Title : Nde, Sajangnim! [Eight; Dinner Invitation and Engaged]
Author: sookyubiased
Cast: Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung, Kris Wu, Seo Joo Hyun
Other Cast: Cho’s family
Genre: Romance, family
Rating: PG-15
Length: Series
Dinner Invitation and Engaged
Sooyoung menatap kuku-kukunya yang tercat bening. Kakinya bergerak-gerak gusar, takut dengan apa yang akan dihadapinya beberapa saat lagi. Wangi hidangan yang memikat indera penciuman sudah menyebar diseluruh ruangan makan berdesign elegan milik keluarga Cho tersebut. Kyuhyun sejak tadi menatap Sooyoung prihatin. Ia berusaha menenangkan Sooyoung untuk lebih santai namun meskipun gadis itu tersenyum menunjukan ia baik-baik saja tapi Kyuhyun tau Sooyoungnya hanya berpura-pura. Bahu Sooyoung nampak tegang.
“Sooyoung-ah, ingat kata-kataku barusan ok?” bisik Kyuhyun lembut. Sooyoung menatap bola mata Kyuhyun mencari perotolongan untuk minta di bebaskan dari kungkungan kegelisahan dan ketakutan ini, namun sulit rasanya. Sooyoung mendesah kecil lalu mengangguk. “nde…”
“Wah sepertinya kalian sudah menunggu lama ya?” suara hangat Siwon menginterupsi keheningan diantara Sooyoung dan Kyuhyun. Pria berlesung pipi itu menghadirkan atmosfer nyaman begitu menarik kursi disebrang Kyuhyun dan Sooyoung lalu mulai membuka topik obrolan. Membahas seputar bisnis hingga boyband-girlband korea terbaru.
“Wah..tamu penting kita sudah datang rupanya” kali ini suara sedikit cempreng milik Ahra bergabung dikeramaian obrolan Kyuhyun,Sooyoung dan Siwon. Keturunan Cho tertua ini kini duduk disamping Siwon dan tertarik dengan obrolan yang tengah berlangsung. “Ini kah alasannya bayi besar kita sering menolak untuk makan malam bersama kita? Karena ingin bermesraan terus eoh?” cecar Ahra sambil menatap Kyuhyun jahil. Kyuhyun mendengus sedangkan Sooyoung merona.
“Tidak begitu…” lirih Sooyoung malu. Ahra dan Siwon meledak dalam tawa sedangkan Kyuhyun semakin cemberut. Suasana kekeluargaan ini membuat Sooyoung nyaman dan perasaan khawatir serta gelisahnya perlahan terusir. Keluarga Cho menerima kehadirannya dengan baik, semoga begitupun dengan Tuan besar Cho.
“Noona, bisa kau jelaskan kenapa Appa memanggilku bersama Sooyoung?” perlahan tawa Ahra yang menggelegar semakin memelan dan berhenti. Wajahnya berubah pucat, ia menatap dongsaengnya –Siwon- lalu menatap ke arah kyuhyun dengan ragu. “Tidak…tau”
Kyuhyun menyipitkan sebelah matanya. “Kau bohong noona, ku mohon beritahu aku” imbuhnya cepat. Sooyoung menatap obrolan kakak adik itu tak mengerti. Yang ia tau hanya Ahra tampak menyembunyikan sesuatu dari Kyuhyun mengenai makan malam ini. Siwon? Namja tampan itu memilih menghanyutkan dirinya kepada ponselnya yang jelas nampak dibuat-buat.
“terserah kalau kalian menyembunyikan sesuatu denganku.” Akhirnya Kyuhyun menyerah mengorek informasi dari kedua kakaknya dan ia memilih berdiam diri. Sooyoung menatapnya khawatir. Kyuhyun nampak desperate ketimbang dirinya. Akankah hal buruk terjadi setelah ini?
Tak lama tuan Cho memasuki ruang makan bergaya eropa tersebut. Sontak Sooyoung menundukan kepalanya dan tanpa sadar meremas rok yang dikenakannya. Sooyoung masih menunduk ketika mendengar suara deritan hasil gesekkan kaki kursi dengan lantai marmer ruang makan tersebut. Dan entah suasana canggung yang tadi sudah hilang sontak kembali melingkupi area ruang makan tersebut.
“Hallo everybody!” terdengar suara ceria seorang namja lalu deritan kursi dari sebrang tempat duduk Sooyoung. Yeoja itu mengenali siapa pemilik suara itu.
“Hai hyung, hai Sooyoung” sapaan lirih itu memaksa Sooyoung mengangkat kepalanya, untuk membalas sapaan namja berambut blonde tampan anggota keluarga Cho tersebut. Sooyoung tersenyum tipis. “hai Kris” suaranya bagaikan teredam ombak. Tak terdengar.
