Judul : When Love Is Hiding
Length : Oneshot
Rating : PG-15
Genre : Romance
Author : Syiwa
Cast : Find it by your self!
Note : Hello! Ini fanfiction pertamaku, maaf kalau misalkan masih jelek ._.v masih belum ada pengalaman soalnya. Sebenernya ini bukan fanfiction murni buatanku, ini diambil dari komik jepang yang pernah kubaca tapi cast-nya diganti jadi Kyuyoung. Jadi mungkin ada beberapa diantara kalian yang pernah membacanya. Maaf kalau banyak typo. Aku rasa udah cukup untuk perkenalannya, so let’s read! RCL ya!
.
.
.
Saat bulan purnama tiba, jika sepasang kekasih berciuman di ruang auditorium lama, maka cinta mereka akan abadi. Itulah satu dari tujuh mitos cinta di sekolahku. Dan harapanku, dengan mempercayai mitos tersebut, semoga suatu saat nanti, aku bisa bersama orang yang kucintai.
-When Love Is Hiding-
Saat jam istirahat tiba, kuhabiskan separuh waktuku di kantin, seperti halnya yang kulakukan sekarang. Saat ini, aku, Yoona dan Donghae-para sahabatku sedang berada di kantin. Aku sibuk dengan susu stroberiku sedangkan Yoona dan Donghae sibuk berduaan. Huh, menyebalkan memang jika di sebuah persahabatan terjalin sebuah percintaan.
“Sooyoung-ah, apa kau sudah mendengar kabar jika ruang auditorium, ruang yang paling kau puja itu akan dibongkar?” Aku langsung tersedak sesaat setelah Yoona berbicara.
“MWO?! Bagaimana bisa? Kau dapatkan info ini dari mana?” Sepertinya teriakanku mengalihkan seluruh pasang mata ke arahku, alhasil aku harus membungkuk tanda meminta maaf.
“Pelankan suaramu Soo-ah, kau tak ingin mereka menatap tajam ke arah kita lagi bukan?” Donghae memberitahuku setengah berbisik. Aku tak memedulikan ucapan Donghae dan kembali terpusat dengan ucapan Yoona.
“Yoong, kau tahu dari mana?”
“Tadi pagi, ada yang menempelkan sebuah pengumuman di mading. Lalu..”
Tanpa memedulikan ucapan Yoona lagi, aku segera bergegas menuju mading. Kubaca pengumuman satu persatu dan.. Bingo!
PENGUMUMAN
Karena sudah tua, maka ruang auditorium lama akan dibongkar pada awal tahun baru.
Dari: Kepala Sekolah
Mwo?! Hanya karena sudah tua?! Aku tidak terima. Padahal di sana ada mitos cinta yang sangat romantis. Segera kudatangi ruang kepala sekolah untuk meminta penjelasan atas semuanya.
“KEPALA SEKOLAH! KEPALA SEKOLAH!” Aku terus berteriak dan menggedor pintu ruangan yang tidak kunjung dibuka.
“YA! Kepala sekolah, aku ingin bicara padamu!” Tiba-tiba saja, sebuah jitakan jatuh tepat di atas kepalaku.
“Ya! Appoyo..”
“Choi Sooyoung! Apa-apaan kau?!” Omo! Song songsaenim, guru terkiller seantero sekolah.
“Hhmm.. Ti-tidak songsaenim. Annyeong songsaenim.” Aku langsung pergi setelah sebelumnya membungkukkan badan tanda hormat. Apa yang harus kulakukan sekarang agar ruang auditorium tidak dibongkar?
“Menyerah sajalah Sooyoung-ah..” Ujar Yoona saat aku menceritakan kejadian saat di ruang Kepala Sekolah tadi, well sebenarnya bukan di ruang Kepala Sekolah hanya di depan ruangannya saja.
“Kalian tidak keberatan?! Padahal ada mitos romantis begitu! Kakakku melakukannya dan bisa menikah berkat mitos itu.” Aku sedikit geram karena diminta untuk menyerah, padahal tidak ada kata ‘menyerah’ dalam kamus Choi Sooyoung.
“Tapi kamu tidak bisa bertemu Kepala Sekolah, kan? Percuma saja..” Sekarang Donghae sudah ikut-ikutan yeojachingu-nya. Aish! Kadang mereka kalau kompak kelewatan.
“Tidak apa! Aku tidak akan menyerah!” Ujarku sambil berlalu keluar kelas. Tapi saat aku di ambang pintu..
