Title : Regret
Presented by : nrfaa
Cast : Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung || Genre : Angst, sad || Length : Oneshot || Rating : PG-13
Disclaimer : Storyline is mine! Don’t be a plagiat..
[Note] Annyeong, ini ff remake pairing Kyuhyun-OC punya aku.
Happy reading ^^
***
Musim telah berganti seiring kelopak-kelopak bunga yang rontok dari mahkotanya. Musim ini seolah mengolok-olok hatiku yang dalam hitungan detik akan menjadi serpihan luka penyesalan. Satu jam lagi.. aku akan mengiringi sebuah pernikahan, pernikahan terkutuk yang kuharap tidak akan pernah terjadi seumur hidupku.
Kakiku melangkah jauh menuju sebuah ruang dimana mempelai wanita itu tengah menunggu. Sebuah pintu berwarna putih bagaikan penghalang untuk dapat melihat mempelai itu. Kuraih kenop pintu dengan perlahan, kudapati seorang gadis yang mampu meruntuhkan duniaku tengah berdiri di depan jendela di ruangan tersebut. Gaun impian para wanita yang ia pakai, bagiku seperti jubah kematian yang akan menjemput perasaanku ini. Bisakah gadis itu melepaskan jubahnya lalu lari bersamaku meninggalkan tempat ini?
“Sooyoung–ah,” suaraku terdengar begitu lirih saat menggemakan namanya. Gadis itu membalikkan tubuhnya lalu menatap lurus padaku. Terlihat jelas kesinisan menjalar dalam tatapannya, apa dia masih membenciku? Kuharap tidak, karena kuyakin itu akan tambah membuatku hancurnya.
“Ada apa?” tanya Sooyoung dingin.
Dengan sigap kupeluk tubuhnya. Tubuhnya terasa begitu besar dalam dekapanku, mungkin efek ia memakai pakaian terkutuk ini. Tubuhnya menggeliat, aku tahu dia sedang memberontak. Kulepas dia dari dekapanku lalu Kesentuh kedua bahunya
“Bisakah kau hentikan pernikahan terkutuk ini, kumohon.”
Ia mendengus. “Kenapa? Kenapa kau ingin aku menghentikan pernikahanku ini? Apa kau berniat menghancurkan impian yang telah kurancang lagi? Apa kau tidak puas melihatku menderita karenamu? Apalagi? Ha! Biarkan kali ini saja aku bahagia, Kyu!” katanya tajam.
“Sooyoung–ah, sungguh aku tidak ingin membuatmu menderita sedikitpun. Aku suka ketika melihat wajahmu merah padam saat marah padaku, aku suka suara teriakanmu saat kau kesal padaku. Aku suka semua yang ada di dirimu karena aku mencintamu. Kumohon, mengertilah alasanku selama ini. Jwisongeyo Sooyoung–ah.”
Sungguh, aku sudah tidak peduli dengan hal yang bernama harga diri. Yang kini benar-benar menguasai pikiranku hanya pernikahan terkutuk ini.
Dia terkekeh kecil sebelum ia membuang padangannya ke samping. “Nado jwisongeyo, karena aku tidak mencintaimu Tuan Cho.”
***
Kutempati kursi piano yang berada tepat di depan piano berwarna hitam itu. Hari ini aku akan berperan sebagai seorang malaikat yang akan mengiringi pernikahan gadis yang ia cintai. Membiarkan gadis itu bahagia selamanya bersama lelaki lain.
Sekelebat bayangan masa lalu entah kenapa kini menghantuiku. Bayangan itu bagaikan mimpi buruk yang selalu membuahkan penyesalan yang teramat dalam.
-Flashback-
Kumasuki sebuah rumah yang sudah beberapa minggu tidak kusinggahi sebulan terakhir ini. Jadwal Super Junior yang teramat padat setelah merilis album terbarunya menjadi alasanku tidak bisa menyempatkan waktu untuk merasakan nyamannya tinggal di rumah yang sudah ku tempati sejak lahir ini. Tapi kali ini aku kembali bukan karena itu, ada alasan lain yang membuatku pulang tengah malam seperti ini.