“Ekhem..” deheman berat suara tuan Cho membuat Sooyoung kembali menunduk, takut. Kyuhyun masih tak bereaksi apa-apa disebelahnya membuat Sooyoung makin salah tingkah. Ia tak tau harus bersikap bagaimana.
“Maaf nona Choi, aku harus menyeretmu dalam makan malam keluargaku ini” ucap Tuan Cho ramah. Sooyoung perlahan mengangkat kepalanya untuk menatap namja paruh baya yang telah mewariskan perusahaan besarnya untuk kekasihnya ini.
“Aniya, gwenchanayo Tuan Cho. Saya justru merasa senang” Ahra dan Siwon menahan untuk tidak tertawa mendengar nada suara bergetar dari tenggorokan Sooyoung, namun kedua kakak-adik itu berusaha untuk tak menampakkannya. Ternyata aura ayah mereka begitu menyeramkan rupanya.
“Ini karena bocah ini tak mau datang pada undangan kemarin malam” ucap Tuan Cho sambil melirik Kyuhyun yang masih tak bersuara. Sooyoung melirik Kyuhyun menilik ekspresinya.
“Aboeji, untuk apa kau memaksaku dan Sooyoung kemari?” tanya Kyuhyun sinis. Tuan Cho menatap Kyuhyun dengan pandangan sedikit terluka dan kecewa. “Kyuhyun!” Ahra memerotes nada bicara adiknya yang kurang sopan. Sekesal apapun Kyuhyun pada kekuasaan ayahnya, ia tak boleh bertindak tak sopan pada kepala keluarga itu.
“Hmm, menjadi presiden direktur sebuah perusahaan besar rupanya membuat sifatmu menjadi sombong nak” ucap Tuan Cho tenang. Sooyoung merasakan aura tak bersahabat diruangan makan mewah itu. Daging dan makanan enak lainnya yang tersedia dimeja sudah tampak tidak seperti makanan. Nafsu makan seluruh orang yang ada diruangan itu seakan ditarik hingga tak tersisa.
“Bukankah ini yang kau inginkan?” tanya Kyuhyun dengan nada datar. Tuan Cho mulai mengangkat gelas anggurnya lalu menyesapnya. “Aku mendidikmu menjadi namja.” Ucapnya disela tegukannya pada anggurnya.
Siwon dan Ahra hanya bisa bertukar pandang. Mereka tak bisa merubah suasana tak menyenangkan ini sama sekali. Seluruh kendali telah dikuasai oleh Tuan Cho. “Kenapa kalian semua tidak memulai makan?” tanya nyonya Cho-mantan nyonya wu- yang menghambur diantara ketegangan itu. Semua mata memandang nyonya Cho yang baru bergabung.
“Maaf aku agak terlambat, aku memasak sup daging kesukaan Kyuhyun dan Kris dulu karena juru masak disini tidak tau bumbu rahasiaku” ucap nyonya Cho sambil merapihkan rambutnya yang tergelung keatas. Sooyoung terpana melihat kecantikan dan kelembutan wanita Cina tersebut. Ibu tiri Kyuhyun itu nampak sangat menawan dan baik.
“Wah kenapa kalian semua nampak canggung begini?” ucapnya sambil menatap suaminya dengan tatapan minta penjelasan. Tuan Cho menggeleng pelan.
—
Makan malam akhirnya selesai. Para pelayan keluarga Cho segera menarik makanan utama dan menggantinya menjadi makanan pencuci mulut. Beberapa baki berisi buah-buahan, salad, pudding dan ice cream mulai mengisi meja makan tersebut.
Sooyoung menatap tak berkedip pemandangan indah dihadapannya. Oh shit, ia ingin sekali segera mencicipi satu per satu makanan pencuci mulut itu.
“Sepertinya sudah waktunya aku memulai pembicaraan yang sesungguhnya” ucapan Tuan Cho membuat segala aktifitas makan berhenti seketika. Sooyoung menatap Tuan Cho dan Kyuhyun bergantian. Feelingnya mengatakan apapun yang akan Tuan Cho katakan malam ini sepertinya bukan berita yang baik baginya meskipun Kyuhyun.
“Ku rasa kau sudah mendengar rencanaku dan Tuan Seo Han Jin. Bahkan undangan telah kami sebar di beberapa kolega bisnis kami. Dan…”
Brak.
Kyuhyun berdiri dan menggebrak meja menghentikan ucapan Tuan Cho yang bahkan belum rampung itu. Nafasnya terengah, urat dipelipisnya timbul tanda ia menggeram terlalu kuat karena emosi.