“Sooyoung! Awas!”
“Wa?!” Buk. Aduh, hidungku.
“Mi-mianhae.” Saat kurasakan, ada sepasang tangan yang melingkar di pinggang rampingku. Sesaat aku memejamkan mata, tapi saat aku membuka mata.. Omo! Apakah dia benar seorang manusia? Tapi mengapa wajahnya menyerupai seorang malaikat? Deg. Dia sangat… Tampan. Tapi, belum puas aku mengagumi wajah tampannya, aku sudah ditarik oleh Yoona. Huh, perusak suasana saja!
“Maaf, dia tidak sengaja!”
“Tolong dimaafkan ya! Hei, cepat minta maaf!” Huh, dasar mereka kelewat kompak. Sampai disaat seperti inipun, mereka-Donghae dan Yoona sangat kompak untuk merecoki-ku. Huh, sebal! Lagipula apa mereka tidak dengar jika aku tadi sudah meminta maaf pada namja tampan tadi.
“Kamu tidak tahu Cho Kyuhyun?! Dia itu namja seram tahu! Menurut info yang beredar, katanya waktu Junior School dulu, dia pernah bikin seribu orang masuk rumah sakit!” Mwo? Apakah dia seseram itu? Tapi kenapa wajahnya bak malaikat?
“Karena masa lalunya begitu, para guru juga angkat tangan.” Hah? Berarti aku sedang berhubungan dengan orang terseram seantero sekolah? Bahkan keseramannya di atas level dari Song Songsaenim. Ottokhae?! Lagipula, mau apa orang seseram itu di kelasku?!
“Ada yang bernama Choi Sooyoung?” Ch-choi Ss-Sooyoung? Itu.. Sepertinya dia menyebutkan nama itu.
“Soo.. Kau dipanggil olehnya.” Yoona setengah berbisik padaku. Dengan keringat dingin bercucuran di pelipisku-berlebihan memang, aku mengangkat tanganku.
“Ah.. Aku!”
“Kamu, ya?” Wajahnya datar sekali.
“Iya, aku.”
“Ikut aku.” Gawat. Ikut dengannya katanya? Kemana? Mau apa?
Aku mengikutinya dari belakang, tidak berniat untuk mensejajarkan langkah, sembari sibuk menerka-nerka aku akan dibawanya kemana. Saking sibuknya dengan pikiranku, aku tak sadar bahwa aku menabrak punggung orang di hadapanku, Cho Kyuhyun.
“Appoyo..” Ujarku sambil mengusap-usap kepalaku. Dia tak memedulikanku dan tetap berjalan memasuki perpustakaan.
“Nih, tadi Kepala Sekolah menitipkan ini padaku.” Ujarnya saat kami sudah terduduk di salah satu bangku di perpustakaan. Sebuah surat? Dari Kepala Sekolah?
“Bagaimana bisa Kepala Sekolah menitipkannya padamu?”
“Ya! Bisakah kau sopan sedikit? Aku ini sunbae-mu.” Ujarnya dengan sangaat.. Dingin.
“Waktu mau mengambil kartu anggota perpustakaan, Kepala Sekolah menitipkan itu padaku.”
Kubuka surat itu. Aku hanya menatap kertas itu bingung. Bingung bukan karena aku tidak terima dengan isinya ataupun tak menyangka dengan keputusan dari Kepala Sekolah. Hanya saja, karena.. hhmm sebenarnya aku malu untuk mengakuinya. Hhmm, karena aku tak bisa membaca surat ini. Aku tak mengerti maksud dari surat ini. Memalukan!
“Ehhmm.. Kyuhyun-ssi, ini itu dibacanya apa?” Tanyaku malu-malu. Wajahnya berubah dingin. Aku hanya bergidik ngeri. Ia melirikku tajam.
“Pendapat.” Aku hanya mengangguk kecil.
“Kalau yang ini?”
“Sumbangan.” Aku hanya mengangguk kecil, kemudian bertanya lagi. Well, lebih baik seperti ini daripada aku tidak mengerti maksud surat ini.
“Yang ini?”
“Fasilitas.” Lagi-lagi aku hanya mengangguk kecil. Dengan sedikit malu-malu-mungkin ini sudah kelewat malu, aku bertanya untuk yang terakhir kalinya.