Kudapati lembaran-lembaran foto berserakan di meja ruang keluarga. Kurenggut semua foto itu, aku tahu ini semua milik gadis itu. Gadis yang sudah menjadi bagian dari keluarga Cho selama 7 tahun terakhir. Appa yang membawa gadis itu lantaran gadis itu sudah tidak memiliki sanak-saudara lagi terlebih gadis itu adalah anak dari teman sekolahnya dulu yang sudah meninggal satu minggu sebelumnya.
Sejak pertama kali appa mengenalkan gadis itu, entah mengapa gadis itu begitu menarik di mataku. Gadis yang berbeda seperti gadis di luar sana yang selalu mengejarku. Aku muak melihat gadis-gadis diluar sana, mereka semua bermuka dua tapi gadis yang appa bawa berbeda.
Ide cemerlangku seketika muncul untuk sekedar mengerjai gadis itu. Aku suka melihat pipi merah padamnya ketika ia sedang marah atau teriakkannya yang mampu memekakan telinga siapa saja yang mendengar. Kubawa semua foto-foto itu masuk ke dalam kamarku, lihat saja besok akan ada suara wanita kesetanan kkk~
Keesokannnya…
Dug!! Dug!! Dug!!
Aish, suara itu benar-benar ingin cari mati denganku ya hah! Kudekap kedua telingaku dengan bantal, bermaksud mengurangi intensitas suara berisik itu.
“Cho Kyuhyun! Keluarlah, aku tahu kau ada di dalam.” Itu suara gadis itu. Benar bukan kataku semalam. Apa yang harus aku lakukan? Yak! Cho Kyuhyun babo.
Kulangkahkan kakiku menuju pintu yang tersemat di pojok kamar. Kuraih kenop pintu itu hingga kudapati gadis itu sedang berkacak pinggang dengan wajah merah padamnya. Wajah yang sama selama 7 tahun selalu menghiasi hatiku, wajah yang selalu ingin kulihat setiap waktunya bahkan aku menginginkan wajah itu untuk terus bersamaku. Tapi entah kenapa aku selalu membuatnya berada di puncak kemarahannya, membuatnya sedikit demi sedikit membenciku. Miris, mungkin kata itu yang sangat pantas untukku ini.
“Yak! Ada apa? Apa kau tidak bisa mengurangi volume suaramu sedikit saja? Ini masih pagi Nona Kwan.”
“Sudah cukup basa-basimu Tuan Cho. Cepat kembalikan foto-fotoku.” Katanya dengan penuh penekanan.
“Foto apa?” balasku dengan nada sepolos mungkin. Matanya membulat kesal. Oh aku suka semua hal yang ada pada dirinya kkk~
“Foto yang kutaruh di atas meja.”
“Oh.. semalam sudah kubuang ke tempat sampah depan rumah. Kukira itu semua sampah, yasudah aku buang.” Kataku dengan polosnya. Bohong, jelas aku tengah berbohong padanya.
“M –mwoya?”
“Sudah kubuang dan sepertinya petugas kebersihan sudah mengangkut semua sampah itu.” Jawabku lagi tak kalah polos sambil berusaha mendengar suara truk sampah diluar sana.
“Kau!” Jari telunjuknya mengarah tajam padaku. Kilatan kemarahan benar-benar tergambar jelas dari matanya. Kilatan kemarahan yang berbeda seperti yang biasa kulihat. Ada apa ini? Apa aku sudah keterlaluan mengerjainya?
“Sebenarnya apa yang kau inginkan? Hah!” teriaknya tepat di hadapanku.
Tenggorakkanku terasa tercekat melihat dia begitu marah. Apa yang harus aku lakukan? Ini tak seperti biasanya ia marah.
“Apa kau ingin aku pergi dari rumah ini? Hah! Apa itu yang kau inginkan? Kalau itu yang kau inginkan, baik! Secepatnya aku akan meninggakan rumah ini.” tubuhnya berangsur menjauh dari tempatnya semula. “Aniyo-“ batinku berdesis menjawab pernyataannya yang teramat salah. Karena bukan itu yang aku inginkan.
One Week Later
Aku melihatnya, aku melihat dia mengangkut barang-barangnya ke atas mobil bak. Perkataannya seminggu yang lalu hari ini benar-benar ia tepati. eomma dan appa sama sekali tidak tahu dengan kejadian seminggu yang lalu. Yang eomma dan appa tahu gadis itu hanya meminta izin untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku jika eomma dan appa tahu tentang kejadian seminggu yang lalu. Dan itu bukan hal yang kuinginkan.