“Appa! Ku pikir kau tau kalau aku sudah punya kekasih!” Kyuhyun bergumam dengan nada penuh emosi. Sooyoung bahkan mengerutkan tubuhnya ketakutan. Nyonya Cho dan anggota keluarga lain menatap ayah dan anak itu dengan ekspresi terkejut.
“Cho Kyuhyun” desis Tuan Cho tenang namun sarat akan amarah. “Aku tak pernah mengajarkanmu untuk tak sopan”
Kyuhyun mendecih. “Appa! Bisakah untuk mendengarkan aku sekali saja? Ku mohon untuk tak mengatur-aturku!” ucap Kyuhyun sambil kembali duduk. Sooyoung kini tengah mengalihkan tatapannya pada jemarinya yang tertaut diatas pahanya dibawah meja. Kyuhyun menatapnya sendu.
“Kau berpacaran dengan nona Choi setelah aku dan Han Jin resmi menjodohkan kalian!” ucap Tuan Cho kali ini dengan nada bicara lebih di naikkan. Kyuhyun sontak menatap Sooyoung yang semakin menunduk begitu mendengar fakta inilah alasan dibalik ketegangan Kyuhyun dan ayahnya. Sooyoung ingin pulang saja rasanya. Ia tak bisa menerima fakta bahwa secara tak langsung Tuan Cho menentang hubungannya dengan Kyuhyun.
Sooyoung merasakan sebuah tangan hangat namun sedikit lembab menyentuh telapak tangannya. Sooyoung menatap si pemilik tangan dengan raut terkejutnya. Kyuhyun tak menatapnya melainkan masih menatap ayahnya, namun tangannya menggenggam tangan Sooyoung dengan begitu kuat.
“Aku tak pernah minta untuk dijodohkan dengan Seohyun!” kali ini Kyuhyun jauh lebih lunak, namun tetap dengan nada tidak ramah.
“Kris mengatakan kau—“
“Kris?!!” kali ini nada bicara Kyuhyun naik beberapa oktaf. Tatapannya teralih kepada Kris disebrang tempat duduknya. Kris tengah menunduk nampak seperti tersangka yang akan di eksekusi mati. “KAU DALANG DIBALIK SEMUA INI? OH SEHARUSNYA AKU SUDAH TAU!” bentak Kyuhyun dengan cukup keras. Nyonya Cho menatap anak dan anak tirinya bergantian dengan tatapan sedih. Melihat dua orang puteranya itu dalam lingkaran permasalahan.
“Aku..”
“AKU TAK BUTUH BANTAHAN KRIS! KAU… ARGH SIALAN! APA MAUMU HAH?”
Prang.
Kali ini Tuan Cho membanting gelas anggurnya ke lantai. Membuat teriakan dan makian Kyuhyun terhenti. Ahra dan Siwon hanya bisa menggeleng dan menatap sedih keluarga mereka yang seperti ini. Sooyoung? Yeoja itu bahkan ingin menangis merasa tak kuasa mengetahui masalah ini terlebih dia menjadi salah satu alasan didalam masalah ini.
“Hyung aku tak bermaksud..”
“Kris,sudah biar aku. Kyuhyun. Aku mengerti, ini mungkin membuatmu kembali memaksa. Tapi aku tak bisa mempermalukan keluarga Seo dengan membatalkan acara ini sepihak. Apa yang akan dikatakan orang luar?”
Kyuhyun meremas kecil tangan Sooyoung. “Nde, Aboeji benar. Bagaimanapun penilaian orang luar atas nama baik adalah nomor satu. Bahkan jika itu menyakiti darah dagingmu sendiripun, nama baik dan penilaian orang akan menjadi prioritasmu.”
Tuan Cho terasa dihantam tepat di dadanya. Kata-kata tajam Kyuhyun benar-benar menyadarkannya tapi ini semua sudah terlanjur terjadi. “Mianhae Kyuhyun, Appa tidak bermaksud untuk…”
“Kau bisa menjalankan pertunangan ini dan putus setelah beberapa hari. Namun kau harus tetap melaksanakannya terlebih dahulu, ku rasa nona Choi akan mengerti” kali ini nyonya Cho bersuara. Ia nampak muak dengan pertengkaran suami dan anak tirinya. Kyuhyun menatap ibu tirinya itu dengan tatapan tak percaya.
“Eomma! Pertunangan bukanlah mainan!” kali ini Ahra menimpali. Siwon mengangguk setuju disampingnya.
“Ini satu-satunya cara. Undangan sudah terlanjur disebar. Ahra , Siwon bawa ayah kalian ke kamarnya” ucap nyonya Cho lembut. Ahra dan Siwon menatap ibu tirinya itu lalu akhirnya menurut dan membimbing Tuan Cho ke lantai atas sesuai perintah ibu tirinya.
Kris membatu ditempat duduknya. Namun kehadirannya terabaikan.