“Jadi maksud dari surat ini apa?” Kuperhatikan perubahan mimik wajahnya. Sama saja, tetap datar. Berarti dia tidak sebal atau marah padaku kan karena aku terlalu banyak bertanya. Tapi, sedetik kemudian wajahnya berubah merah padam. Dan dalam bayanganku, dari langit terdengar suara guntur yang sangat besar. Ggrr!!
“DUDUK!”
“Kyaa! Aku mau disiksa!” Bug. Dia menaruh beberapa buku tebal di hadapanku. Sepertinya kamus.
“Kamus ya, kukira senjata tajam. Huft..” Aku begumam sekecil mungkin, agar si Cho Kyuhyun seram itu tak mendengarku.
“Buka kamusnya, dan jangan tanya-tanya lagi.” Perintahnya dengan sedikit kejam, seperti yang biasa ia lakukan padaku. Kubuka salah satu kamus yang bertuliskan ‘Inggris-Korea’.
“Ya! Salah! Bukan kamus yang itu! Tapi yang ini.” Kulihat cover buku yang diberikannya. ‘Kamus Besar Bahasa Korea’. Apa sebegitu bodohnya aku ya, sampai-sampai untuk mencari kamus yang benar saja aku tidak tahu. Ppabo-ya Choi Sooyoung!
“Dasar.. kenapa aku mesti membantumu.” Gumamnya. Aku hanya menatapnya heran bercampur bingung. Bagaimana bisa manusia yang terkenal seram seantero sekolah ini membantuku. Dalam hal memalukan pula! Aish! Kalau diperhatikan, sebenarnya Kyuhyun itu tidak seram. Mata almond-nya yang selalu menatap tajam itu memberikan kesan cool pada dirinya. Mungkin banyak yang mengira Kyuhyun itu orangnya yang kejam karena ia selalu menatap orang dengan pandangan sinis dan bersikap acuh pada sekelilingnya.
“Karena kau sangat menyukai auditorium itu, buatlah auditorium itu menjadi tempat yang nyaman. Jika bisa melakukannya, akan kami pertimbangkan lagi.” Akhirnya, dia membacakan isi surat itu setelah kurang lebih lima belas menit aku berkutat dengan kamus tanpa hasil apapun.
“Jadi begitu ya..” gumamku.
“Buat jadi tempat yang lebih nyaman ya.. hhmm, ah! Berhubung sebentar lagi natal, akan kuhiasi auditorium itu dengan hiasan natal. Hohoho.” Ah, terkadang aku pintar juga ya.
“Kalau begitu hanya nyaman untukmu saja, kepala stroberi!” Kepala stroberi katanya?! Aku mendengus sebal mendengar ucapannya.
“Habis, auditoriumnya sudah gobrok gitu. Bagaimana caranya biar bagus lagi?” Aku sudah kehabisan akal akan aku apakan auditorium itu. Setidaknya memberikan solusi aku harus berbuat apa.
“Kau kan bisa membersihkannya dulu.”
“Wah, Kyuhyun Sunbae memang pintar!” ucapku sambil bertepuk tangan. Sebenarnya beruntung juga aku bisa kenal dengannya. “Itu karena kau yang Ppabo! Dasar, kepala stroberi.” Stroberi?! Sudah dipuji bukannya terima kasih malah meledek. Huh! Kyuhyun itu bukan seram, tapi menyebalkan!
“Kenapa kau begitu ngotot? Memangnya ada apa dengan auditorium ini?” Seketika mataku berbinar. Aku memang suka sekali menjelaskan pada orang-orang tentang tujuh mitos yang berada di sekolahku.
“Tidak jadi tanya deh.” Lho? Kenapa? Apa karena ekspresi wajahku ini?
“Aku kan belum bicara apa pun. Tidak sopan!”
“Ada mitos, katanya ‘jika sepasang kekasih berciuman di ruang auditorium saat malam bulan purnama, cinta mereka akan abadi’” Jelasku masih dengan wajah berbinar.
“Ck. Buat apa percaya takhayul?” Si Kyuhyun itu hanya merespon dengan wajah dinginnya. Lagi-lagi aku mendengus sebal. Entah hari ini aku sudah berapa mendengus sebal seperti ini. “Lagipula jika kau tidak percaya, tidak akan terkabul.” Kemudian ia berlalu keluar perpustakaan. Dengan setengah berlari-untuk menyamakan dengan langkahnya yang terbilang panjang, aku terus mengikutinya.