Aku sempat menceritakan kejadian itu pada Leeteuk hyung, dan aku baru sadar ketika Leeteuk hyung menasehatiku. Apa yang aku lakukan padanya selama ini sudah diluar batas. Mungkin benar awalnya aku hanya berniat mengerjainya karena aku suka melihat wajah merah padamnya itu tapi setiap sudut pandang seseorang itu berbeda, begitu juga pada dirinya.
“Kau puas?” suara bisikkan itu membangunkanku dari lamunan penyesalan. Kulihat bibirnya sedikit tersendul keatas menunjukan sebuah smirk. “Kuharap setelah ini kau tidak menggangguku lagi, selamat bersenang-senang Cho Kyuhyun, bye.”
-Flashback END-
Setelah hari itu berlalu, sebulan kemudian ia mendapati sebuah kecelakaan yang membuatnya hilang ingatan. Entah keajaiban atau apa, ingatannya kembali dan ia meminta appa untuk menjadi pendampingnya menuju altar hari ini. Tentu appa menyanggupinya, dan eomma pun mengusulkan musik pengiring yang akan akan ku mainkan. Aku tidak bisa menolaknya karena eomma memaksaku. Eomma tidak tahu tentang perasaan cintaku padanya, mungkin kalau eomma tahu ia akan menyuruh Ahra noona memainkan biolanya disini.
Aba-aba untuk segera memainkan permainanku sudah ditunjukkan. Jari-jariku sudah menari diatas papan tuts. Sebuah instrumental menyeruak dari alat musik yang kumainkan seiring mempelai wanita hadir dari balik pintu bersama appa yang berperan sebagai pendamping mempelai wanita.
Permainan pianoku ini sarat akan emosi, sesekali aku memejamkan mata meresapi alunan musik yang tengah kubawa. River flows in you itulah judul lagu yang tengah kumainkan kali ini. Tidak lama lagi gadis bermarga Choi itu akan menjadi gadis bermarga Shim bukan Cho seperti yang kuharapkan.
***
“Halmeoni.” Suara teriakkan bocah kecil itu benar-benar memekak di telingaku. Aish, bocah kecil itu benar-benar menuruni sifat eommanya.
“Waeyo?”
“Samchon tidak mengizinkanku main bersamanya.”
“M –mwo? Aish, Cho Kyuhyun. Biarkan dia bermain denganmu atau PSPmu mau kusita.”
Itulah sepenggal teriakan yang mampu membuat gendang telingaku pecah. Apa para kaum wanita harus memiliki suara memekak seperti itu? Lihat saja bocah kecil itu, umurnya baru memasuki tahun kelima –dalam hitungan umur Korea- saja suaranya sudah memekak seperti itu. Mungkin cepat atau lambat aku akan mengikuti serentetan test THT.
Bocah kecil itu mencapai ranjang king sizeku. Tubuhnya menggeliat tanpa henti di atasnya. Aish, bocah ini.
“Yak! Nona Shim, bisakah kau diam sebentar. Kalau kau masih tetap bergerak seperti ulat bulu, akan kupastikan kau tidak akan pernah masuk lagi ke ke kamarku. Arra?”
Bocah kecil itu mengangguk pelan. Aku tahu, dia bergerak seperti itu karena ia ingin mencari posisi nyamannya. Alasan yang selalu ia adukan kepada eomma tidak sepenuhnya benar, alasan sebenarnya dia hanya ingin menumpang tidur di kamarku. Seberapa keras aku berusaha melarangnya masuk, tetap saja ia lolos dan tak lamanya bisa kulihat matanya yang terpejam.
Tapi bagaimana pun juga, aku tetap suka melihatnya ketika ia tertidur. Wajahnya seperti bayiyang polos. Ketika matanya terjaga pun aku juga akan tetap menyukainya, manik matanya begitu mirip dengan Sooyoung.
Tanganku terangkat menuju puncak kepalanya. Lihatlah, bocah ini gampang sekali tertidur.
“Sooyoung–ah, kalau kau menikah denganku, mungkinkah kita memiliki anak seperti dia?”
“Shim Minsoo!! Eomma datang, kajja kita pulang.”
END
Dan terima kasih untuk admin yang udah mau bersedia memposting FF ini. Terima kasih juga buat yang udah baca FF ini dan syukur-syukur ninggalin jejaknya di kolom komentar ^^