“Kyuhyun-ah, eomma mengerti kau adalah pihak yang paling dirugikan saat ini. Namun, ayahmu tak pernah berniat begitu.. kau tau itu” Kyuhyun mengalihkan tatapannya menolak menatap kelembutan ibu tirinya dan fakta yang akan membuatnya luluh untuk menyetujui rencana pertunangannya, tidak!
“Maaf Eomma, aku dan Sooyoung harus pergi” Kyuhyun menggeret Sooyoung dari meja makan menjauhi Kris dan Eommanya disana mematung.
Sooyoung nampak kewalahan mengikuti langkah Kyuhyun yang begitu terburu-buru. “Sa..sajangnim”
—
“Sajangnim…” sentuhan tangan Sooyoung dilengannya membuatnya berhenti melangkah. “Wae?” tanyanya datar.
“lakukanlah apa yang mereka minta” gumam Sooyoung dengan nada bergetar. Kyuhyun membelalakan matanya. “Mwo?”
“Bertunanganlah dengan Seohyun, a-a..aku…” Kyuhyun menghempaskan tangan Sooyoung kasar. Tatapannya menyiratkan kekecewaan.
“Oh. Tak ada satu orangpun yang memihak padaku! Aku membutuhkan semangat, bukan ucapan sialanmu itu! Kau..argh! Kau sama seperti mereka!” Sooyoung mengerut ketakutan. Bentakan Kyuhyun benar-benar menakutinya.
“Aniyo maksudku…”
“APA?” Sooyoung diam tak menjawab. Kyuhyun yang sudah dilanda emosi semakin merasa marah akan sikap Sooyoung.
“Alasanku menolak ini adalah untuk melindungimu! Aku tak ingin menyakitimu. Tapi nampaknya yang ku dapatkan justru ini. Kata-katamu menyakitiku Choi Sooyoung.”
Air mata Sooyoung mulai menetes. Kyuhyun memejamkan matanya berusaha mengeraskan hatinya dan bertindak seolah tidak perduli jika ia membuat Sooyoung menangis.
Kyuhyun menarik lagi tangan Sooyoung menuju lobby apartmentnya karena mereka sudah dekat. Yeoja itu hanya pasrah begitu Kyuhyun menggeretnya dengan kasar.
“Masuklah kedalam” ucap Kyuhyun bagaikan air dingin yang menyiram sekujur tubuh Sooyoung. Menusuk hingga ketulang.
“Kau mau kemana?” Kyuhyun tak menjawab, ia justru mendorong Sooyoung pelan ke dalam. “Masuk dan tidur. Dan jangan mencariku”
Sooyoung terpaku di lobby apartment. Tatapannya tertuju pada punggung Kyuhyun yang menghilang di dalam taksi yang dengan gesit melaju meninggalkan lobby. Ia bahkan tidak mau mendengar ucapanku sampai selesai.
—
Keesokan harinya Sooyoung masuk ke kantor dengan keadaan cukup buruk. Dengan wajah tanpa make up, lingkaran hitam dibawah matanya dan bibirnya yang kering nampak menonjol. Rambutnya juga hanya tergelung asal. Sooyoung masuk ke kantor tanpa membawa nyawanya. Itu ucapan Yuri begitu bertemu Sooyoung di mesin absensi.
Sooyoung menatap kosong layar hitam komputernya. Ia belum mendapatkan kabar dari Kyuhyun sama sekali. Ia bahkan tak sadar Onew sudah berdiri didepan mejanya dengan sebungkus sandwich.
“Sooyoung-ah…” untuk ketiga kalinya Onew memanggil Sooyoung gadis itu baru bereaksi. Oh akhirnya!
“Kau kenapa?” tanya Onew khawatir. Biar bagaimanapun Sooyoung adalah rekan kerjanya. Sooyoung menatap kearah ruangan Kyuhyun sekali lagi. “Onew-ah, apakah Kyuhyun sajangnim belum datang?” Onew mengerutkan dahinya lalu menggeleng.
Sooyoung mendesahkan nafasnya. Apa Kyuhyun benar-benar marah padanya? Arghh. Sooyoung ingin sekali menjedukkan kepalanya ke meja. Apapun caranya agar bisa melihat Kyuhyun, atau paling tidak tau keadaannya.
“Presdir datang!” Sooyoung dan Onew sontak menoleh kearah pintu masuk ruang direksi. Kyuhyun muncul dengan kemeja putih linen tanpa tuxedo yang biasa melengkapi penampilannya. Sooyoung lantas berdiri untuk membungkuk hormat pada Kyuhyun, karena bagaimanapun Kyuhyun adalah bosnya. Onew ikut membungkuk hormat.