“Coba saja kau bayangkan. Berkata ‘kita akan bersama selamanya’. Lalu pasangan kita pun berpikiran yang sama, kemudian saling berciuman.” Jelasku-lagi-lagi dengan mata yang berbinar. Kulihat mimik Kyuhyun berubah menjadi, hhmm.. sulit diartikan olehku.
“Ya! Sunbae, mengapa wajahmu berubah aneh begitu?” Well, aku memang anak yang lebih suka berterus terang dari pada harus menutupi. Tapi, setelah aku bertanya seperti itu mimik wajah Kyuhyun berubah menjadi lebih lembut. Dan itu membuatnya menjadi lebih tampan. Omo! Apa kataku barusan? Tampan? Aku pasti sudah gila.
-
Hari ini, aku bertekad untuk membersihkan auditorium itu sampai mengkilat. Hari ini tidak akan ada yang menghalangiku. Saat jam istirahat tiba, cepat-cepat aku langsung menuju auditorium. Tapi saat berada di ambang pintu, Song Songsaenim sudah berjaga layaknya seekor anjing penjaga. Ck. Apa yang harus kulakukan?
“Ekhmm, annyeong Songsaenim…”
“Dilarang masuk ke auditorium! Kau tidak melihat tulisan di sana? Huh?” Cish. Belum selesai aku menyapanya, dia sudah mengusirku. Well, bukan Choi Sooyoung namanya jika hanya begitu saja sudah menyerah.
“Kumohon Ibu Guru Song, izinkan aku masuk.” Ujarku sembari menangkupkan tangan di depan dada. Dengan wajah memelas aku terus berkata itu.
“Pokoknya tidak boleh!” Aku ditendang begitu saja oleh Song Songsaenim. Huh! Menyebalkan. Lihat saja, aku Choi Sooyoung pasti berhasil memasuki auditorium itu dan membersihkannya sampai mengkilat.
Jika jam istirahat tidak boleh, akan kubersihkan saat jam pelajaran. Saat dua jam terakhir, aku izin untuk pergi ke ruangan kesehatan-padahal aku pergi ke auditorium. Aku berjalan mengendap-ngendap sembari memerhatikan keadaan takut-takut ada Song Songsaenim yang selalu melarangku. Setelah melihat keadaan sudah aman, aku kemudian keluar dari tempat persembunyianku-semak-semak.
“Bagus, tidak ada Song Songsaenim.”
Kriet.. perlahan, kubuka knop pintu auditorium. Tap..tap.. eh sepertinya ada seseorang di dalam ruangan. Apa mungkin Song Songsaenim? Saat kubuka penuh pintunya, saat itu juga aku melihat seorang namja sedang membelakangiku.
“Permisi.” Hiy, di sini gelap sekali. Namja itu menoleh dan..
“Kyuhyun Sunbae?!” Kaget. Bagaimana bisa dia ada di sini? Bukankah ini jam pelajaran? Apa mungkin dia membolos? Huft.. terlalu banyak pertanyaan yang berkelebat di pikiranku, lebih baik kutanyakan langsung padanya. “Sedang apa Sunbae di sini?”
“Bolos. Pelajarannya membosankan. Soalnya terlalu mudah untukku.” Huh, sombong sekali dia. Memangnya dia sepintar apa sampai-sampai berkata ‘pelajarannya membosankan’. Huh. “Lagipula, aku peraih nilai terbaik saat Junior School dulu. Kau pasti tidak tahukan?” Cish. Lagi-lagi aku mendengus sebal. Mengapa ada manusia menyebalkan seperti dia?!
Lebih baik aku tak memedulikannya dan memulai pekerjaanku. Pokoknya aku harus membersihkan auditorium ini sampai mengkilap. Dimulai dengan membuka jendela dulu. Karena letak jendela agak tinggi, jadi aku harus menggunakan alat bantu tangga. Kuambil tangga-letaknya dipojok, kemudian aku mulai menaiki tangga itu. Semoga saja tangga ini masih kuat menopang tubuhku. Sebenarnya, aku sedikit khawatir dengan kondisi tangga yang sudah lapuk.
“Oi Oi! Tidak apa tuh?” Kyuhyun meneriakiku ketika aku sedang membuka jendela. Seharusnya, jika ia seorang namja ia yang akan menghandle pekerjaan ini. Huh, dasar tidak gantle man. Lagipula aku sudah terbiasa dengan tempat tinggi, kalau ini sih tidak seberapa.
