tak perlu.”
“Aku tak suka kau menolak.” Dengan seddikit paksaan, Kyuhyun menyeret Sooyoung untuk masuk kedalam mobilnya.
.
.
“Jadi, Kyuhyun-ssi, sudah berapa lama kalian saling kenal?”
Kyuhyun meletakkan gelas tehnya dan tersenyum sopan. “Sudah lama. Sooyoungie teman adikku, eommonim.”
Ibu Sooyoung mengangguk-angguk. Diliriknya Leeteuk yang terdiam sejak Kyuhyun datang kerumah mereka dan memperkenalkan diri sebagai kekasih putrinya. Sooyoung sendiri pun tak banyak bicara. Sedangkan putri bungsunya malah melihat Kyuhyun dengan tatapan tajam yang wanita itu sendiri bingung menafsirkannya.
“Kenapa kau kemari?”
Wanita dengan tiga anak itu membelalak heran mendengar pertanyaan putri bungsunya. “Yoona-ya, jaga ucapanmu.”
Yoona menghela nafas bosan dan merebahkan punggungnya disandaran sofa. “Aku hanya ingin tahu mau apa pria ini mendatangi eomma.”
“Berkenalan.” Kyuhyun tersenyum miris mendapati sambutan yang tak baik. “Aku ingin berkenalan saja dengan ibumu, Yoona-ya.”
Ibu Sooyoung tersenyum. Mengelus lengan Yoona yang terlipat didepan dada. “Maafkan Yoona ne?”
Kyuhyun mengangguk. “Tak apa, eommonim.”
Hening sesaat sebelum wanita paling tua itu kembali membuka mulutnya.
“Eomma tak keberatan jika Sooyoung berteman dengan siapa saja.” Wanita itu menatap putri tertuanya. “Tapi untuk hubungan yang lebih jauh dan serius, eomma pikir ini bukan saat yang tepat.”
Kyuhyun terdiam. Menggigit bibirnya penuh kekhawatiran. Bukankah ini bisa dikatakan sebagai penolakan secara halus?
“Eomma hanya menganggap setiap pria yang dekat dengan Sooyoungie hanyalah teman biasa.” Wanita itu tersenyum menatap Kyuhyun. “Tak lebih.”
Kyuhyun menundukkan kepalanya pasrah. Habis sudah. Sooyoung tak mau bicara padanya. Dia yakin benih kebencian pasti sudah mulai tumbuh subur dihati kekasihnya itu. Kini, keluarga Sooyoung pun tak memberikan restu pada hubungannya. Apa yang bisa diharapkannya?
Dipandangnya Sooyoung yang masih tak mau menatapnya. Masih pantaskah dia menyebut Sooyoung sebagai kekasihnya?
“Aku pamit pulang, eommonim.”
.
.
“Kau mencintainya?”
Sooyoung membuang muka. “Entahlah.”
Wanita berstatus ibu dari tiga anak itu menghela nafasnya. “Kyuhyun pria yang baik. Hanya saja,”
Ucapan ibunya yang terpotong menarik perhatian anggota keluarga lain yang masih belum beranjak dari duduknya sejak kepergian Kyuhyun.
“Eomma mengenal ayahnya. Kesan eomma pada ayahnya tak begitu baik. Eomma hanya tak mau masalah keluarganya nanti akan memberatkanmu, sayang.”
Sooyoung menegang.
“Jadi, daripada dengan Kyuhyun, mungkin kau bisa memilih pria lain dari keluarga yang lebih baik, Sooyoungie.”
To Be Continue
Meringis. Ini nyinetron.
Ini kok jadi begini ya? Kurang pede dengan chap ini. Tapi saya sudah memaksimalkan kemampuan yang saya punya.
Oke. Saya suka dengan sisi gelap Kyuhyun. Jadi saya lebih suka membuat fic dengan Kyuhyun sebagai tokoh utama dan punya sisi kelam.