Kyuhyun melirik sekilas kearah kekasihnya dan sekretaris umum-Onew-. Namun ia tak menunjukkan ekspresi apapun dan memilih berlalu. Tapi sebelum Kyuhyun menutup pintu ruangannya ia berhenti membuat Onew dan Sooyoung menatapnya bingung.
“Choi Sooyoung-sshi, apa saja jadwalku hari ini?” tanyanya tegas, dingin dan datar. Sooyoung masih termenung dengan sikap acuh Kyuhyun hingga Onew mencubit lengan kurusnya. “Aww! Ahh iya, sebentar sajangnim” Sooyoung menggeser mousenya untuk mengecek jadwal Kyuhyun namun Kyuhyun berdehem menginterupsinya.
“Bawakan saja ke ruanganku” desisnya. Sooyoung menatap Kyuhyun yang masih dalam posisi memunggunginya. “Dan Onew-sshi, apakah mejamu pindah ke meja Sooyoung?” Onew terkesiap. “Eh? Aniyo sajangnim”
“Kalau begitu kembali ke tempatmu!” Onew melirik Sooyoung lalu menganggukan kepalanya dan beranjak kembali ke mejanya. Sooyoung menatap punggung Kyuhyun sendu, hatinya sedikit lega karena kekasihnya itu baik-baik saja. Tapi setelah kejadian semalam, nampaknya emosi Kyuhyun sedang naik turun.
—
Keadaan kafetaria kantor nampak ramai. Tak heran karena jam tengah menunjukkan waktu makan siang. Sooyoung mengaduk-aduk salad di piringnya. Ia benar-benar tak bernafsu untuk makan saat ini. Tidak disaat Kyuhyun masih mendiaminya. “Hey, kau sudah menerima undangan belum?” ucap seorang yeoja diarah belakang meja yang Sooyoung tempati.
“Undangan apa?” tanya seorang yeoja lainnya. Sooyoung tak tertarik untuk menguping gosip pegawai yang tak dikenalnya itu jadi ia memutuskan kembali mengaduk salad dipiringnya. Dua yeoja tadi berbisik-bisik yang suaranya tak dapat Sooyoung dengar jelas namun begitu salah satu diantara yeoja itu menyebutkan Presdir Sooyoung sontak memundurkan sedikit tubuhnya dan menajamkan pendengarannya.
“Ku dengar ia bertunangan dengan anak salah satu pemilik saham Cho’s Group. Dan kabarnya gadis yang akan ditunangkan dengan presdir itu mantan pacarnya yang pergi ke London dulu” Sooyoung mencengkram garpunya erat-erat. Ia merasa kesal dan panas mendengar gosip dua yeoja itu namun merasa penasaran jika tidak mendengarkan lebih lanjut.
“Astaga! Sajangnim ternyata punya pacar? Awhh pasti gadis itu sangat cantik ya hingga sajangnim menunggunya kembali” Sooyoung yang tengah meneguk airnya tersedak. Sakit dihatinya tertambah dengan sesak di dadanya akibat tersedak. Dua yeoja itu menghentikan obrolannya dan menatap Sooyoung heran. Sooyoung menepuk-nepuk pelan dadanya.
“Jadi nanti malam kau datang?” tanya yeoja itu kembali memulai obrolannya. Sooyoung tak dapat mendengar jawaban yeoja satunya, mungkin yeoja itu menjawab dengan anggukan kepala. “Aku penasaran yeoja seperti apa Seo Joo Hyun itu. Dia pasti salah satu yeoja berkelas yang akan sangat pantas disandingkan dengan Presdir Cho. Diakan tampan!” Sooyoung merasakan kupingnya tak sanggup lagi mendengar pembicaraan dua yeoja itu hingga ia menggebrak meja dan bangkit dari kursinya.
Sooyoung mengangkat nampannya untuk meletakkannya ke keranjang nampan bekas. Namun sebelum yeoja itu mengangkat langkahnya terlebih dahulu ia menatap dua yeoja yang asyik mengobrol tadi.
“Nona-nona apakah kalian memiliki salam untuk disampaikan kepada presdir Cho?” dua yeoja itu terkejut menatap Sooyoung yang menanyainya dengan senyuman manis dibuat-buat. Salah satu yeoja itu mengerutkan dahinya menatap Sooyoung seolah mempertanyakan siapa Sooyoung.
“Aku dari bagian direksi nona, jika itu yang kau tanyakan.” Dua yeoja itu membelakakan matanya dan saling menatap ketakutan. Oh, jelas saja pangkat yeoja jangkung yang kini masih tersenyum dibuat-buat itu lebih tinggi dari mereka. “Tidak ada salam? Kalian yakin? Aku pasti akan menyampaikannya, aku sekretaris pribadi presdir.” Dan pacarnya! Dua yeoja itu makin mengerut ketakutan dan saling bertatapan melemparkan pandangan menyalahkan.