“Tidak apa. Aku ahlinya tempat tinggi. Aku takutnya sama tempat gelap.. Kyaaa!” Omo! Omo! Jangan, aku tidak boleh terjatuh.
Bruk!
“Aaw.. Appoyo..” Wait, tapi tidak sesakit yang kubayangkan. Kenapa semua pandanganku menjadi gelap? Omo, aku menutup mata ternyata. Ppaboya Choi Sooyoung! Saat kubuka mata, kuharap aku tidak sedang di surga. Surga? Memangnya aku sudah mati? Tapi, kalau aku mati apa mungkin aku masuk surga? Bisa saja aku masuk neraka.
“Berat.” Eh? Berat? Apa mungkin ada malaikat yang menopangku agar aku tak jatuh? Perlahan kubuka mataku. Dan, yang kudapati memang seorang malaikat. Omo! Ini bukan malaikat, tapi iblis berwajah malaikat. Ya, siapa lagi kalau bukan Cho Kyuhyun.
Omo! Aku baru tersadar sekarang. Posisiku saat ini berada tepat di atas Kyuhyun. Aku tak menyangka aku akan menindihnya seperti ini. Jarak antara aku dan dia sangat dekat. Sampai-sampai aku bisa merasakan deru nafasnya. Dengan gerakan cepat, aku bangun dari posisi awalku.
“Eh, kau menangkapku ya? Maaf.”
“Baru sesumbar bilang ‘ahli tempat tinggi’, malah langsung jatuh.” Huh, namja itu pekerjaannya hanya memarahiku saja.
“Gedung ini memang sudah tua. Wajar saja jika memang mau dibongkar kan? Dan kau malah tetap bersikukuh untuk mempertahankannya. Saking sudah tuanya, lantainya juga sudah rusak. Malah ada yang berlubang.” Namja itu terus saja mengoceh. Aku jadi sebal sendiri. Huh, lebih baik aku kembali bersih-besih. Tapi saat aku akan mengambil sapu, tiba-tiba…
“Huwaaa!” Aku masuk ke salah satu lubang. Dan hiy, di dalam sangat gelap dan itu sangat menakutkan. Dengan sigap, Kyuhyun menolongku untuk keluar dari lubang keparat itu.
“Baru juga kubilangi!” Lagi-lagi dia memarahiku.
“Mianhae..” Aku hanya bisa merangkak karena kakiku masih terasa sakit akibat jatuh untuk kedua kalinya. Tapi tiba-tiba saja, Kyuhyun melempar jasnya ke arahku.
“Pakai itu. Rokmu sobek.” Mwo?! Sobek?! Apa tadi dia melihatnya? Jelas saja dia melihatnya, buktinya sekarang ia sedang membantuku memasang jasnya pada tubuhku. Jas itu cukup untuk menutupi rokku yang sobek.
“Ck. Hobimu tuh hanya merepotkanku saja, ya? Dasar Kepala Stroberi.” Stroberi?! Kenapa sih dia senang sekali memanggilku dengan sebutan ‘Kepala Stroberi’? Apa bentuk kepalaku ini menyerupai sebuah stroberi? Kurasa tidak. Atau karena dia tidak mengingat namaku? “Jangan panggil aku ‘Kepala Stroberi’!” Dengusku dengan sebal. Semenjak dekat dengannya sepertinya hobiku akan berubah menjadi ‘mendengus sebal’.
“Stroberi kan imut..” Eh? Imut katanya? Apa dia sedang memujiku sekarang? Kenapa wajahku menjadi memanas? Omo! Omo!
“Jadi, SAMA IMUTNYA DENGAN OTAKMU.” Hah? Aku tak habis pikir dengan ucapannya. Cho Kyuhyun benar-benar menyebalkan!
Tanpa memedulikannya, aku melanjutkan pekerjaanku yang terbengkalai. Sebenarnya kehadirannya di sini sedikit membantu. Walaupun dia hanya duduk manis di pinggir ruangan dan hanya memandangiku yang sedang bekerja keras membersihkan auditorium ini. Kemudian tatapanku tertuju pada satu titik. “Ah, ini…” Aku bergumam kecil, tapi sepertinya suaraku ini masih bisa didengar oleh Kyuhyun.
“Ada apa?” Tumben sekali dia meresponku dengan nada yang lumayan lembut. “Ehhmm.. Lihat dinding ini. Banyak nama pasangan tertulis di sini. Asyiknya. Aku juga ingin bisa menuliskan namaku di sini.”
“Serahkan padaku.” Eh? Apa yang dia lakukan? Dia mengambil sebuah pena dari dalam sakunya kemudian menuliskan sesuatu di dinding itu.
‘Choi Sooyoung..’
Oh, ternyata dia mengingat namaku. Terbukti dengan dia menuliskan nama itu di dinding tersebut.
“Selesai!” Eh? Dengan cepat aku melihat tulisan yang ia buat.
“Hah?!” Aku memasang wajah geram kemudian menatapnya tajam. Bagaimana aku tidak melakukan itu, jika Cho Kyuhyun namja super duper menyebalkan menuliskan tulisan seperti: ‘Choi Sooyoung semoga bisa mendapatkan pacar’
“Apaan tuh, enak saja menuduhku tidak mempunyai pacar. Huh!”
“Tapi, tidak punya kan?”
“Hhmm.. Tidak sih. Menyebalkan!” Huh, selalu seperti ini. Selalu aku yang kalah dalam setiap perdebatan. Kemudian hening menyelimuti kita.
“Tapi, kupikir pasti akan ada orang yang jatuh cinta padamu..” Blush. Seketika wajahku memerah. Apakah mungkin.. “Mungkin, satu dari sejuta orang.”
“Dikit banget!” Huh. Dia benar-benar menyebalkan. Tapi, dia menemaniku di sini hingga larut.
“Well, kurasa sudah waktunya untuk pulang.” Kemudian Kyuhyun Sunbae berlalu, dan keluar auditorium. Tapi sebelum itu..
“Kyuhyun Oppa!” Dia menoleh dengan ekspresi wajah heran bercampur bingung. “Ehhmm.. Apa boleh aku memanggilmu seperti itu?” Ia hanya mengangguk kecil. Ah! Sepertinya aku harus memberinya hadiah karena sudah menemaniku seharian di sini. Aku meraba-raba saku bajuku, tapi tak menemukan apapun. Kemudian aku memegang kucir rambutku. Ehhmm.. Sepertinya aku memberikannya ini saja.
“Ini untukmu.”
“Apa ini?”
“Auditoriumnya seram kan?” Aku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Dia hanya terheran. “Biarpun di sini ada mitos romantis, tempat ini menyeramkan juga kan?” Dia hanya mengangguk setuju dan menunjuk kucirku minta penjelasan.
“Hhmm.. Aku senang Kyuhyun Oppa ada di sini. Makanya, ini sebagai tanda terima kasih. Tapi, tidak berguna ya untukmu, ya.. Habis sekarang aku tidak membawa apapun selain ini.” Jelasku sambil mengacungkan kucirku. Tak disangka, Kyuhyun Oppa malah mengambilnya.
“Ayo, cepat ambil tasmu. Nanti gerbang sekolah keburu ditutup.” Ajaknya. Entah perasaan apa ini. Aku merasa sangat… Bahagia.
-
Benar saja dugaanku, kelas sudah sepi dan hanya tersisa tasku saja yang ada di sana. Saat aku sedang merapikan barang bawaanku sembari bersenandung pelan, Donghae dan Yoona pun datang. Oh, aku baru ingat mereka hari ini ada klub drama.
“Eh? Soo, kau masih di sini?” Tanya Donghae padaku. Aku hanya mengangguk kecil.
“Lho? Kenapa dengan seragammu?” Sekarang Yoona mulai berkomentar. “Rokku sobek.” Jawabku terus terang. “Wah, kok bisa.. Hhmm, pinjam bajuku saja. Kebetulan di lokerku ada baju bersih.”
“Iya. Lagipula rumah kalian kan dekat.” Donghae setuju dengan usul Yoona. Well, apa boleh buat. Aku hanya menuruti perintah mereka. Padahal, aku belum ingin mengembalikan jas ini.
Saat berada di tangga, menuju kelas Kyuhyun Oppa, aku bertemu dengannya.
“Kenapa pakai baju itu?” Tanyanya dengan dingin. Seperti biasa.
“Hhmm.. Dipinjami teman. Ini.. Jas Oppa. Gumawo.” Tiba-tiba saja dari belakang, Yoona menarik tanganku.
“Sooyoung-ah, ayo pulang!”
“Ah. Bentar.”
Tapi tarikan tangan Yoona sangat kencang dan mau tak mau aku mengikutinya. Tapi kemudian, Kyuhyun Oppa mengambil jasnya dari tanganku dengan kasar. Sekilas, aku melihat sorot matanya yang tajam dan dingin. Rasanya dia jadi seram.