“Sampai nanti dan makanlah dengan baik” Sooyoung membungkuk kecil lalu berlalu untuk menaruh nampannya dan kelaur dari kafetaria. “Apakah hanya wanita berkelas yang boleh berpacaran dengan sajangnim?” Sooyoung menggerutu sepanjang perjalanannya menuju lantai direksi.
Lift terbuka dengan keadaan kosong. Sooyoung segera masuk, begitu pintu tertutup sebuah tangan menggapai, menahan pintu tertutup dan Sooyoung refleks menekan tombol buka. Seorang namja dengan pakaian petugas keamanan pribadi membungkuk kecil pada Sooyoung seakan berterima kasih dan Sooyoung balas membungkuk.
Namja itu bergeser dan kini Sooyoung dapat melihat siapa orang yang sebenarnya akan masuk ke lift. Tuan Cho. Sooyoung menahan nafasnya.
“Ah.. anyeonghaseyo sekretaris Choi” sapa Tuan Cho ramah. Sooyoung membungkuk hormat.
“Sudah makan siang sekretaris Choi?” Sooyoung mengangguk dan tersenyum. “Nde, sajangnim” Tuan Cho mengibaskan tangannya sambil tertawa. “Tidak jangan begitu, panggil saja Tuan Cho…” Sooyoung mengangguk ragu. “Nde, Tuan Cho ehmm anda sendiri sudah makan siang pak?” Tuan Cho terkekeh mendegar getaran dalam nada bicara Sooyoung memperjelas yeoja itu takut pada dirinya.
“Aku baru saja akan mengajak Kyuhyun untuk makan siang diluar, akhir-akhir ini dia nampak sibuk. Entahlah sepertinya sesuatu membuatnya betah berada dikantor” Sooyoung mendengar tekanan pada kata ‘sesuatu’ Sooyoung langsung merasa jika itu dirinya. “Kau sendiri jangan terlalu memforsir dirimu pada pekerjaan yang Kyuhyun berikan. Jika dia memberikan tugas yang kelewatan padamu kau harus bisa menolaknya, dalam kontrak ada hak yang menyatakan kau berhak menolak perintah yang tak bisa kau sanggupi” jelas Tuan Cho panjang lebar. Sooyoung mengangguk mengerti. Ia menunduk menatap ujung high heelsnya. Entah mengapa perjalanan menuju lantai direksi terasa lambat. Dan sialnya tak ada yang menghentikan lift sama sekali untuk ikut naik, menyebabkan Sooyoung harus berduaan dengan Tuan Cho sepanjang perjalanan menuju lantai atas.
Sooyoung menatap angka digital yang terus berganti semakin tinggi diatas pintu lift. Tiga lantai lagi, dua, satu! Ting! Pintu lift bergerak terbuka namun tangan Tuan Cho menekan pintu tertutup lagi dan menahannya.
“Sooyoung-sshi, kau taukan kalau malam ini Kyuhyun akan bertunangan dengan mantan pacarnya. Semua ini ku lakukan bukan hanya untuk menyatukan bisnis kami dan menyebar luaskannya. Selama beberapa tahun ketika Seohyun meninggalkan Kyuhyun untuk Kris, aku justru menuntut Kyuhyun untuk menjadi penerusku memaksanya meninggalkan masa mudanya memaksanya menghabiskan waktu remajanya dengan urusan-urusan yang seharusnya belum wajib ia tangani. Aku membimbingnya menjadi karakter dingin, emosional. Apa yang bisa kulakukan tanpa istriku? Jika ia tidak meninggal secepat itu aku yakin, Kyuhyun akan menjadi pemuda periang” Tuan Cho menghela nafasnya berat. Seakan beban-bebannya menggelayuti paru-parunya hingga namja lanjut usia itu susah untuk bernafas.
“Aku mengerti, mungkin karena kalian terbiasa bersama tanpa sadar Kyuhyun merasa terbiasa denganmu dan dengan gegabah menganggap ini cinta” Sooyoung terdiam mendnegarkn. Ia tau kemana arah pembicaraan Tuan Cho.
“Sooyoung-sshi, tidakkah kau menganggap permintaan Kyuhyun kepadamu untuk menjadi kekasihnya itu berlebihan? Kau bisa menolaknya terlebih lagi ada aturan ‘TIDAK BOLEH ADA CINTA DI KANTOR’ kau bisa saja dijatuhkan surat peringatan karena melanggar aturan” Sooyoung meremas ujung roknya. Ia merasakan harga dirinya dicabik-cabik dengan kejamnya, belum lagi hatinya yang sakit mendengar penolakan secara tak langsung dari mulut Tuan Cho.