“Hei.” Aku menoleh sesaat setelah dia memanggil. “Nih, aku kembalikan. Tidak butuh.” Kemudian dia berlalu setelah mengatakan hal menyakitkan tadi.
“Sooyoung-ah, kau meminjam jas Kyuhyun Sunbae?!” Ujar Yoona tepat di telingaku. Tiba-tiba mataku memanas. Dan cairan bening pun mulai keluar dari kelopak mataku. Tes. Tes. Tes.
“Sooyoung-ah, gwenchanayo?” Tanya Yoona khawatir.
“Nan gwenchana. Ayo kita pulang. Aku lapar.” Ujarku berbohong. Aku hanya sedih, melihat Kyuhyun Oppa yang dingin. Sedih.
-
“Kamu bersih-bersih auditorium?!” Ujar Yoona dari seberang. Saat ini aku sedang berada di kamar, sambil melakukan ritual sebelum tidur-mendengarkan cerita Yoona lewat telepon. “Soo-ah, kau berjuang sampai sebegitunya, ya..”
“Iya dong!” Tapi kalau cuma sendirian, apa aku akan berjuang sampai seperti itu? Kurasa tidak.
“Besok kubantu deh! Ajak Donghae juga… Hei Sooyoung! Kau masih di sana?” Ah, kenapa aku memikirkan kejadian tadi siang terus?! Ah lupakan Soo. Lupakan. “Sooyoung-ah!”
“Ne? Ah mian Yoong, di luar hujannya deras sekali.”
“Iya. Tadi aku buka jendela, semuanya jadi basah semua deh.” Buka jendela?! Gawat! Aku lupa menutup jendela auditorium! Ppabo-ya Choi Sooyoung.
Aku langsung berlari menuju auditorium sekolah. Untung saja, gerbang belum di tutup.
“Ppabo! Choi Sooyoung ppabo! Auditoriumnya jadi banjir deh..”
Brak!
“Kyaaa!” Yang benar saja! Aku jatuh lagi?! Kenapa kau begitu bodoh Choi Sooyoung! Gelap. Semuanya gelap. Uwa! Aku takut gelap.
“Takut! Takut! Takut!”
“SOOYOUNG-AH!” Greb. Tiba-tiba saja ada tangan yang melingkar di punggungku. Mendekapku. Dan menyalurkan rasa hangat ke tubuhku.
“Soo-ah, gwenchanayo?” Kuangkat kepalaku untuk melihat siapa orang yang memelukku.
“Soo-ah.. Tenang. Tidak ada apa-apa. “
“Oppa.. Kyuhyun Oppa..” Entah mengapa air mata ini bukannya berhenti, malah terus mengalir deras.
“Sudah, jangan menangis. Sudah ada aku di sini.” Kurasa Kyuhyun Oppa berusaha untuk menghiburku.
“Habisnya, Oppa dingin padaku! Makanya aku jadi sedih. Kupikiri Oppa tidak akan datang ke sini.” Tak kusangka, Kyuhyun Oppa justru mempererat pelukannya padaku dan mempersempit jarak di antara kita.
“Sudah kuduga kamu pasti begini. Datang ke auditorium malam-malam saat hujan deras dan jatuh lagi ke lubang. Ppaboya Choi Sooyoung! Aku mengkhawatirkanmu sejak pulang sekolah tadi, makanya aku kemari.” Deg. Deg. Deg. Omo. Kenapa jantung ini berdetak sangat cepat. Ya Tuhan aku mohon semoga Kyuhyun Oppa tak mendengar detak jantungku ini.
“Biar kuhapus air matamu.” Eh? Menghapus air mata katanya? Perlahan, Kyuhyun Oppa mendekatkan wajahnya pada wajahku. Deg. Deg. Deg. Ia mengecup kedua mataku dan menghapus air yang berada di sana. Tuhan, semoga ia tak mendengar suara detak jantungku ini.
“SUARANYA DARI SINI!” Glek. Aku menelan ludah. Segera menjauh darinya dan memperlebar jarak di antara kita.
“Hey, kalian tidak apa-apa?” Ternyata penjaga sekolah. Sepertinya mereka sedang berkeliling memeriksa setiap ruangan. Ku pegang dadaku. Ku rasakan detak jantungku. Ia masih berdetak kencang. Apa yang kualami saat ini?
Tapi bagaimanapun juga, berkat Kyuhyun Oppa, meski aku ketakutan setengah mati, aku masih tetap merasa aman.
-
Suasana di ruangan ini sangat mengerikan, tapi entah mengapa karena ada Kyuhyun Oppa di sampingku aku merasa aman.
“Mianhamnida. Aku mau meminta maaf atas segala kesalahanku.” Ujarku pada semua guru sembari membungkukkan badan sembilan puluh derajat.
“Jadi masalahkan..” Song songsaenim mulai menyindirku. Huh, dasar Ajhuma tak laku!
“Sudah, sudah.. Yang penting semuanya baik-baik saja. Lagi pula, auditoriumnya akan segera dibongkar.” Wait.. Dibongkar katanya. Tapi, surat dari kepala sekolah?
“Tunggu dulu! Aku dapat dari Kepala Sekolah, katanya masih mau dipertimbangkan!”
“Jangan bohong kamu!” Bukannya jawaban, malah sentilan yang kudapatkan dari Song Songsaenim. Huh, kenapa sih mereka tidak bisa mengerti perasaanku?!
“Itu benar! Aku menulis surat untuk ini sebagai Kepala Sekolah.” Hah? Kyuhyun Oppa? Kepala Sekolah? Apa maksud dari semua ini? Tuhan aku tidak mengerti!
“Tuan Cho..” Para songsaenim di sini sepertinya kaget. Termasuk aku.
“Aku memang memutuskan untuk membongkar auditorium itu. Tapi akan aku pertimbangkan lagi.” Jelas Kyuhyun Oppa pada semuanya. Aku masih tak percaya bahwa dia benar-benar Kepala Sekolah.
“Tuan Cho, apa boleh di depan Choi Sooyoung?” Song Songsaenim mulai berbicara lagi. Huh. Kenapa dia hobi sekali bicara?!
“Oppa, apa benar kau Kepala Sekolah?” Aku menanyakan to the point hal yang sedari tadi tak ku mengerti.
“Kamu dengar sendiri kan?” Eeh?! Berarti benar. Bagaimana bisa?!
-
Yang benar saja. Hingga saat ini, aku masih tak percaya bahwa Kyuhyun Oppa adalah Kepala Sekolah dari sekolahku. Sangat di luar nalar.
Seharusnya Oppa menceritakannya dari awal.”
“Tidak bisa, itu rahasia.” Huh. Kebiasaan buruknya selalu keluar. Bicara seperlunya.
“Hhmm.. Tapi aku senang auditoriumnya tidak jadi dibongkar. Gumawo. Tapi, kenapa berubah pikiran?” Dia terdiam sejenak. Seperti memikirkan sesuatu.
“Sebenarnya, alasan aku membongkar auditorium ini karena aku tidak mau ada mitos di sini..” Alasannya sangat bertolak belakang dengan keinginanku. Aku termenung sejenak. Ah aku punya ide!
“Jika kau tak yakin, keinginanmu tak akan terkabul. Jadi, serahkan saja padaku agar kau percaya akan mitos itu. Hihihi..” Aku tersenyum jail. Ia hanya memutar bola matanya. Aku mulai mengambil pena dari dalam sakuku dan menuliskan sesuatu di dinding auditorium.
“Sudah jadi!” Aku menuliskan ‘Semoga Kyuhyun yang sadis bisa mendapatkan pacar yang baik hati’ tepat di atas tulisannya waktu itu. “Hihi, ini balasan tulisan Oppa waktu itu.”
“Kamu tuh ya!” Tiba-tiba saja ada yang menarik wajahku hingga aku berbalik. Aku melebarkan mataku ketika sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibirku. Tak ada lumatan. Hanya sebuah kecupan. Entah mengapa, perlakuannya ini membuat jantungku berdebar dengan kencang. Dalam hatiku berharap semoga ia tak mendengar debar jantungku. Setelah lima detik berlalu, ia mulai menjauhkan wajahnya.
“Dengan begini, akan terbukti kalau mitos auditorium ini bohong. Terlalu cepat seratus tahun kalau mau kerjain aku Kepala Stroberi.”
“Mwo?! YA! Kembalikan ciuman pertamaku!”
-Fin-
Aku juga ngga tau ini harus Fin/TBC soalnya di komiknya masih ada kelanjutannya. Jadi tolong comment ya ini harus di lanjut atau ngga. Makasih ^^