“Ta..tapi semalam kau…”
“Kebohongan kadang diperlukan nona Choi. Tentu saja itu tak mungkin. Bertunangan lalu membatalkannya? Itu akan mencoreng harga diri keluara Seo. Dan itu juga akan menjelekkan nama keluargaku” Sooyoung terkesiap. Ia tak menyangka Tuan Cho yang ia segani memiliki pemikiran sempit dan licik.
“Baiklah aku akan mundur, aku tak pernah meminta ditarik dalam urusan keluarga anda. Aku…aku mencintai Kyuhyun sajangnim. Itulah yang kurasakan.” Sooyoung membungkuk kecil. Lalu dengan lembut melepaskan jemari Tuan Cho dari tombol penutup pintu. Pintupun terbuka dan tanpa disangka Kyuhyun tengah berdiri didepan lift menatap keduanya terkejut.
“Tuan Cho, maafkan saya jika saya lancang. Hanya Tuhan yang bisa mengatur kehidupan seseorang, tak ada yang bisa menghalangiNya termasuk orang tua. Mereka berkewajiban mengurus anak mereka dengan baik tapi bukan dengan mengatur masa depan bagaimana yang harus dijalankan anaknya. Jeosonghamnida” Sooyoung melenggang melewati Kyuhyun yang tertegun menatap ayahnya di dalam lift.
Sebuah senyum kecil, meremehkan terukir di bibir Kyuhyun. “Anyyeonghaseyo aboeji” sapa Kyuhyun sambil membungkuk kecil. Tuan Cho membenarkan dasinya yang entah kenapa terasa mencekik. “Kenapa ekspresimu begitu?” tanya Tuan Cho mencoba tenang meskipun kenyataannya beliau merasa sedikit terusik dengan senyum meremehkan Kyuhyun.
“Anieyo” Kyuhyun diam-diam merasa bangga pada Sooyoung yang berhasil membuat aboejinya merasa dihantam tepat dihati. “Pulanglah lebih siang hari ini. Kau harus mempersiapkan diri untuk pertunangan nanti malam” Kyuhyun berdiam diri.
“Sooyoung sudah memilih mundur. Diakan yang menjadi penghalangmu?” Kyuhyun mengepalkan tangannya. Mencoba untuk mengenyahkan emosi yang mendidih dikepalanya. Namja itu memilih mengabaikan ucapan aboejinya.
“Aboeji, kita makan di restoran Jepang disebrang jalan saja nde? Satu jam lagi aku ada janji dengan orang-orang dari Hyundai” Tuan Cho membuka mulutnya siap melontarkan kata-kata namun akhirnya ia mengatupkan lagi mulutnya dan mengangguk. “Nde, arraseo!” Ia tak menyangka Kyuhyun berwatak sekeras ini. Keturunan siapa watak ini?
—
Sooyoung menelungkupkan kepalanya di meja. Ia merasa pusing dan sesak. Ia tak ingin cerita cinta menyedihkan seperti ini menjadi pengalaman pertamanya. Ia tak bisa merelakan Kyuhyun begitu saja. Bukankah Kyuhyun yang bilang mereka memang seharusnya bersama?
“Arggh!” Sooyoung mengerang frustasi. Ia ingin lari dari kenyataan yang menyedihkan ini. Menyusul orang tuanya yang tengah tertidur tenang disurga sana. Ia lelah sendirian seperti ini.
“Sooyoung-sshi” Sooyoung terkesiap begitu mendengar suara memanggilnya. Sooyoung melap kasar air mata yang entah sejak kapan meluncur turun. “nde…” Song Ha Jin berdiri dengan tumpukan amplop tebal ditangannya.
“Ini.. ada apa? Kau nampak tak baik” Sooyoung menggeleng dan mencoba tersenyum. Yeoja cantik berwajah pucat itu akhirnya mengangguk dan meninggalkan Sooyoung. Sooyoung menatap bingung amplop ditangannya.
Engaged Invitation
We proudly invite you to join us to celebrate our child who decide to engaged
Cho Kyuhyun & Seo Joo Hyun
At, Cho’s ‘Olympic grand hotel’
6th September 2013 [7pm – finish]
Dresscode: White.
We really hope for your coming.
With love, Seo and Cho family.
Sooyoung membeku ditempatnya. Ia ingin sekali menangis namun ia mengeraskan hatinya untuk tidak menjadi cengeng. Cho Kyuhyun bukanlah akhir dari dunianya! Sooyoung menggumam dalam hati. Tapi tak bisa berbohong jika ia merasa sedih dan sakit.
Telfon Sooyoung berdering dengan sigap gadis bermarga Choi itu mengangkatnya. Ia tau, ini pasti Kyuhyun.
“Sooyoung-sshi bisakah kau meminta office boy membelikan kami kopi di coffe shop? Tiga espresso” Sooyoung terdiam, meremas kabel telfonnya. Astaga! Kenapa rasanya begitu menyakitkan hanya dengan mendengar nada bicara Kyuhyun yang seperti biasanya?
“Sooyoung-sshi!” bentak Kyuhyun karena Sooyoung tak kunjung menjawab pertanyaannya. Sooyoung terkesiap. “Nde, sajangnim!” tak jauh berbeda dengan Sooyoung, Kyuhyun bahkan meringis kecil mendengar jawaban Sooyoung yang begitu dirindukannya.
“Ce-pat” Sooyoung mengangguk. Merasa bodoh karena Kyuhyun tak akan dapat melihat jawabannya. “Sooyoung-sshi!”
“Nde! Nde, sajangnim!” Sooyoung segera menutup telfonnya dan menekan nomor yang menyambungkan ke pantry. Memesankan pesanan Kyuhyun sesuai yang dimintanya. Sekitar lima belas menit seorang namja berseragam office boy muncul dengan tiga cup kopi.
“Igeo…” Sooyoung menatap ngeri kearah pintu ruangan Sooyoung. “Kau saja yang mengantarnya” Sooyoung duduk kembali dikursinya, menelungkupkan kepalanya. Percuma, mencoba mengerjakan tugasnya pun ia tak bisa fokus.
Tak lama Sooyoung melihat pintu ruangan Kyuhyun terbuka dan Kyuhyun keluar dengan beberapa orang berseragam formal. Mereka asyik berbincang tanpa mengindahkan kehadiran Sooyoung yang menatap mereka. Kyuhyun melirik kearah Sooyoung yang langsung salah tingkah namun Kyuhyun mengacuhkannya dan kembali bebrincang. Tak lama namja-namja itu pergi menyisakan Kyuhyun disebrang meja kerja Sooyoung. Menatapnya, sendu. Sooyoung sendiri memilih menundukkan kepalanya.
Kyuhyun menghela nafasnya kasar. Ia sendiri tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini. Kemarahannya semalam pada Sooyoung sudah menguap sejak lama. Sekarang ia hanya tak tau harus bagaimana bersikap pada Sooyoung.
“Ekhem…Sooyoung-sshi.” Sooyoung mengangkat dagunya, menatap Kyuhyun untuk pertama kalinya hari ini. “Nde, sajangnim?” suara Sooyoung terdengar begitu lirih. Menyayat-nyayat hati Kyuhyun.
“Bawakan.. proposal dari Hyundai, aku akan menanda tanganinya” ucap Kyuhyun ragu-ragu. Merasa bodoh karena alasannya untuk berinteraksi dengan Sooyoung terasa begitu dibuat-buat. “Nde, sajangnim” Kyuhyun mendesah lirih, Sooyoungnya terlihat sedih. Semua karenanya. Kyuhyun akhirnya memilih masuk ke ruangannya, menunggu Sooyoung membawakan apa yang dimintanya.
Sooyoung memegangi dadanya. Sejak kapan jantungnya berdegup segila ini? Itu hanya Cho Kyuhyun! Sajangnimmu. Lupakan kalau dia adalah kekasihmu Sooyoung-ah. Sooyoung membatin.
Sooyoung melangkahkan kakinya. Seketika ucapan Tuan Cho terngiang di telinganya. Sooyoung mengetuk pintu Kyuhyun, merasa tak ada jawaban Sooyoung dengan keberanian membuka pintu. Kyuhyun tengah memunggunginya, memandangi hamparan kota Seoul dari jendela kekuasaannya.
“Sooyoung…” Sooyoung berdegup. Suara ini, lembut. Suara Kyuhyun kekasihnya.
Sooyoung menduga-duga apa yang akan Kyuhyun katakan selanjutnya. Hati kecilnya berharap Kyuhyun memintanya untuk bertahan dengannya.
“Mana proposal yang ku inginkan?” Sooyoung refleks menatap tangannya yang kosong. Astaga kemana pikirannya!
“Ah! Sebentar saya ambil” Sooyoung berbalik namun tangan kekar Kyuhyun menahan langkahnya.
“Sooyoung, kenapa kau mundur? Apakah kau tidak mencintaiku?” Sooyoung mematung. Pertanyaan Kyuhyun begitu dingin, namun ada nada pengharapan dari ucapannya. Sooyoung menahan nafasnya.
“Aniyo sajangnim”
TBC
Gatau. Bingung. Stres. Ngebut. Typo bertebaran, cerita gaje ganyambung, alur ngacak. *efek stress sekolah* comment aja ya. Jenis comment apapund iterima!
